Permintaan dan Penawaran Ekowisata

31

I. Analisis Kebijakan

Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu, Friedrick 1963 dalam Dwijowijoto 2004. Secara sederhana Dwijowijoto 2004 mendefinisikan kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Kebijakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan, adalah suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai suatu hal. Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan Dunn, 1998. Analisis kebijakan merupakan salah satu diantara sejumlah banyak faktor lainnya di dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan atau seluruh pola institusional dimana didalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik antara tiga unsur, yaitu: kebijakan publik, pelaku kebijakan, dan lingkungan kebijakan. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subyektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh pelaku kebijakan Dunn, 1998. Beberapa prosedur yang biasa digunakan dalam analisis kebijakan Dunn, 2000, yaitu : 1. perumusan masalah definisi, menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan, 2. peramalan prediksi, menyediakan informasi mengenai konsekwensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan sesuatu, 3. rekomendasi preskripsi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekwensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah, 4. pemantauan deskripsi menghasilkan informasi tentang konsekwensi sekarang dan masa lalu dari terapan alternatif kebijakan, 5. evaluasi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekwensi pemecahan atau pengatasan masalah. Analisis kebijakan termasuk penelitian kualitatif qualitative research atau interpretative research yang menekankan pada teknik wawancara mendalam pada 32 sejumlah kecil responden yang terseleksi dengan ketat. Mengingat kebijakan publik adalah pengetahuan yang bersifat multidisipliner, maka untuk menghasilkan sintesa yang mendalam dan komprehensif tidak cukup hanya menggunakan satu metode saja tetapi merupakan kombinasi beberapa metode. Menggunakan kombinasi beberapa metode dapat mempertajam analisis, meningkatkan mutu disain, dan meminimalisasi bias dalam penelitian Eriyatno dan Sofyar, 2007.

J. Analisis SWOT

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan suatu organisasi. Kegiatan perencanaan strategis harus melibatkan dan menganalisis faktor-faktor strategis suatu organisasi yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT Rangkuti, 1998. Analisis SWOT banyak diterapkan dalam proses manajemen strategis. Proses manajemen strategis terdiri atas empat elemen dasar yang saling berkaitan, yaitu : 1 pengamatan lingkungan, 2 perumusan strategi, 3 implementasi strategi, dan 4 evaluasi dan pengendalian Hunger and Wheelen, 2001 Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan suatu institusi disebut dengan faktor-faktor strategis yang terdiri dari; Strength kekuatan, Weakness kelemahan, Opportunity peluang dan Threat ancaman, atau disingkat dengan SWOT. Dalam proses manajemen strategis , analisis SWOT termasuk dalam elemen dasar pertama, yaitu pengenalan lingkungan yang meliputi faktor internal dan eksternal. Bagi Balai TNBT, lingkungan internal meliputi variabel-variabel kekuatan dan kelemahan yang ada dalam institusi tetapi biasanya tidak termasuk pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana tempat pekerjaan dilakukan. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas variabel-variabel peluang dan ancaman yang berada di luar TNBT dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan kondisi tempat TNBT berada. Faktor eksternal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan biofisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan kekuatan umum yang tidak berhubungan dengan aktifitas Balai TNBT 33 tetapi mempengaruhi TNBT, misalnya kekuatan ekonomi, sosiokultural, teknologi, politik, dan hukum. Salah satu cara untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis adalah dengan mengkombinasikan faktor strategis internal IFAS = Internal Strategies Factors Summary dengan faktor strategis eksternal EFAS = External Strategies Factors Summary ke dalam sebuah matrik SWOT. Dengan Matrik SWOT selanjutnya dapat dicocokkan peluang dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan untuk menghasilkan empat alternatif strategi. Metode ini mengarah pada pencerahan brainstorming untuk menciptakan strategi-strategi alternatif yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan oleh pengelola TNBT.

K. AHP Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process AHP atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Proses Hirarki Analitik PHA adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diiginkan darinya. Proses ini memberi suatu kerangka bagi partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan Saaty 1993. Proses ini dapat diterapkan pada banyak persoalan nyata dan terutama berguna untuk pengalokasian sumber daya, perencanaan, analisis pengaruh kebijakan, dan penyelesaian konflik. AHP sebagai suatu ancangan baru terhadap pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan memilki keuntungan antara lain : 1 Kesatuan : AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan; 2 Pengulangan proses : AHP memungkinkan orang memperluas definisi mereka dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan; 3 Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan system dalam memecahkan persoalan kompleks; 4 Penilaian dan konsensus : AHP tak memaksakan konsensus tapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda; 5 Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen- elemen dalam suatu system dan tak memaksakan pemikiran linier; 34 6 Tawar menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor system dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka; 7 Penyusunan hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat; 8 Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur dan suatu metode untuk menetapkan prioritas; 9 Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas; dan 10 Sintesis : AHP menuntut ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif Pengambilan keputusan berdasarkan AHP menggunakan bilangan untuk menggambarkan suatu relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya. Nilai itu memuat skala perbandingan antara 1 sampai 9. pengalaman telah membuktikan bahwa skala dengan sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana kita mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen.

L. Analisis Sistem Dinamis

Sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan Djoyomartono, 2000. Menurut Ford 1999, sistem adalah suatu kombinasi dari dua atau lebih elemen-elemen yang saling terkait. Sedangkan menurut Syamsuddin 2001 sistem adalah setiap fenomena, baik struktural maupun fungsional yang memiliki paling sedikit dua komponen yang saling berinteraksi. Pengertian lain, sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan Muhammadi et al, 2001. Sedangkan menurut Suratmo 2002 sistem adalah penggambaran bentuk struktur atau bentuk keterkaitan antara dua komponen atau lebih yang saling berinteraksi secara fungsional. Analisis sistem adalah serangkaian teknik yang mencoba untuk : 1 mengidentifikasi sifat-sifat makro dari suatu sistem, yang merupakan perwujudan karena adanya interkasi di dalam dan di antara sub sistem, 2 menjelaskan interaksi atau proses-proses yang berpengaruh terhadap sistem secara keseluruhan sebagai 35 akibat adanya berbagai masukan, 3 menduga meramal apa yang mungkin terjadi pada sistem bila beberapa faktor yang ada dalam sistem berubah Patten, 1972 dalam Darsiharjo, 2004. Sedangkan menurut Purnomo 2005, analisis sistem berguna untuk mendekati masalah yang secara intuitif dapat digolongkan kedalam organized complexities atau kompleksitas yang terorganisasi. Analisis sistem adalah pemahaman yang berbasis pada proses, sehingga sangat penting untuk berusaha memahami proses-proses yang terjadi. Pemodelan sistem berawal dari bagaimana kita mencoba memahami dunia nyata dan menuangkannya menjadi sebuah model dengan beragam metode yang ada. Model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari dunia nyata, yang mampu menggambarkan struktur dan interaksi elemen serta perilaku keseluruhannya sesuai dengan sudut pandang dan tujuan yang diinginkan Purnomo, 2005. Model dapat dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang ditirukan kecil Muhammadi et.al 2001. Sedangkan menurut Purnomo 2005 tidak ada model yang benar dan salah. Model dinilai dari sejauh mana dia dapat berguna. Untuk pemodelan yang lebih fleksibel dan multiguna, Purnomo 2005 menyarankan dilakukan dengan fase-fase sebagai berikut : 1 identifikasi isu, tujuan, dan batasan, 2 konseptualisasi model, 3 spesifikasi model, 4 evaluasi model, 5 penggunaan model. Keuntungan penggunaan model dalam penelitian dengan pendekatan sistem adalah : 1 memungkinkan untuk melakukan penelitian yang lintas sektoral dengan ruang lingkup yang luas, 2 dapat dipakai untuk melakukan eksperimentasi terhadap sistem tanpa mengganggu atau memberikan perlakuan tertentu terhadap sistem, 3 mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan dan perbaikan terhadap sistem yang diteliti, 4 dapat dipakai untuk menduga meramal kelakuan dan keadaan sistem pada masa yang mendatang Walter, 1974 dalam Darsiharjo, 2004 Simulasi adalah kegiatan atau proses percobaan dengan menggunakan suatu model untuk mengetahui perilaku sistem dan akibat pada komponen- komponen dari suatu perlakuan pada berbagai komponen. Simulasi dapat berfungsi sebagai pengganti percobaan di lapangan yang akan banyak menggunakan waktu, tenaga dan biaya Suratmo, 2002. 36

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh TNBT Propinsi Riau dan Propinsi Jambi, dimulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Mei 2010. Alasan pemilihan TNBT sebagai lokasi penelitian adalah: 1 mempunyai potensi ekowisata berupa keindahan lansekap, kekhasan keunikan dan kelangkaan spesies, ekosistem, dan budaya, 2 lokasinya berada pada lintas kabupaten dan lintas propinsi, yakni Kab. Indragiri Hulu dan Kab. Indragiri Hilir di Propinsi Riau, serta Kab. Tebo dan Kab. Tanjung Jabung Barat di Propinsi Jambi, dan 3 terdapat tiga masyarakat tradisional Suku Anak Dalam, Talang Mamak, dan Melayu Tua. Peta lokasi TNBT disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Peta Lokasi Taman Nasional Bukit Tigapuluh

B. Tahapan Kegiatan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian disajikan pada Gambar 6.