89 pendidikan tingkat lanjut, kurangnya biaya sekolah, dan adanya keengganan dari
para orang tua untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi setelah tamat sekolah dasar. Para orang tua cenderung memanfaatkan
tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan mereka dalam kegiatan sehari-hari. Berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap pengelolaan TNBT, dari hasil
penelitian didapatkan bahwa 90 responden mengetahui keberadaan TNBT dan 10 menyatakan tidak mengetahui adanya TNBT. Responden yang mengetahui
adanya TNBT menyatakan mendapatkan informasi tentang keberadaan kawasan TNBT dari petugas Balai TNBT. Responden yang menyatakan mengetahui maksud
tujuan pengelolaan taman nasional sebanyak 59 , dan 41 lainnya menyatakan tidak mengetahui maksud tujuan pengelolaan taman nasional. Tingkat
pengetahuan responden terhadap maksud tujuan pengelolaan taman nasional seperti pada Gambar 22.
Masyarakat yang mengetahui tujuan pengelolaan taman nasional menyatakan bahwa taman nasional dikelola dengan tujuan untuk melindungi hutan TNBT,
mencegah banjir dan erosi, melindungi tempat hidup satwa, sebagai sumber air bersih, sebagai tempat wisata, dan memberikan manfaat bagi kehidupan
masyarakat sekitar. Berkaitan dengan manfaat taman nasional bagi kehidupan masyarakat, dari
hasil penelitian didapatkan bahwa 78 responden menyatakan mendapatkan manfaat dari kawasan TNBT dan 22 menyatakan tidak mendapatkan manfaat.
Masyarakat yang mendapatkan manfaat menyatakan bahwa kawasan TNBT bermanfaat bagi kehidupan mereka dalam hal diurut berdasarkan yang paling
sering disebut: jasa lingkungan air dan udara bersih, wisata alam, hasil hutan non kayu buah, jernang, madu, rotan dll., dan satwa liar
Keterangan :
Gambar 22. Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Maksud Tujuan Pengelolaan Taman Nasional.
59 41
Tahu Tidak tahu
90 Berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam kegiatan ekowisata di TNBT,
dari hasil penelitian didapatkan bahwa hanya 13 responden yang menyatakan terlibat dalam kegiatan ekowisata di TNBT, dan 87 lainnya menyatakan tidak
terlibat. Persentase responden berdasarkan keterlibatannya dalam kegiatan ekowisata di TNBT seperti pada Gambar 23.
Adapun bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata di TNBT adalah sebagai pemandu dan
penyedia jasa transportasi. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang berada desa-desa penyangga di jalur ekowisata TNBT yang
terlibat dalam kegiatan ekowisata TNBT.
Harapan masyarakat daerah penyangga terhadap pengelolaan ekowisata di TNBT adalah perbaikan jalan dan sarana wisata, pengembangan obyek wisata baru
yang menarik, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekowisata, meningkatkan keamanan bagi wisatawan, dan dikembangkannya daerah penyangga
TNBT sebagai daerah tujuan wisata. Rendahnya tingkat keterlibatan masyarakat daerah penyangga dalam
pengelolaan ekowisata TNBT tidak sejalan dengan prinsip ekowisata yang dikemukakan oleh The International Ecotourism Society 2005 dimana masyarakat
dituntut untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan ekowisata.
Hasil penelitian terhadap persepsi dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan TNBT, menjadi input masukan dalam mengidentifikasi faktor-faktor
strategis pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata pada Sub Bab V. D. dan membangun model dinamik pada Sub Bab V. E.
Keterangan :
Gambar 23. Persentase Responden Berdasarkan Keterlibatannya
dalam Kegiatan Ekowisata di TNBT.
13
87
Terlibat Tidak terlibat
91
C. Potensi Pengembangan Pengelolaan TNBT Berbasis Ekowisata
Potensi pengembangan pengelolaan TNBT dikaji berdasarkan kondisi penawaran supply dan permintaan demand ekowisata sebagai berikut :
1. Kondisi Penawaran Ekowisata TNBT
Menurut Damanik Weber 2006, elemen penawaran wisata sering disebut sebagai triple A’s yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Selain ketiga
elemen tersebut juga dikaji kegiatan promosi dan pelayanan kepada ekowisatawan yang telah dilaksanakan oleh Balai TNBT.
a. Attraksi Ekowisata
Atraksi adalah objek ekowisata baik yang bersifat tangible maupun
intangible yang memberikan kenikmatan kepada ekowisatawan yang terdiri dari alam, budaya, dan buatan. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah
hospitally keramah-tamahan Damanik Weber, 2006.
1 Sumber daya alam dan budaya
Taman Nasional Bukit Tigapuluh mempunyai potensi sumberdaya alam dan budaya masyarakat tradisional yang sangat tinggi ditinjau dari aspek ekowisata.
Saat ini terdapat sembilan obyek yang telah dikelola sebagai attraksi ekowisata TNBT dengan deskripsi masing-masing obyek sebagai berikut :
a Panorama Alam Camp Granit
“Camp Granit” merupakan lokasi ekowisata TNBT yang mempunyai
aksessibilitas paling mudah dikunjungi karena berada pada jarak hanya sekitar 13 km dari jalan Lintas Timur Sumatera, tepatnya di Desa Talang Lakat Kecamatan
Batang Gangsal, Kab. Indragiri Hulu. Lokasi tersebut disebut Camp Granit, karena sebelum ditunjuk sebagai kawasan taman nasional, terdapat camp perusahaan
pertambangan batu granit PT. Isatama Bumi Nusa. Sejak kawasan tersebut ditunjuk sebagai taman nasional, lokasi tersebut dikembangkan sebagai obyek ekowisata
dan bekas camp tersebut difungsikan sebagai Pusat Pelatihan Pemadam Kebakaran Hutan sekaligus sebagai sarana pendukung ekowisata visitor centre, information
centre, dan akomodasi.
92 Kondisi bentuk lahan land form Camp Granit dengan topografi berat
memberikan keuntungan tersendiri karena dikelilingi lembah dan bukit sehingga memungkinkan untuk melihat panorama alam perbukitan. Sambil menikmati
indahnya panorama alam, ekowisatawan dapat mendengarkan suara berbagai jenis primata seperti owa Hylobates agilis, siamang Hylobates syndactylus, dan lutung
Presbytis cristata, serta dapat melihat beranekaragam jenis burung. Panorama alam Camp Granit akan semakin menarik di pagi hari atau sore hari
dimana aktifitas jenis-jenis primata dan burung tersebut meningkat, ditambah lagi oleh indahnya kabut tipis yang menutupi kawasan perbukitan.
Gambar 24. Panorama Alam di Camp Granit
b Air Terjun Granit
Air terjun Granit dapat ditempuh dari Camp Granit dengan berjalan kaki selama 20 menit dengan jarak tempuh 700 m. Untuk menuju air terjun juga dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat. Air terjun Granit
merupakan air terjun yang jatuh dari puncak bukit batu granit dengan ketinggian sekitar 20 m. Air terjun tersebut terbentuk akibat proses penambangan batu granit
yang memotong bukit tempat mengalirnya Sungai Akar yang kemudian menyisakan suatu tebing terjal dan air terjun yang jatuh dari puncak tebing tersebut. Di atas
lokasi air terjun terdapat hamparan tanaman anggrek tanah Spathoglotis plicata Blume sehingga sering disebut dengan kebun anggrek. Pada waktu berbunga akan
93 terlihat satu hamparan kebun anggrek yang mempesona sehingga memberikan
daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
c Keanekaragaman Jenis Flora Bukit Lancang
Keanekaragaman jenis flora dapat ditemukan di jalur trecking Bukit Lancang. Pada jalur trecking sepanjang sekitar 3,4 km dengan waktu tempuh selama 2- 4
jam dari Pusat Informasi Camp Granit tersebut, ekowisatawan dapat menikimati keanekaragaman jenis flora hutan hujan dataran rendah khususnya dari suku
Dipterocarpaceae misalnya jenis Meranti Shorea sp. diantaranya Shorea
abovoidae dan Shorea acuminate. Pada puncak Bukit Lancang ekowisatawan dapat melihat pohon mersawa dengan ukuran raksasa berdiameter lebih dari dua meter
serta jenis flora langka lainnya seperti pasak bumi Eurycoma longifolia. Selain dapat menikmati keanekaragaman jenis flora, dengan melalui jalur trecking tersebut
ekowisatawan akan menikmati tantangan mendaki bukit ber-topografi curam dan licin.
d Keanekaragaman Jenis Fauna Bukit Tengkorak
Keanekaragaman jenis fauna dapat ditemukan di jalur Trecking Bukit Tengkorak. Pada jalur trecking yang terletak di sebelah utara Camp Granit dengan
panjang sekitar 3,5 km dan dengan waktu tempuh selama
2 – 3 jam tersebut ekowisatawan dapat mengamati berbagai jenis burung seperti
Cucak kuricang Pycnonotus atriceps, Layang-layang api Hirundo rustica dan Kirik-kirik biru
Merops viridis. Berdasarkan hasil pengamatan Program Konservasi Harimau
Sumatera PKHS jalur tersebut merupakan home range daerah jelajah dari harimau sumatera dan beruang madu.
e Panorama Alam Anak Sungai Akar
Jalur trecking Anak Sungai Akar mempunyai panjang sekitar 3,3 km yang
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 1,2 km perjalanan menembus hutan hujan tropis, 1,1 km menyusuri anak sungai akar, dan 1 km melalui jalan eks-pertambangan. Waktu
tempuh perjalanan pada jalur ini sekitar 1,5 jam. Jalur trecking ini mempunyai panorama alam yang indah dan udara perbukitan yang segar. Disamping menikmati
indahnya panorama alam, pada jalur tersebut ekowisatawan dapat menikmati
94 pengalaman berupa berjalan melalui batu-batu sungai yang besar dan berlapis-lapis.
Beberapa jenis flora yang dapat ditemukan pada jalur tersebut antara lain anggrek, jernang, rotan, pinang dan liana.
Sedangkan jenis fauna yang menambah keindahan panorama alam jalur tersebut adalah Rangkong badak Buceros
rhinoceros dan Serindit Loriculus galgulus, serta beberapa jenis primata terutama dari famili Hylobatidae.
f Air Terjun Sutan Limbayang
Air terjun Sutan Limbayang berada di aliran Sungai Kuning yang bermuara ke Sungai Datai. Untuk mencapai lokasi tersebut dari
Dusun Tua Datai ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 3 jam melewati hutan dan menyusuri Sungai
Kuning. Nama Sutan Limbayang diambil dari nama pendahulu masyarakat Talang Mamak. Menurut kepercayaan masyarakat setempat konon air terjun ini merupakan
tempat keramat dan kerap dijadikan sebagai tempat bersemedi. Air terjun Sutan Limbayang memiliki tinggi sekitar 25 meter dan menurut
informasi dari masyarakat airnya tidak pernah kering. Kondisi di sekitarnya masih sangat alami dengan dikelilingi rimbunnya vegetasi hutan hujan tropis yang masih
asli, ada dua pohon besar jenis pulai dan jelutung yang kokoh berdiri tegak seakan- akan menjadi pengawal setia air terjun. Keunikan lain dari air terjun tersebut adalah
tebing air terjun yang nampak seperti tersusun atas empat susunan batuan.
Gambar 25. Air Terjun Sutan Limbayang
95
g Sungai Batang Gangsal
Sungai Batang Gangsal merupakan sungai terbesar yang terdapat di kawasan TNBT. Sungai tersebut membelah kawasan TNBT dari arah selatan ke utara yang
melewati beberapa dusun yang dihuni oleh masyarakat tradisional Suku Talang Mamak dan Melayu Tua, yaitu Dusun Tua Datai, Dusun Suwit, Sadan, Air Bomban,
Nunusan, Dusun Air Tabo, dan Dusun Lemang. Perjalanan dari Dusun Tua Datai ke Dusun Lemang dapat ditempuh selama 2 hari.
Menyusuri Sungai Batang Gangsal dengan menggunakan perahu atau rakit merupakan atraksi ekowisata yang
sangat mengasikkan.
h Air Terjun Papunawan
Air Terjun Papunawan merupakan air terjun bertingkat dengan ketinggian
sekitar 15 m. Lokasi air terjun tersebut dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama sekitar 2 jam dari lokasi pemukiman penduduk di Desa Rantau Langsat. Di sekitar
air terjun terdapat areal untuk berkemah yang biasa digunakan ekowisatawan.
i Budaya Suku Talang Mamak
Suku Talang Mamak dapat ditemui pada dusun-dusun yang berada di sepanjang Sungai Batang Gangsal. Suku tersebut memiliki budaya yang sangat
menarik misalnya pelaksanaan upaca pernikahan, sunatan, kelahiran, pengobatan dan penghormatan roh yang telah meninggal. Selain itu ekowisatawan dapat melihat
kehidupan sehari-hari Suku Talang Mamak yang sangat dekat dengan alam. Gambar 26. Menyusuri Sungai Batang Gansal