Latar Belakang Model pengembangan pengelolaan taman nasional secara terintegrasi studi kasus pengelolaan berbasis ekowisata di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Provinsi Riau dan Jambi

5

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini akan menjawab permasalahan pokok sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan ? 2. Strategi dan program prioritas apa yang perlu dilakukan dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi ? 3. Bagaimana model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi ? Rumusan masalah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Rumusan Masalah Penelitian

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merumuskan model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi. Adapun tujuan antara dari penelitian ini adalah : 1. melakukan analisis kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan, 2. merumuskan strategi dan program prioritas pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi, 3. membuat model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi . Pengelolaan TNBT KONDISI SAAT INI  Pengelolaan TNBT bersifat eksklusif  Pemda tidak mempunyai kewenangan dalam pengelolaan TNBT  Tidak ada sistem yang secara efektif memadukan perencaan ketiga wilayah tersebut.  Implementasi kebijakan tentang pengelolaan daerah penyangga masih lemah. . Pengembangan Daerah Penyangga . Pembangunan Wilayah AKIBATNYA : Biodiversitas TNBT terancam kelestariannya Pengelolaan potensi supply dan demand belum berkembang secara optimal. Kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat masih rendah Kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan PAD rendah Pengembangan pengelolaan TNBT memerlukan pendekatan yang logis atas dasar potensi yang ada suppay dan demand, berupa MODEL PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TNBT SECARA TERINTEGRASI 6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi pengambil kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dalam pengembangan pengelolaan TN secara terintegrasi berbasis pada potensi kawasan. 2. Bagi masyarakat dan dunia usaha penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan keterlibatannya dalam pengelolaan TN. 3. Bagi peneliti bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang pengelolaan TN.

E. Novelty

Nilai kebaruan novelty dari penelitian ini adalah integrasi pengelolaan TN dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah melalui pendekatan sistem, kebijakan, dan fungsional.

F. Kerangka Pemikiran

WCED 1987 mendefinisikan konservasi biodiversitas adalah pengelolaan pemanfaatan biosfer oleh manusia sedemikian rupa sehingga bisa dihasilkan kesinambungan keuntungan manfaat terbesar sekaligus memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang the management of human use of the biosphere so that it can yield in greatest sustainability benefit generations while maintaining its potential to meet the needs and aspiration of future generations. Dalam pelaksanaannya, konservasi biodiversitas dilakukan melalui pengelolaan kawasan konservasi seperti taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman buru maupun di luar kawasan konservasi seperti kebun binatang, kebun raya, taman safari. Taman nasional merupakan jenis kawasan konservasi yang berdasarkan IUCN Protected Area Category 1994 termasuk kategori II yakni kawasan konservasi yang dikelola dengan tujuan utama untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi. Berdasarkan kategori tersebut tujuan pengelolaan TN adalah : 7 1 Melindungi wilayah alami dan pemandangan indah yang memiliki nilai tinggi secara nasional atau internasional untuk tujuan spiritual, ilmu pengetahuan, pendidikan, rekreasi, dan pariwisata, 2 Melestarikan sealamiah mungkin perwakilan dari wilayah fisiografi, komunitas biotik, sumberdaya genetik dan spesies, untuk memelihara keseimbangan ekologi, dan keanekaragaman hayati., 3 Mengelola penggunaan oleh pengunjung untuk kepentingan inspiratif, pendidikan, budaya, dan rekreasi dengan tetap mempertahankan areal tersebut pada kondisi alamiah atau mendekati alamiah, 4 Menghilangkan dan mencegah eksploitasi atau okupansi yang bertentangan dengan tujuan penunjukannya, 5 Memelihara rasa menghargai terhadap ciri ekologi, geomorfologi, kekeramatan, atau estetika yang menjadi pertimbangan penunjukannya, 6 Memperdulikan kebutuhan masyarakat lokal, termasuk penggunaan sumberdaya alam secara subsisten, sepanjang tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tujuan pengelolaan. Kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini adalah : bahwa terdapat interaksi hubungan timbal baik antara kawasan TN, daerah penyangga TN, dan wilayah pembangunan meliputi kawasan budidaya, permukiman, industri, dan perkotaan. Kawasan TN memberi pengaruh terhadap daerah penyangga dan wilayah pembangunan, dan sebaliknya, daerah penyangga dan wilayah pembangunan juga memberi pengaruh terhadap kawasan TN. Kawasan TN memberi pengaruh terhadap daerah penyangga dan wilayah pembangunan dalam bentuk fungsi ekologis seperti pengendali erosi, pencegah banjir, siklus nutrisi, dan produksi karbon, manfaat konsumtif penghasil daging, buah, madu, obat-obatan, dan manfaat non konsumtif wisata alam, penelitian, pendidikan, sumber genetik, spriritual, kultural, dan estetika. Sebaliknya daerah penyangga dan wilayah pembangunan juga memberi pengaruh terhadap kawasan TN. Pengaruh daerah penyangga terhadap TN dapat berupa pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TN. Sedangkan pengaruh wilayah pembangunan terhadap TN ditentukan oleh kebijakan pembangunan daerah, misalnya dalam hal tataguna lahan, eksploitasi sumber daya alam, pembangunan sarana prasarana, 8 pengembangan pariwisata dan lain-lain. Berdasarkan klasifikasi wilayah, interaksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Keterangan : Zona 1 : Kawasan TN Zona 2 : Daerah Penyangga Buffer Zone TN Zona 3 : Wilayah Pembangunan kawasan budidaya, pemukiman, industri dan perkotaan Dimodifikasi dari Konsep Alikodra 2008 Mengingat adanya interaksi dari ketiga wilayah tersebut maka secara teoritis pengelolaan TN perlu diintegrasikan dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah. Hal ini sesuai dengan pendapat Miller and Hamilton 1999, yang menyatakaan bahwa pengelolaan kawasan konservasi perlu diintegrasikan dengan lanskap yang lebih luas. Selain itu berdasarkan hasil Kongres WNPC World National Park Congress tahun 1993 di Caracas, Venezuela diamanatkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi tidak bisa hanya dikelola oleh single institution, melainkan harus melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Berdasarkan hasil Kongres WNPC tahun 2003 di Durban, Yordania memandatkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi para pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar. Sesuai dengan kondisi yang ada baik potensi supply maupun demand, arah pengelolaan TNBT yang potensial untuk dikembangkan adalah dibidang ekowisata. Hal ini sesuai dengan UNEP 2003, yang menyatakan bahwa perencanaan dan pengelolaan ekowisata yang baik dalam penelitian ini Zona 1 Zona 3 Zona 2 Gambar 3. Interaksi Kawasan TN, Daerah Penyangga dan Wilayah Pembangunan 9 pengelolaan ekowisata secara terintegrasi dapat menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk konservasi keanekaragaman hayati dalam jangka panjang. Dalam penelitian ini akan dianalisis kondisi pengelolaan terintegrasi kawasan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan dan potensi-potensi yang ada baik supply maupun demand. Tiga bentuk integrasi yang akan dikaji adalah integrasi sistem, integrasi fungsional dan integrasi kebijakan Kay dan Alder , 1999. Berdasarkan hasil analisis akan dirumuskan program prioritas pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi. Sebagai hasil akhir dari penelitian ini akan dibuat model pengembangan pengelolaan TNBT berbasis pada potensi yang ada sesuai dengan azas-azas pembangunan kawasan taman nasional secara terintegrasi. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.