5
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini akan menjawab permasalahan pokok sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT dalam suatu wilayah
pembangunan ? 2. Strategi dan program prioritas apa yang perlu dilakukan dalam pengembangan
pengelolaan TNBT secara terintegrasi ? 3. Bagaimana model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi ?
Rumusan masalah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Rumusan Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merumuskan model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi. Adapun tujuan antara dari penelitian ini adalah :
1. melakukan analisis kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan,
2. merumuskan strategi dan program prioritas pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi,
3. membuat model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi .
Pengelolaan TNBT
KONDISI SAAT INI
Pengelolaan TNBT bersifat eksklusif
Pemda tidak mempunyai
kewenangan dalam pengelolaan TNBT
Tidak ada sistem yang secara efektif
memadukan perencaan ketiga
wilayah tersebut.
Implementasi kebijakan tentang
pengelolaan daerah penyangga masih
lemah.
. Pengembangan
Daerah Penyangga .
Pembangunan Wilayah
AKIBATNYA :
Biodiversitas TNBT terancam kelestariannya
Pengelolaan potensi supply dan demand belum
berkembang secara optimal. Kontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat masih rendah
Kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah dan peningkatan PAD rendah
Pengembangan pengelolaan TNBT
memerlukan pendekatan yang
logis atas dasar potensi yang ada
suppay dan demand, berupa
MODEL PENGEMBANGAN
PENGELOLAAN TNBT SECARA
TERINTEGRASI
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi pengambil kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dalam
pengembangan pengelolaan TN secara terintegrasi berbasis pada potensi kawasan.
2. Bagi masyarakat dan dunia usaha penelitian ini bermanfaat sebagai acuan
untuk meningkatkan keterlibatannya dalam pengelolaan TN. 3. Bagi peneliti
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan di
bidang pengelolaan TN.
E. Novelty
Nilai kebaruan novelty dari penelitian ini adalah integrasi pengelolaan TN dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah melalui
pendekatan sistem, kebijakan, dan fungsional.
F. Kerangka Pemikiran
WCED 1987 mendefinisikan konservasi biodiversitas adalah pengelolaan pemanfaatan biosfer oleh manusia sedemikian rupa sehingga bisa dihasilkan
kesinambungan keuntungan manfaat terbesar sekaligus memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang the management of
human use of the biosphere so that it can yield in greatest sustainability benefit generations while maintaining its potential to meet the needs and aspiration of future
generations. Dalam
pelaksanaannya, konservasi
biodiversitas dilakukan
melalui pengelolaan kawasan konservasi seperti taman nasional, taman wisata alam,
taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman buru maupun di luar kawasan konservasi seperti kebun binatang, kebun raya, taman safari.
Taman nasional merupakan jenis kawasan konservasi yang berdasarkan IUCN Protected Area Category 1994 termasuk kategori II yakni kawasan
konservasi yang dikelola dengan tujuan utama untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi. Berdasarkan kategori tersebut tujuan pengelolaan TN adalah :
7 1
Melindungi wilayah alami dan pemandangan indah yang memiliki nilai tinggi secara nasional atau internasional untuk tujuan spiritual, ilmu pengetahuan,
pendidikan, rekreasi, dan pariwisata, 2
Melestarikan sealamiah mungkin perwakilan dari wilayah fisiografi, komunitas biotik, sumberdaya genetik dan spesies, untuk memelihara keseimbangan
ekologi, dan keanekaragaman hayati., 3
Mengelola penggunaan oleh pengunjung untuk kepentingan inspiratif, pendidikan, budaya, dan rekreasi dengan tetap mempertahankan areal tersebut
pada kondisi alamiah atau mendekati alamiah, 4
Menghilangkan dan mencegah eksploitasi atau okupansi yang bertentangan dengan tujuan penunjukannya,
5 Memelihara rasa menghargai terhadap ciri ekologi, geomorfologi, kekeramatan,
atau estetika yang menjadi pertimbangan penunjukannya, 6
Memperdulikan kebutuhan
masyarakat lokal,
termasuk penggunaan
sumberdaya alam secara subsisten, sepanjang tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tujuan pengelolaan.
Kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini adalah : bahwa terdapat interaksi hubungan timbal baik antara kawasan TN, daerah penyangga TN, dan
wilayah pembangunan meliputi kawasan budidaya, permukiman, industri, dan perkotaan.
Kawasan TN memberi pengaruh terhadap daerah penyangga dan wilayah
pembangunan, dan sebaliknya, daerah penyangga dan wilayah pembangunan juga memberi pengaruh terhadap kawasan TN.
Kawasan TN memberi pengaruh terhadap daerah penyangga dan wilayah pembangunan dalam bentuk fungsi ekologis seperti pengendali erosi, pencegah
banjir, siklus nutrisi, dan produksi karbon, manfaat konsumtif penghasil daging, buah, madu, obat-obatan, dan manfaat non konsumtif wisata alam, penelitian,
pendidikan, sumber genetik, spriritual, kultural, dan estetika. Sebaliknya daerah penyangga dan wilayah pembangunan juga memberi
pengaruh terhadap kawasan TN. Pengaruh daerah penyangga terhadap TN dapat berupa pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat dan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan TN. Sedangkan pengaruh wilayah pembangunan terhadap TN ditentukan oleh kebijakan pembangunan daerah, misalnya dalam hal tataguna
lahan, eksploitasi sumber
daya alam, pembangunan sarana prasarana,
8 pengembangan pariwisata dan lain-lain. Berdasarkan klasifikasi wilayah, interaksi
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan : Zona 1 : Kawasan TN
Zona 2 : Daerah Penyangga Buffer Zone TN Zona 3 : Wilayah Pembangunan kawasan budidaya, pemukiman,
industri dan perkotaan Dimodifikasi dari Konsep Alikodra 2008
Mengingat adanya interaksi dari ketiga wilayah tersebut maka secara teoritis pengelolaan TN perlu diintegrasikan dengan pengembangan daerah penyangga
dan pembangunan wilayah. Hal ini sesuai dengan pendapat Miller and Hamilton 1999,
yang menyatakaan bahwa pengelolaan kawasan konservasi perlu
diintegrasikan dengan lanskap yang lebih luas. Selain itu berdasarkan hasil Kongres WNPC World National Park Congress
tahun 1993 di Caracas, Venezuela diamanatkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi tidak bisa hanya dikelola oleh single institution, melainkan harus
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Berdasarkan hasil Kongres WNPC tahun 2003 di Durban, Yordania memandatkan bahwa pengelolaan kawasan
konservasi harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi para pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar.
Sesuai dengan kondisi yang ada baik potensi supply maupun demand, arah pengelolaan TNBT yang potensial untuk dikembangkan adalah dibidang
ekowisata. Hal ini sesuai dengan UNEP 2003, yang menyatakan bahwa perencanaan dan pengelolaan ekowisata yang baik
dalam penelitian ini
Zona 1
Zona 3 Zona 2
Gambar 3. Interaksi Kawasan TN, Daerah Penyangga dan Wilayah
Pembangunan
9 pengelolaan ekowisata secara terintegrasi dapat menjadi salah satu alat yang
paling efektif untuk konservasi keanekaragaman hayati dalam jangka panjang. Dalam penelitian ini akan dianalisis kondisi pengelolaan terintegrasi
kawasan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan dan potensi-potensi yang ada baik supply maupun demand.
Tiga bentuk integrasi yang akan dikaji adalah integrasi sistem, integrasi fungsional dan integrasi kebijakan Kay dan Alder , 1999.
Berdasarkan hasil analisis akan dirumuskan program prioritas pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi. Sebagai hasil akhir dari penelitian ini akan
dibuat model pengembangan pengelolaan TNBT berbasis pada potensi yang ada sesuai dengan azas-azas pembangunan kawasan taman nasional
secara terintegrasi. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.