25 1
Ekoturis mandiri adalah orang-orang yang melakukan perjalanan secara individual, tinggal di berbagai tipe akomodasi yang berbeda-beda dan
mempunyai mobilitas untuk mengunjungi berbagai tujuan wisata. Pengalaman mereka sangat fleksibel dan merupakan persentase terbesar dari semua
ekoturis; 2
Ekoturis dalam tur adalah orang-orang yang melakukan perjalanan dalam kelompok dan mengunjungi objek wisata eksotik; dan
3 Kelompok ahli atau akademisi adalah orang-orang yang biasanya terlibat dalam
penelitian baik sebagai individu maupun kelompok. Pada umumnya mereka tinggal di suatu tempat dalam jangka waktu cukup panjang dan lebih bersedia
mengalami kondisi kesusahan dibandingkan ekoturis yang lain. Sedangkan
Lindberg 1991 mengklasifikasikan ekoturis berdasarkan dedikasi, waktu, tujuan dari perjalanan, tempat dan cara melakukan perjalanan yang
dibagi dalam empat kelompok, yaitu : 1
Hard - Core Nature Tourist : para ilmuwan peneliti; 2
Dedicated Nature Tourist: ekoturis yang mengetahui tentang budaya masyarakat atau tempat-tempat yang dilindungi cagar alam;
3 Mainstream Nature Tourist: ekoturis yang menghendaki tempat-tempat spesifik
seperti cagar alam; dan 4
Casual Nature Tourist : ekoturis yang datang ke tempat-tempat yang alami. Hard-core dan dedicated nature tourist tidak membutuhkan akomodasi yang
lengkap, berbeda dengan mainstream dan casual nature tourist dimana tingkat pelayanan dan akomodasi harus disiapkan lebih baik.
Keberhasilan pengolahan dan pengembangan ekowisata merupakan hasil kerja sama antara stakeholder, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Menurut
Fennell 1999 ada delapan prinsip untuk membangun kemitraan dalam pengelolaan ekowisata, yaitu :
1 Berdasarkan budaya lokal;
2 Memberikan tanggung jawab kepada masyarakat lokal;
3 Mempertimbangkan untuk mengembalikan kepemilikan daerah yang dilindungi
kepada penduduk asli; 4
Memberikan program pembangunan dari pemerintah dengan daerah yang dilindungi;
26 5
Mengaitkan program pembangunan dari pemerintah dengan daerah yang dilindungi;
6 Memberikan priolitas kepada masyarakat dengan sekala keci;
7 Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan; dan
8 Mempunyai keberanian untuk melakukan pelanggaran
Pengembangan ekowisata melibatkan berbagai pihak seperti pengunjung, sumberdaya alam, pengelola, masyarakat lokal, kalangan bisnis termasuk biro
perjalanan tour operator, pemerintah, LSM, dan lain sebagainya. Peranan masyarakat lokal harus dipertimbangkan karena mereka menjadi bagian tak
terpisahkan dari ekosistem, sekaligus adalah pelaku yang berhak mengambil keputusan dalam prinsip ekowisata yang telah diterima secara umum, yakni
ekowisata berorientasi lokal dan melibatkan masyarakat lokal Fennell 1999. Dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata di TN perlu dilakukan
secara terpadu berdasarkan kriteria-kriteria pelestarian lingkungan yang berkesinambungan dengan ekowisata. Kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut :
1 Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian
lingkungan; 2
Pengembangan ekowisata harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat;
3 Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat;
4 Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang
dianut masyarakat setempat; dan 5
Memperhatikan peraturan lingkungan hidup dan kepariwisataan. Sedangkan menurut Ridwan 2000, ada empat prinsip yang harus menjadi
pegangan dalam pengembangan hutan untuk ekowisata yaitu konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat dan ekonomi.
Perencanaan dan pengelolaan ekowisata yang baik dapat menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk konservasi
keanekaragaman hayati dalam jangka panjang dengan keadaan yang mendukung seperti kondisi pasar, manajemen di tingkat lokal dan hubungan yang harmonis
antara pengembangan ekowisata dengan konservasi UNEP 2003.
27
H. Permintaan dan Penawaran Ekowisata
Dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yakni : permintaan atau
kebutuhan, penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu, pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya dan pelaku atau aktor
yang menggerakkan katiga elemen tersebut Damanik and Weber 2006. Menurut Wahab 2003, pada umunya penawaran wisata mencakup yang ditawarkan oleh
destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun yang potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi wisata alamiah, dan
buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang yang kira-kira akan menarik orang-orang untuk mengunjungi suatu negara tertentu.
Marpaung 2002 menyatakan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik
minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah tempat tertentu. Waluyo 2007 menyatakan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik
pada sebuah atau berbagai destinasi pariwisata yang memiliki unsur alam, budaya, dan atau minat khusus yang bersifat unik, khas, dan atau langka. Objek dan daya
tarik wisata tersebut yang ditawarkan kepada wisatawan yang disebut dengan produk product dan pelayanan service wisata Damanik and Weber 2006.
Menurut Damanik and Weber 2006, elemen penawaran wisata sering disebut sebagai triple A’s yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas.
Atraksi diartikan sebagai objek wisata baik yang bersifat tangible maupun intangible yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan yang terdiri dari alam,
budaya, dan buatan. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya.
Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata Damanik and
Weber 2006. Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan
pariwisata tapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Bank, penukaran uang, telekomonikasi, usaha persewaan rental, penerbit, dan penjual buku
panduan wisata, seni pertunjukan teater, bioskop, pub dan lain-lain.
28 Tiga ciri khas utama yang menjadi tanda dari penawaran pariwisata menurut
Wahab 2003 adalah : 1
Merupakan penawaran jasa-jasa. Artinya sesuatu yang ditawarkan itu tidak mungkin ditimbun dan harus dimanfaatkan dimana produk itu berada;
2 Yang ditawarkan itu bersifat kaku rigit. Artinya suatu produk wisata yang
ditawarkan tidak bisa atau sulit sekali dirubah sasaran penggunaannya di luar pariwisata; dan
3
Penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran barang-barang dan jasa-jasa yang lain.
Menurut Marpaung 2002 secara garis besar daya tarik wisata dibagi ke dalam tiga klasifikasi : 1 daya tarik alam, 2 daya tarik budaya, dan 3 daya tarik
buatan manusia. Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ke dalam dua kategori saja, yaitu :1 objek dan daya tarik wisata alam dan
2 objek dan daya tarik wisata sosial budaya. Sedangkan Wahab 2003 membagi unsur-unsur pariwisata berupa alamiah yang terdiri dari sumber-sumber alam dan
hasil karya buatan manusia. 1 Sumber-sumber alam, mencakup :
a. Iklim: udara yang lembut, bersinar matahari, kering dan bersih b. Tata letak tanah dan pemandangan alam: daratan, pegunungan yang
berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk yang unik pemandangan yang indah, air terjun, daerah gunung merapi, gua dll.
c. Unsur rimba: hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan sebagainya. d. Flora dan fauna: tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis dan warna,
kemungkinan memancing, berburu dan bersafari foto binatang buas, TN dan taman suaka binatang buas, dan sebagainya.
e. Pusat-pusat kesehatan: sumber air mineral alam, kolam lumpur berkhasiat untuk mandi, sumber air panas untuk penyembuhan penyakit, dll.
2 Hasil karya buatan manusia, mencakup :
a. Yang berciri sejarah, budaya dan agama: Monumen dan peninggalan bersejarah masa lalu, tempat-tempat budaya museum, gedung kesenian,
tugu peringatan, perayaan-perayaan tradisional karnaval, upacara adat, bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan.
29 b. Prasarana-prasarana: prasarana umum air bersih, listrik, telekomunikasi,
kebutuhan pokok hidup modern rumah sakit, bank, pusat perbelanjaan, prasarana wisata penginapan, hotel, warung, desa wisata, tempat kemah,
tempat rekreasi dan olahraga. c. Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang: pelabuhan udara dan
laut, kereta api dan alat transportasi darat lainnya, kapal. d. Sarana pelengkap: umumnya sarana pelengkap ini bersifat rekreasi dan
hiburan misalnya: bioskop, kasino, night club, kedai-kedai dan lain-lain. e. Pola hidup masyarakat: cara hidup bangsa, sikap, makanan dan sikap
pandangan hidup, kebiasaannya, tradisinya, adat istiadatnya, semua itu menjadi kekayaan budaya yang menarik wisatawan ke Negara tersebut.
Damanik and Weber 2006 menyatakan kualitas produk yang baik terkait dengan empat hal, yakni keunikan, otentisitas, originalitas, dan keragaman.
Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian dan
kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentisitas mengcu
pada keaslian yang dikaitkan dengan derajat keantikan atau eksotisme budaya sebagai atraksi wisata Damanik and Weber 2006. Diversitas produk artinya
keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan. Tujuannya agar wisatwan dapat lebih lama tinggal dan menikmati atraksi yang bervariasi serta akhirnya memperoleh
pengalaman wisata yang lengkap. Unsur yang paling penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan
wisata , menurut Setyono 2003 adalah: 1. Kondisi alamnya, contoh hutan hujan tropis atau terumbu karang;
2. Keanekaragaman hayati flora-fauna yang unik, langka dan endemik, seperti: raflesia, badak jawa, komodo dan orang utan;
3. Kondisi fenomena alamnya, seperti: Gunung Krakatau dan Danau Kalimutu; dan 4. Kondisi adat dan budayanya, seperti: Badui, Toraja, Bali dan Sumba.
Di sisi lain yang berpengaruh terhadap perkembangan dunia pariwisata karena kondisi lingkungan yang semakin rusak, sehingga kondisi lingkungan yang
natural merupakan atraksi utama bagi wisatawan Marpaung 2002. Unsur penting lainnya yang mempengaruhi permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk
30 lokal yang menggunakan sumberdaya produk dan jasa wisata. Faktor lain yang
turut berperan adalah aksesibilitas yang semakin mudah pada produk dan objek wisata. Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat
juga ikut andil dalam mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata Damanik and Weber 2006.
Pendidikan yang semakin meningkat membuat wawasan seseorang semakin luas. Keingintahuan dan minat untuk mempelajari sesuatu yang baru ikut meningkat.
Selain itu aspirasi terhadap tempat dan budaya yang berbeda semakin tinggi. Variabel
lain adalah
ketersediaan waktu.
Kebijakan pemerintah
untuk menggabungkan hari libur ke akhir atau awal pekan menjadi waktu luang yang bisa
digunakan untuk berlibur Damanik and Weber 2006. Suwantoro
1997 mengidentifikasi
empat kelompok
faktor yang
mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata seperti: 1
Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda petunjuk arah; 2
Nilai estetis: pemandangan panorama, iklim, tempat bersantai, cuaca; 3
Waktu biaya: jarak dari tempat asal rumah, waktu dan biaya perjalanan, harga tarif pelayanan; dan
4 Kualitas hidup: keramah tamahan penduduk dan bebas dari pencemaran.
Sedangkan Yoeti 2007, menyatakan bahwa wisatawan cenderung memilih suatu daerah tujuan karena:
1 Faktor biaya apakah rendah atau relatif tinggi;
2 Bagaimana situasi politik didaerah tujuan tersebut;
3 Bagaimana kendaraan menuju kesana? Tersedia setiap waktu atau
comfortable; dan 4
Faktor angan–angan Elimination factor terhadap tempat yang dikunjungi. Waktu luang, uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensial
wisata. Permintaan pootensial ini harus ditransformasikan menjadi permintaan riil, yakni pengambilan keputusan wisata. Pengambilan keputusan belangsung secara
bertahap, mulai dari tahap munculnya kebutuhan, kesediaan untuk berwisata, sampai keputusan untuk berwisata itu sendiri. Masing – masing fase ini mempunyai
kegiatan yang spesifik Damanik and Weber 2006.
31
I. Analisis Kebijakan
Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan ancaman dan
peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka
mencapai tujuan tertentu, Friedrick 1963 dalam Dwijowijoto 2004. Secara sederhana Dwijowijoto 2004 mendefinisikan kebijakan publik adalah segala
sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Kebijakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan atau pengambilan
keputusan, adalah suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai suatu hal. Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan
yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat
dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan Dunn, 1998.
Analisis kebijakan merupakan salah satu diantara sejumlah banyak faktor lainnya di dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan atau seluruh pola
institusional dimana didalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik antara tiga unsur, yaitu: kebijakan publik, pelaku kebijakan, dan lingkungan
kebijakan. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subyektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh pelaku kebijakan Dunn, 1998.
Beberapa prosedur yang biasa digunakan dalam analisis kebijakan Dunn, 2000, yaitu : 1. perumusan masalah definisi, menghasilkan informasi mengenai
kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan, 2. peramalan prediksi, menyediakan informasi mengenai konsekwensi di masa mendatang dari penerapan
alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan sesuatu, 3. rekomendasi preskripsi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekwensi di
masa depan dari suatu pemecahan masalah, 4. pemantauan deskripsi menghasilkan informasi tentang konsekwensi sekarang dan masa lalu dari terapan
alternatif kebijakan, 5. evaluasi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekwensi pemecahan atau pengatasan masalah.
Analisis kebijakan termasuk penelitian kualitatif qualitative research atau interpretative research yang menekankan pada teknik wawancara mendalam pada