Berdasarkan Faktor Peluang Berdasarkan Faktor Ancaman

186 Pedagang = 2 Pendapatan_Hotel = Jmlh_HotelPenginapan_n_hotelUntung_Hotel_per_Orang Pendapatan_Lain_Hotel = 1200000000 Pendapatan_Lain_Pemandu = 12000000 Pendapatan_Lain_P_Perahu = 30000000 Pendapatan_Lain_RM = 180000000 Pendapatan_Lain_Souvenir = 12000000 Pendapatan_Lain_Tukang_Ojek = 9000000 Pendapatan_Lain__Pemilik_Mobil = 36000000 Pendapatan_Perahu = KelompokKeuntungan_per_perahuLama_Sewa_perahu Pendapatan__Ojek = Keuntungan_per_ojekPengguna_Ojek Pendapatan__pemandu = Kelompok_3Lama_Sewa__PemanduUpah Pendapatan__RM = Jumlah_RMRumah_MakanUntung_RM Pendapatan__Sewa_mobil = Kelompok_2Keuntungan_per_mobilLama_Sewa__mobil Pendapatan__Souvenir = PedagangSouvenirUntung_Pedagang Penerimaan_Ekowisata = Pendapatan_Hotel+Pendapatan_Perahu+Pendapatan__Ojek+Pendapatan__RM+P endapatan__Sewa_mobil+Pendapatan__Souvenir+Pendapatan__pemandu Pengeluaran_Pemandu_2 = Keb_harian_11+Keb_Kesehatan_11+Keb_Pendikan_11 Pengeluaran_P_Hotel_2 = Keb_harian_13+Keb_Kesehatan_13+Keb_Pendikan_13 Pengeluaran_P_Mobil_2 = Keb_harian_9+Keb_Kesehatan_9+Keb_Pendikan_9 Pengeluaran_P_Ojek_2 = Keb_harian_10+Keb_Kesehatan_10+Keb_Pendikan_10 Pengeluaran_P_Perahu_2 = Keb_Pendikan_8+Keb_Kesehatan_8+Keb_harian_8 Pengeluaran_P_RM_2 = Keb_harian_12+Keb_Kesehatan_12+Keb_Pendikan_12 Pengeluaran_P_Souvenir_2 = Keb_harian_14+Keb_Kesehatan_14+Keb_Pendikan_14 Pengguna_Ojek = 0.025Pengunjung Penginapan_n_hotel = 0.06Pengunjung Pengunjung = Jumlah_Ekowisatawan Penyewa_mobil = 0.7Pengunjung Penyewa_Pemandu = 0.04Pengunjung Penyewa_Perahu = 0.027Pengunjung Rumah_Makan = 0.075Pengunjung Souvenir = Pengunjung.011 Total_Pendapatan_Lain = Pendapatan_Lain_Hotel+Pendapatan_Lain_Pemandu+Pendapatan_Lain_P_Perah u+Pendapatan_Lain_RM+Pendapatan_Lain_Souvenir+Pendapatan_Lain_Tukang _Ojek+Pendapatan_Lain__Pemilik_Mobil Untung_Hotel_per_Orang = 50000 Untung_Pedagang = 15000 Untung_RM = 5000 Upah = 50000 187 Penerimaan_Pemerintaht = Penerimaan_Pemerintaht - dt + Pemasukan_Pemerintah dtINIT Penerimaan_Pemerintah = 0 INFLOWS: Pemasukan_Pemerintah = Dari_Retribusi_Roda_4+Dari_roda2+Dari_Tiket_Masuk Dari_Retribusi_Roda_4 = Harga_retribusi__roda_4Jumlah_Roda_4 Dari_roda2 = Harga_retribusi_roda_2Jumlah_Roda_2 Dari_Tiket_Masuk = PengunjungHarga_Tiket Harga_retribusi_roda_2 = 1000 Harga_retribusi__roda_4 = 2000 Harga_Tiket = 2000 Jumlah_Roda_2 = 422 Jumlah_Roda_4 = 27 Not in a sector 188 Lampiran 7. Data Sub Model Ekowisatawan Tabel 27. Data Peningkatan dan Penguranan Jumlah Ekowisatawan Sesuai Kondisi Saat Ini. Tahun Jumlah Ekowisatawan orangth Peningkatan orangth Pengurangan orangth 1535 631 1 2166 890 2 3057 1257 3 4313 1773 4 6086 2502 5 8588 3531 6 12119 4982 1560 7 15542 6389 3271 8 18660 7672 4830 9 21502 8840 6251 10 24091 9904 7545 Tabel 28. Data Peningkatan Jumlah Ekowisatawan Akibat Peningkatan Kualitas Layanan, OWA Promosi sesuai Kondisi Saat Ini. Tahun Total Peningkatan Ekowisatawan orangth Peningkatan orangth Kualitas Layanan Kualitas OWA Promosi 631 461 819 614 1 890 650 1155 866 2 1257 917 1630 1223 3 1773 1294 2300 1725 4 2502 1826 3246 2435 5 3531 2577 4581 3435 6 4982 3636 6464 4848 7 6389 4663 8289 6217 8 7672 5598 9952 7464 9 8840 6451 11468 8601 10 9904 7227 12848 9636 189 Tabel 29. Data Pengurangan Jumlah Ekowisatawan Akibat Indeks Daya Dukung Fisik Indeks Persepsi Masyarakat Sesuai Kondisi Saat Ini. Tahun Pengurangan Ekowisatawan Indek Daya dukung fisik Indeks persepsi masyarakat 5,86 1 1 4,16 1 2 2,94 1 3 2,09 1 4 1,48 1 5 0,00 1,05 1 6 1.559,62 0,74 1 7 3.270,99 0,58 1 8 4.830,24 0,48 1 9 6.250,88 0,42 1 10 7.545,25 0,37 1 Tabel 30. Tabel Penerimaan, Pengeluaran dan Tabungan Tahun Tabungan RpTh Penerimaan Total Rpth Pengeluaran Total Rpth 1.628.159.361 234.100.000 1 1.394.059.361 1.689.480.432 234.100.000 2 2.849.439.793 1.776.011.276 234.100.000 3 4.391.351.069 1.898.115.912 234.100.000 4 6.055.366.981 2.070.419.120 234.100.000 5 7.891.686.100 2.313.558.091 234.100.000 6 9.971.144.192 2.656.654.195 234.100.000 7 12.393.698.387 2.989.248.822 234.100.000 8 15.148.847.209 3.292.279.483 234.100.000 9 18.207.026.692 3.568.374.084 234.100.000 10 21.541.300.776 3.819.926.943 234.100.000 Tabel 31. Data Penerimaan dari Ekowisata dan dari Luar Ekowiata 190 Tahun Penerimaan Total RpTh Penerimaan dari luar ekowisatawan Rp th Penerimaan dari Ekowisatawan Rpth 1.628.159.361,11 1.479.000.000,00 149.159.361,11 1 1.689.480.431,79 1.479.000.000,00 210.480.431,79 2 1.776.011.275,97 1.479.000.000,00 297.011.275,97 3 1.898.115.911,65 1.479.000.000,00 419.115.911,65 4 2.070.419.119,77 1.479.000.000,00 591.419.119,77 5 2.313.558.091,23 1.479.000.000,00 834.558.091,23 6 2.656.654.195,40 1.479.000.000,00 1.177.654.195,40 7 2.989.248.822,48 1.479.000.000,00 1.510.248.822,48 8 3.292.279.482,70 1.479.000.000,00 1.813.279.482,70 9 3.568.374.084,24 1.479.000.000,00 2.089.374.084,24 10 3.819.926.943,42 1.479.000.000,00 2.340.926.943,42 191 Lampiran 8. Data Sub Model Pendapatan Masyarakat Tabel 32. Penggunaan Jasa pada Masyarakat Oleh Ekowisatawan Tahun Pengunjung Ekowisatawan OrangTh Pengguna Jasa OrangTh Penyewa Mobil Pengguna Pemandu Penyewa Perahu Pengunjung RM Pengguna Hotel Pengguna Ojek Pembeli Souvenir 1535 1075 61 41 115 92 38 17 1 2166 1516 87 58 162 130 54 24 2 3057 2140 122 83 229 183 76 34 3 4313 3019 173 116 323 259 108 47 4 6086 4260 243 164 456 365 152 67 5 8588 6012 344 232 644 515 215 94 6 12119 8483 485 327 909 727 303 133 7 15542 10879 622 420 1166 933 389 171 8 18660 13062 746 504 1400 1120 467 205 9 21502 15051 860 581 1613 1290 538 237 10 24091 16863 964 650 1807 1445 602 265 192 Tabel 33. Data Pendapatan Masyarakat Tahun Penerimaan bersih Total dari ekowisatawan RpTh Penerimaan bersih RpTh Penyewa Perahu Pengguna Pemandu Pengguna Ojek Pengunjung RM Penyewa Mobil Pembeli Souvenir Pengguna Hotel 149.159.361,11 6.631.200,00 1.228.000,00 3.837.500,00 4.605.000,00 95.511.111,11 506.550,00 36.840.000,00 1 210.480.431,79 9.357.360,00 1.732.844,44 5.415.138,89 6.498.166,67 134.776.790,12 714.798,33 51.985.333,33 2 297.011.275,97 13.204.274,67 2.445.236,05 7.641.362,65 9.169.635,19 190.185.026,06 1.008.659,87 73.357.081,48 3 419.115.911,65 18.632.698,70 3.450.499,76 10.782.811,75 12.939.374,09 268.372.203,44 1.423.331,15 103.514.992,76 4 591.419.119,77 26.292.808,16 4.869.038,55 15.215.745,46 18.258.894,56 378.702.998,19 2.008.478,40 146.071.156,45 5 834.558.091,23 37.102.073,74 6.870.754,40 21.471.107,49 25.765.328,98 534.392.008,56 2.834.186,19 206.122.631,87 6 1.177.654.195,40 52.355.148,50 9.695.397,87 30.298.118,34 36.357.742,01 754.086.500,97 3.999.351,62 290.861.936,09 7 1.510.248.822,48 67.141.357,52 12.433.584,73 38.854.952,27 46.625.942,72 967.056.589,77 5.128.853,70 373.007.541,77 8 1.813.279.482,70 80.613.236,85 14.928.377,19 46.651.178,73 55.981.414,48 1.161.096.004,02 6.157.955,59 447.851.315,83 9 2.089.374.084,24 92.887.615,80 17.201.410,33 53.754.407,29 64.505.288,75 1.337.887.470,33 7.095.581,76 516.042.309,98 10 2.340.926.943,42 104.070.938,84 19.272.396,08 60.226.237,75 72.271.485,30 1.498.964.139,63 7.949.863,38 578.171.882,43 193 Lampiran 9. Data Penerimaan Pemerintah Tabel 34. Data Penerimaan Pemerintah Tahun Penerimaan Pemerintah Rpth Penerimaan RpTh Retribusi Roda 4 Retribusi Roda 2 Tiket Masuk 3.546.000 54.000 422.000 3.070.000 1 4.808.111 54.000 422.000 4.332.111 2 6.589.090 54.000 422.000 6.113.090 3 9.102.249 54.000 422.000 8.626.249 4 12.648.596 54.000 422.000 12.172.596 5 17.652.886 54.000 422.000 17.176.886 6 24.714.495 54.000 422.000 24.238.495 7 31.559.962 54.000 422.000 31.083.962 8 37.796.943 54.000 422.000 37.320.943 9 43.479.526 54.000 422.000 43.003.526 10 48.656.990 54.000 422.000 48.180.990 194 Lampiran 10. Foto Kegiatan Penelitian Diskusi informal dengan Kepala Balai TNBT, Kades Talang Lakat, staf Balai TNBT di Kantor Camat Batang Gansal Fokus Group Discussion dengan Balai TNBT dan Mitra Kerjanya di Kantor Balai TNBT, Rengat. 195 Penjelasan tentang perlunya integrasi pengelolaan TNBT pada saat diskusi di Kantor DPRD Kabupaten Indragiri Hulu, Rengat Tanggapan oleh Anggota DPRD dan Aparat Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu, Rengat 196 Penjelasan tentang kondisi kawasan TNBT oleh Kepala Balai TNBT pada diskusi di Kantor Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, Tembilahan Penjelasan oleh Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Lingkungan Hidup Kab. Indragiri Hilir kanan 197 Pengamatan lapangan ke lokasi perambahan hutan di daerah penyangga TNBT di Desa Kritang, Kec. Kemuning. Kab. Indragiri Hilir, Riau. Pengamatan lapangan ke lokasi kebakaran di daerah penyangga TNBT di Desa Talang Lakat Kec. Batang Gansal. Kab. Indragiri Hulu, Riau. 198 Diskusi informal dengan Anggota DPRD Kab. INHU dan aparat Kecamatan Batang Gansal di Lokasi Ekowisata Granit, TNBT Pembuatan souvenir oleh masyarakat lokal 199 Suku Talang Mamak ke luar kawasan TNBT untuk menjual hasil hutan berupa petai Jernang Daemonorps draco merupakan hasil hutan yang bernilai ekonomis tinggi 200 Contoh interaksi antara ekowisatawan dengan anak-anak Suku Talang Mamak di kawasan TNBT Ekowisatawan dengan latar belakang rumah Suku Talang Mamak di kawasan TNBT 201 202 53 Faktor-faktor Strategis dan Alternatif Program pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata Pengisian kuesioner AHP oleh pakar terpilih Analisis Sistim Dinamik MODEL PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TNBT SECARA TERINTEGRASI BERBASIS EKOWISATA Wawancara dengan staf Balai TNBT dan aparat Pemda Analisis Spasial Kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT. Pengamatan lapangan dan studi literatur Gambar 10. Diagram Aliran Informasi Analisis Supply dan Demand Persepsi dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata TNBT. Peta kondisi tutupan hutan TNBT Peta tata ruang daerah penyangga TNBT Laju kerusakan hutan TNBT Wawancara dengan masyarakat daerah penyangga Wawancara dengan masyarakat tradisional Citra Landsat Peta kawasan TNBT Peta wilayah kerja perusahaan Tingkat kepentingan relatif masing-masing elemen pada setiap tingkatan hierarki FGD dengan pengelola TNBT dan mitra kerjanya Wawancara dengan ekowisatawan Wawancara dengan staf Balai TNBT dan aparat Pemda Analisis SWOT Sub Model Ekowisatawan Sub Model Pendapatan Masyarakat Sub Model Penerimaan Pemerintah Struktur Hierarki AHP Potensi pengembangan ekowisata TNBT supply dan demand Prioritas program pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata AWOT SWOT + AHP 132 Gambar 48. Struktur Model Dinamik Pengembangan Pengelolaan TNBT Secara Terintegrasi Berbasis Ekowisata J u m la h E k o wis a t a wa n P e n in g k a t a n P e n e rim a a n E k o wis a t a L a y a n a n K u a lit a s O W A S a ra n a J a la n F a s ilit a s K u a lit a s L a y a n a n P ro m o s i J u m la h O W A P a m e ra n Me d ia C e t a k E le k t ro n ik R a t e wis a t a wa n k rn p ro m o s i R a t e wis a t a wa n k rn K u a lit a s L a y a n a n R a t e wis a t a wa n k rn K u a lit a s O W A P e n g u ra n g a n D D F D a y a d u k u n g F is ik I n d e k s P e rs e p s i t h d K e ru s a k a n h u t a n L u a s Y a n g D ig u n a k a n O W A K e b u t u h a n A re a u t k W is a t a wa n F a k t o r R o t a s i To t a l P e n d a p a t a n L a in L u a s H u t a n L u a s TN L u a s K e ru s a k a n H u t a n P e n u ru n a n L u a s H u t a n Ta b u n g a n R a t e K e ru s a k a n H u t a n P e n e rim a a n To t a l P e n g e lu a ra n To t a l P e n g e lu a ra n P P e ra h u 2 P e n g e lu a ra n P Mo b il 2 P e n g e lu a ra n P O je k 2 P e n g u n ju n g L a m a S e wa p e ra h u P e n y e wa P e ra h u P e n y e wa m o b il P e n g g u n a O je k P e n y e wa P e m a n d u R u m a h Ma k a n P e n g in a p a n n h o t e l S o u v e n ir K e lo m p o k K e u n t u n g a n p e r p e ra h u P e n d a p a t a n P e ra h u K e u n t u n g a n p e r m o b il L a m a S e wa m o b il K e lo m p o k 2 P e n d a p a t a n S e wa m o b il K e u n t u n g a n p e r o je k P e n d a p a t a n O je k L a m a S e wa P e m a n d u U p a h P e n d a p a t a n p e m a n d u K e lo m p o k 3 J u m la h R M U n t u n g R M P e n d a p a t a n R M P e d a g a n g U n t u n g P e d a g a n g P e n d a p a t a n S o u v e n ir U n t u n g H o t e l p e r O ra n g J m lh H o t e l P e n d a p a t a n H o t e l P e n d a p a t a n L a in P P e ra h u P e n d a p a t a n L a in P e m ilik Mo b il P e n d a p a t a n L a in Tu k a n g O je k P e n d a p a t a n L a in P e m a n d u P e n d a p a t a n L a in R M P e n d a p a t a n L a in H o t e l P e n d a p a t a n L a in S o u v e n ir Ta b le 1 G ra p h 1 Ta b le 2 Ta b le 3 P e n e rim a a n P e m e rin t a h P e m a s u k a n P e m e rin t a h H a rg a Tik e t D a ri Tik e t Ma s u k D a ri R e t rib u s i R o d a 4 D a ri ro d a 2 H a rg a re t rib u s i ro d a 4 H a rg a re t rib u s i ro d a 2 J u m la h R o d a 4 J u m la h R o d a 2 P e n g e lu a ra n P e m a n d u 2 P e n g e lu a ra n P R M 2 P e n g e lu a ra n P H o t e l 2 P e n g e lu a ra n P S o u v e n ir 2 K e b h a ria n 8 K e b K e s e h a t a n 8 K e b P e n d ik a n 8 K e b h a ria n 9 K e b K e s e h a t a n 9 K e b P e n d ik a n 9 K e b h a ria n 1 0 K e b K e s e h a t a n 1 0 K e b P e n d ik a n 1 0 K e b h a ria n 1 1 K e b K e s e h a t a n 1 1 K e b P e n d ik a n 1 1 K e b h a ria n 1 2 K e b K e s e h a t a n 1 2 K e b P e n d ik a n 1 2 K e b h a ria n 1 3 K e b K e s e h a t a n 1 3 K e b P e n d ik a n 1 3 K e b h a ria n 1 4 K e b K e s e h a t a n 1 4 K e b P e n d ik a n 1 4 S u b Mo d e l E k o wis a t a wa n S u b Mo d e l P e n d a p a t a n Ma s y a ra k a t S u b Mo d e l P e n d a p a t a n P e m e rin t a h 77 Gambar 17. Peta Kawasan TNBT Berdasarkan Draft RTRW Prop. Jambi Tahun. 2009 76 Gambar 16. Peta Kawasan TNBT Berdasarkan Draft RTRW Prop. Riau Thn. 2009 37 Usulan Penelitian RANCANGAN PENELITIAN Rancangan koleksi data Ukuran contoh dan rencana seleksi responden Penyusunan instrumen penelitian Tipe, tujuan, kerangka waktu, bidang, lingkungan Pengumpulan Data sekunder dan primer Analisis Data Penyusunan Disertasi Pendefinisian Pertanyaan penelitian Uji coba Instrument Penelitian Gambar 6. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Dimodifikasi dari Eriyatno dan Fadjar Sofyar, 2007 Menemukan Topik Penelitian Pendefinisian Ruang Lingkup MODEL PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL SECARA TERINTEGRASI Studi Kasus Pengelolaan Berbasis Ekowisata di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Provinsi Riau dan Jambi MOH. HARYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Model Pengembangan Pengelolaan Taman Nasional secara Terintegrasi: Studi Kasus Pengelolaan Berbasis Ekowisata di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Provinsi Riau dan Jambi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi. Bogor, Januari 2011 Moh. Haryono E361070031 ABSTRACT MOH. HARYONO. Model of Integrated National Park Management Development Case study of Bukit Tigapuluh National Park Management Based on Ecotourism. Supervisors : HADI S. ALIKODRA, RINEKSO SOEKMADI, and LILIK BUDI PRASETYO. The management of national park should be integrated with buffer zone and regional development. Integrated national park management must be based on the existing potency. Ecotourism represents the potency of natural and cultural resources which enable to be created as a focus for the development of integrated national park management. The research was carried out in Bukit Tigapuluh National Park BTNP, Riau Province and Jambi Province. The research aimed to formulate a model of development of integrated management of BTNP. Data analysis was done with several methods that are spatial analysis, supply and demand analysis, AWOT analysis integration between SWOT and Analytic Hierarchy Process and dynamic system analysis. Model simulation with optimism scenario integrated management showed that development of BTNP based on ecotourism will significantly increase of local people income, and the government income in ten year a head. In principle, BTNP ecotourism improvement based on the integrated national park management will achieve three purposes of sustainable ecotourism management, namely conservationenvironment, economic and social purposes. Keyword : management, integrated, national park, ecotourism, model RINGKASAN MOH. HARYONO. Model Pengembangan Pengelolaan Taman Nasional secara Terintegrasi Studi Kasus Pengelolaan Berbasis Ekowisata di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Provinsi Riau dan Jambi. Dibimbing oleh HADI S. ALIKODRA, RINEKSO SOEKMADI, DAN LILIK BUDI PRASETYO. Kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini adalah adanya interaksi hubungan timbal baik antara kawasan taman nasional dengan wilayah di sekitarnya baik ditinjau dari aspek bio-fisik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Oleh sebab itu pengelolaan taman nasional seharusnya diintegrasikan dengan pengembangan daerah penyanganya dan pembangunan wilayah. Penelitian dilaksanakan di TNBT Propinsi Riau dan Propinsi Jambi, dimulai bulan Maret 2009 sampai dengan Mei 2010. Data penunjang diperoleh dari beberapa sumber sedangkan data utama diperoleh dengan metode pengamatan lapangan, wawancara, Focus Group Discussion FGD, dan pengisian kuesioner oleh pakar terpilih. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode : 1 Analisis Spasial dengan perangkat lunak ArcView 3.3, 2 Analisis Penawaran supply dan Permintaan demand, 3 Analisis SWOT, 4 Analisis AWOT integrasi SWOT dan AHP Analytic Hierarchy Process dengan perangkat lunak ExpertChoice., dan 5 Analisis Sistem Dinamik dengan perangkat lunak STELLA 9.02. serial number : 90047796426 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengelolaan TNBT belum terintegrasi dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah. Lemahnya integrasi pengelolaan TNBT dapat dilihat dari tiga bentuk integrasi yaitu ; integrasi kebijakan, integrasi fungsional, dan integrasi sistem Kay and Alder, 1999. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi untuk mengembangkan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata adalah strategi konservatif Strategi WO , yakni strategi mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Berdasarkan hasil analisis AWOT, prioritas program yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata adalah ; 1 meningkatkan aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata nilai bobot 0,293, 2 mengintensifkan promosi dan publikasi ekowisata nilai bobot 0,229, 3 mengembangkan daya tarik obyek ekowisata nilai bobot 0,183, 4 menekan tingkat kerusakan hutan nilai bobot 0,176, dan 5 mengintensifkan pengelolaan ekowisata dengan melibatkan dunia usaha nilai bobot 0,119. Model yang dibangun terdiri dari tiga sub model yaitu: 1 Sub model ekowisatawan, 2 Sub model pendapatan masyarakat, dan 3 Sub model penerimaan pemerintah. Variabel kunci yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan program prioritas terhadap peningkatan jumlah ekowisatawan TNBT adalah: 1 Pelayanan pengunjung, 2 Promosi melalui pameran, 3 Promosi dengan media cetak, 4 Promosi melalui media elektronik, 5 Jumlah obyek ekowisata, 6 Kondisi jalan akses, 6 Tingkat kerusakan hutan. Dari hasil simulasi dengan variabel kunci sesuai kondisi saat ini pada sepuluh tahun yang akan datang jumlah ekowisatawan TNBT meningkat dari 1.535 orang jumlah pada tahun 2009 menjadi 24.090 orang jumlah pada tahun 2019. Demikian pula pendapatan masyarakat dari kegiatan ekowisata TNBT akan meningkat dari Rp 149.159.361,- pendapatan pada tahun 2009 menjadi Rp 2,340,926,943,- pendapatan pada tahun 2019. Sedangkan penerimaan pemerintah dari ekowisata TNBT akan meningkat dari Rp 3.546.000,- penerimaan pada tahun 2009 menjadi Rp 48.656.990,- penerimaan pada tahun 2019. Skenario pesimis dibuat dengan kondisi dimana kerusakan hutan meningkat dari 1-5 per tahun menjadi 6-10 per tahun sedangkan enam variabel kunci lain tetap sesuai kondisi saat ini. Dari hasil simulai pesimis dapat dilihat bahwa jumlah ekowisatawan TNBT akan mengalami peningkatan sampai tahun ketujuh dari 1.535 orang jumlah pada tahun 2009 menjadi 10.720 orang pada tahun 2016, dan selanjutnya mengalami penurunan hingga 9.354 orang pada tahun 2019. Demikian pula pendapatan masyarakat dari kegiatan ekowisata TNBT akan mengalami peningkatan sampai tahun ketujuh dari Rp 149.159.361,- pendapatan pada tahun 2009 menjadi Rp 1.041.670.383,- pada tahun 2016 dan selanjutnya mengalami penurunan hingga Rp 908.992.915,- pada tahun 2019. Sedangkan penerimaan pemerintah dari ekowisata TNBT juga mengalami peningkatan sampai tahun ketujuh dari Rp 3.546.000,- penerimaan pada tahun 2009 menjadi Rp 21.915.674,- pada tahun 2016, dan selanjutnya mengalami penurunan hingga Rp 19.184.905,- pada tahun 2019. Skenario moderat dibuat dengan kondisi dimana terjadi peningkatan kualitas jalan akses dari diperkeras dengan batu dan pasir menjadi diaspal dengan kualitas biasa, sedangkan enam variabel kunci lain tetap sesuai kondisi saat ini. Dari hasil simulai dapat dilihat bahwa jumlah ekowisatawan TNBT akan meningkat dari 1.535 orang jumlah pada tahun 2009 menjadi 26.270 orang pada tahun 2019. Demikian pula pendapatan masyarakat dari kegiatan ekowisata TNBT akan meningkat dari Rp 149.159.361,- pendapatan pada tahun 2009 menjadi Rp 2.552.755.932,- pada tahun 2019. Sedangkan penerimaan pemerintah dari ekowisata TNBT juga akan mengalami peningkatan dari Rp 3.546.000,- penerimaan pada tahun 2009 menjadi Rp 53.016.857,- pada tahun 2019. Skenario optimis dibuat dengan kondisi dimana terjadi peningkatan se4cara simultan terhadap pelayanan pengunjung dari 2 menjadi 3 orang petugas, promosi dengan media cetak dari 5000 menjadi 10.000 eksemplar, promosi melalui pameran dari 2 menjadi 3 kali dalam setahun, promosi dengan media elektronik dari 20 menjadi 30 kali dalam setahun, jumlah obyek ekowisata naik menjadi 11 lokasi, dan kualitas jalan akses dari diperkeras dengan batu dan pasir menjadi diaspal dengan kualitas biasa. Sedangkan tingkat kerusakan hutan tetap sesuai kondisi saat ini. Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa jumlah ekowisatawan TNBT akan meningkat dari 1.535 orang jumlah pada tahun 2009 menjadi 105.314 orang pada tahun 2019. Demikian pula pendapatan masyarakat dari kegiatan ekowisata TNBT akan meningkat dari Rp 149.159.361,- pendapatan pada tahun 2009 menjadi Rp 10.233.571.053,- pada tahun 2019. Sedangkan penerimaan pemerintah dari ekowisata TNBT juga akan mengalami peningkatan dari Rp 3.546.000,- penerimaan pada tahun 2009 menjadi Rp 211.103.499,- pada tahun 2019. Dengan skenario optimis daya dukung fisik obyek ekowisata TNBT akan menjadi faktor pembatas jumlah ekowisatawan pada tahun ke 26 dimana indeks daya dukung fisik obyek ekowisata sama dengan nol, artinya kegiatan ekowisata telah menimbulkan kerusakan fisik lingkungan obyek ekowisata. Pada kondisi tersebut jumlah ekowisatawan TNBT mencapai optimal yakni 2.229.501 orang per tahun, pendapatan masyarakat sebesar Rp 216.645.545.796,- per tahun dan penerimaan pemerintah sebesar Rp 4.459.477.571,- per tahun. Setelah tercapainya kondisi tersebut maka pengembangan ekowisata TNBT perlu dilakukan dengan cara menambah jumlah dan atau luas obyek ekowisata. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pengembangan ekowisata TNBT yang didasarkan atas azas-azas pengelolaan taman nasional secara terintegrasi akan mewujudkan tiga tujuan pengelolaan ekowisata berkelanjutan yakni tujuan lingkungan konservasi,, tujuan ekonomi, dan tujuan sosial BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, Indonesia memiliki hutan tropis terluas ketiga setelah Brazil dan Zaire. Hutan tropis Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi mega biodiversity baik pada tingkat ekosistem, spesies dan genetik. Indonesia memiliki sekitar 90 jenis ekosistem khas yang merupakan habitat tumbuhan alam dan satwa liar yang meliputi spesies tumbuhan berbunga sekitar 10 dari dunia, spesies mamalia 12 , spesies reptilia dan amfibia 16 , dan spesies burung 17 , BAPPENAS, 2003 Dua hal yang menyebabkan masalah keanekaragaman hayati biodiversitas menjadi perhatian dunia saat ini, pertama adalah masalah etik tentang pengakuan bahwa semua mahluk hidup mempunyai hak untuk hidup. Kedua, adanya kesadaran bahwa mahluk hidup merupakan sumberdaya yang diperlukan bagi pembangunan berkelanjutan Alikodra, 1998. Masalah serius yang sedang dihadapi dalam hal konservasi biodiversitas adalah berlangsungnya proses degradasi dan kepunahan berbagai spesies di dunia, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun karena tekanan akibat perkembangan kehidupan manusia. Dalam rangka konservasi biodiversitas, sejak tahun 1982 Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan konservasi alam, yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui pengelolaan kawasan konservasi taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman buru maupun di luar kawasan konservasi seperti taman margasatwa, kebun binatang, kebun raya, taman safari, dan lain-lain. Sampai tahun 2009, Pemerintah Indonesia telah menetapkan 535 unit kawasan konservasi dengan luas 28.260.150,56 ha yang terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, dan taman buru. Taman nasional TN merupakan kategori kawasan konservasi yang mempunyai persentase luas paling besar yaitu mencapai 57,9 , atau seluas 16.375.251,31 ha dengan jumlah 50 unit. 2 Pembangunan TN di Indonesia diawali tahun 1980 dengan dideklarasikannya 5 lima kawasan TN pertama, yaitu TN Gunung Gede Pangrango, TN Ujungkulon, TN Gunung Leuser, TN Baluran, dan TN Komodo. Selanjutnya, pemerintah terus mengembangkan pembangunan TN dengan menunjuk beberapa lokasi baru. Perkembangan luas kawasan TN di Indonesia sebagai berikut: pada tahun 1982 seluas 1.394.790 ha, tahun 1985 seluas 1.750.301 ha, tahun 1990 seluas 1.883.900,7 ha, tahun 1995 seluas 3.679.330,7 ha, tahun 2000 seluas 11.573.793,2 ha, dan pada tahun 2005 sampai tahun 2009 seluas 16.375.251,31 ha. Perkembangan luas TN di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Perkembangan Luas TN di Indonesia Ditjen. PHKA, 2007. Taman nasional mempunyai fungsi yang sangat penting ditinjau dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Ditinjau dari aspek ekologi TN mempunyai fungsi sebagai pengendali erosi, pencegah banjir, siklus nutrisi, dan produksi karbon. Ditinjau dari aspek sosial TN mempunyai fungsi membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, spriritual, kultural, dan estetika. Sedangkan ditinjau dari aspek ekonomi TN mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan pendapatan asli daerah PAD. Pengelolaan TN di Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan yang mengancam kelestarian biodiversitasnya, seperti perambahan hutan, pemukiman liar, pembalakan, perburuan dan kebakaran hutan. Masyarakat yang tinggal di 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 1982 1985 1990 1995 2000 2009 Tahun Luas J ut a H a 18 16 14 12 10 8 6 4 2 3 daerah penyangga TN pada umumnya masih mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah dan memiliki hubungan ketergantungan segi fisik dengan potensi sumberdaya alam di kawasan TN. Mereka memasuki TN untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan kayu bakar, daging satwa, ikan, buah-buahan, rotan, madu, dan sumber daya alam lainnya. Pengelolaan potensi yang ada, baik penawaran supply maupun permintaan demand belum berkembang secara optimal. Sedangkan kontribusi pengelolaan TN terhadap pendapatan masyarakat dan PAD masih rendah. Hal tersebut terjadi karena pengelolaan TN belum terintegrasi dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah kawasan budidaya, permukiman, perkotaan, dan industri baik secara sistem, kebijakan, maupun fungsional. Pengelolaan TN belum menjadi bagian integral dari pembangunan wilayah secara keseluruhan. Secara sistem, pembangunan wilayah kurang dikaitkan dengan peran dan fungsi kawasan taman nasional. Secara kebijakan, konsistensi program dan koordinasi pengembangan taman nasional masih lemah. Sedangkan secara fungsional, sektor terkait belum terpadu dalam memberikan dukungan terhadap pengelolaan TN. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kesenjangan gaps antara penawaran dan permintaan dalam pengembangan kawasan TN. Sesuai Miller and Hamilton 1999 bahwa pengelolaan kawasan konservasi perlu diintegrasikan dengan lanskap yang lebih luas. Hal tersebut dibuktikan dari hasil studi kasus pada beberapa kawasan konservasi di Australia, Brazil, Amerika Utara, dan Bhutan. Kondisi belum terintegrasinya pengelolaan TN dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah terjadi pada hampir seluruh kawasan TN di Indonesia, termasuk TN Bukit Tigapuluh TNBT. Akibat dari belum terintegrasinya pengelolaan TNBT, kini kawasan TN yang berada di wilayah Propinsi Riau dan Jambi tersebut menghadapi berbagai permasalahan yang mengancam kelestarian biodiversitasnya. Permasalahan serius yang terjadi di kawasan TNBT adalah perladangan berpindah yang dilakukan oleh masyarakat suku asli, pembalakan liar, perambahan hutan, dan perburuan satwa liar. Berdasarkan data Balai TNBT, perladangan berpindah yang dilakukan oleh masyarakat suku asli di kawasan TNBT terus mengalami peningkatan. Perambahan hutan di sekitar enklav Desa Sanglap 4 diperkirakan telah mencapai luas 2.103 ha. Dalam kasus perburuan satwa liar, sebanyak 5 ekor Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae telah terbunuh dalam periode tahun 1999 sampai tahun 2006. Sedangkan permasalahan yang terjadi di sekitar kawasan TNBT adalah konversi hutan, eksploitasi sumberdaya alam mineral, kebakaran hutan, dan perubahan tataguna lahan. Konversi hutan dan eksploitasi tambang batu bara telah menyebabkan semakin menipisnya hutan penyangga TNBT Balai TNBT dan FZS, 2009. Akibat lain dari belum terintegrasinya pengelolaan TNBT adalah belum berkembangnya pemanfaatan potensi kawasan tersebut sehingga kontribusi pengelolaan TNBT terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah dan PAD, masih sangat rendah. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan berbasis ekowisata di TNBT. Ditinjau dari aspek penawaran ekowisata, kawasan TNBT mempunyai potensi berupa kekayaan biodiversitas yang tinggi sekitar 1500 spesies flora, 59 jenis mamalia, 9 jenis primata, 193 jenis burung, dan beberapa tipe ekosistem unik keindahan lanskap, dan keunikan budaya masyarakat tradisional. Sedangkan potensi permintaan ekowisata berupa meningkatnya minat masyarakat untuk menikmati obyek yang masih alami, meningkatnya isu lingkungan, dan semakin meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Menurut UNEP 2003, perencanaan dan pengelolaan ekowisata yang baik dalam penelitian ini pengelolaan ekowisata secara terintegrasi dapat menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk konservasi biodiversitas dalam jangka panjang. Sebagai alat pembangunan, ekowisata dapat mewujutkan tiga tujuan dasar dari konservasi biodiversitas yaitu : 1 Melindungi biodiversitas dan budaya masyarakat, 2 Mendukung penggunaan biodiversitas secara berkelanjutan, dan 3 Membagi keuntungan pengembangan ekowisata dengan masyarakat lokal. Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam rangka pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi diperlukan pendekatan yang logis atas dasar potensi yang ada baik supply maupun demand, berupa model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi. 5

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini akan menjawab permasalahan pokok sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan ? 2. Strategi dan program prioritas apa yang perlu dilakukan dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi ? 3. Bagaimana model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi ? Rumusan masalah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Rumusan Masalah Penelitian

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merumuskan model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi. Adapun tujuan antara dari penelitian ini adalah : 1. melakukan analisis kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT dalam suatu wilayah pembangunan, 2. merumuskan strategi dan program prioritas pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi, 3. membuat model pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi . Pengelolaan TNBT KONDISI SAAT INI  Pengelolaan TNBT bersifat eksklusif  Pemda tidak mempunyai kewenangan dalam pengelolaan TNBT  Tidak ada sistem yang secara efektif memadukan perencaan ketiga wilayah tersebut.  Implementasi kebijakan tentang pengelolaan daerah penyangga masih lemah. . Pengembangan Daerah Penyangga . Pembangunan Wilayah AKIBATNYA : Biodiversitas TNBT terancam kelestariannya Pengelolaan potensi supply dan demand belum berkembang secara optimal. Kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat masih rendah Kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan PAD rendah Pengembangan pengelolaan TNBT memerlukan pendekatan yang logis atas dasar potensi yang ada suppay dan demand, berupa MODEL PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TNBT SECARA TERINTEGRASI 6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi pengambil kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dalam pengembangan pengelolaan TN secara terintegrasi berbasis pada potensi kawasan. 2. Bagi masyarakat dan dunia usaha penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan keterlibatannya dalam pengelolaan TN. 3. Bagi peneliti bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang pengelolaan TN.

E. Novelty

Nilai kebaruan novelty dari penelitian ini adalah integrasi pengelolaan TN dengan pengembangan daerah penyangga dan pembangunan wilayah melalui pendekatan sistem, kebijakan, dan fungsional.

F. Kerangka Pemikiran

WCED 1987 mendefinisikan konservasi biodiversitas adalah pengelolaan pemanfaatan biosfer oleh manusia sedemikian rupa sehingga bisa dihasilkan kesinambungan keuntungan manfaat terbesar sekaligus memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang the management of human use of the biosphere so that it can yield in greatest sustainability benefit generations while maintaining its potential to meet the needs and aspiration of future generations. Dalam pelaksanaannya, konservasi biodiversitas dilakukan melalui pengelolaan kawasan konservasi seperti taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman buru maupun di luar kawasan konservasi seperti kebun binatang, kebun raya, taman safari. Taman nasional merupakan jenis kawasan konservasi yang berdasarkan IUCN Protected Area Category 1994 termasuk kategori II yakni kawasan konservasi yang dikelola dengan tujuan utama untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi. Berdasarkan kategori tersebut tujuan pengelolaan TN adalah :