Potensi Pengembangan Pengelolaan TNBT Berbasis Ekowisata

95 g Sungai Batang Gangsal Sungai Batang Gangsal merupakan sungai terbesar yang terdapat di kawasan TNBT. Sungai tersebut membelah kawasan TNBT dari arah selatan ke utara yang melewati beberapa dusun yang dihuni oleh masyarakat tradisional Suku Talang Mamak dan Melayu Tua, yaitu Dusun Tua Datai, Dusun Suwit, Sadan, Air Bomban, Nunusan, Dusun Air Tabo, dan Dusun Lemang. Perjalanan dari Dusun Tua Datai ke Dusun Lemang dapat ditempuh selama 2 hari. Menyusuri Sungai Batang Gangsal dengan menggunakan perahu atau rakit merupakan atraksi ekowisata yang sangat mengasikkan. h Air Terjun Papunawan Air Terjun Papunawan merupakan air terjun bertingkat dengan ketinggian sekitar 15 m. Lokasi air terjun tersebut dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama sekitar 2 jam dari lokasi pemukiman penduduk di Desa Rantau Langsat. Di sekitar air terjun terdapat areal untuk berkemah yang biasa digunakan ekowisatawan. i Budaya Suku Talang Mamak Suku Talang Mamak dapat ditemui pada dusun-dusun yang berada di sepanjang Sungai Batang Gangsal. Suku tersebut memiliki budaya yang sangat menarik misalnya pelaksanaan upaca pernikahan, sunatan, kelahiran, pengobatan dan penghormatan roh yang telah meninggal. Selain itu ekowisatawan dapat melihat kehidupan sehari-hari Suku Talang Mamak yang sangat dekat dengan alam. Gambar 26. Menyusuri Sungai Batang Gansal 96 Peta lokasi obyek ekowisata yang berada di Camp Granit dan jalur Sungai Batang Gangsal disajikan pada Gambar 27. dan 28. Camping ground Gambar 27. Peta Lokasi Obyek Ekowisata di Camp Granit 97 Gambar 28. Peta Lokasi Obyek Ekowisata di Sungai Batang Gangsal 2 Hospitality keramah-tamahan Ekowisatawan TNBT akan dilayani oleh masyarakat penyedia jasa yang terkait dengan ekowisata akomodasi, transportasi, pemandu, dll dengan penuh keramah-tamahan sesuai budaya masyarakat Melayu. Sesampaikan di kawasan TNBT, masyarakat Suku Talang Mamak juga akan menyambut kedatangan ekowisatawan dengan akrab dan ramah sesuai dengan adat dan tradisi mereka. Terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas ekowisata Balai TNBT, 37,5 ekowisatawan menyatakan petugas telah melayani dengan ramah, dan 62,5 ekowisatawan menyatakan petugas telah melayani dengan cukup ramah.

b. Aksessibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata Inskeep 1994 dalam Damanik Weber 2006. Untuk menuju ke Kantor Balai TNBT yang berlokasi di Rengat Barat, dari Kota Pekanbaru dapat ditempuh dengan jalan darat dengan jarak 180 Km dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Sedangkan dari kota Jambi dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh 310 km dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Kondisi jalan dari Kota 98 Pekanbaru ke Rengat Barat lebih baik dibandingkan dengan kondisi jalan dari Kota Jambi. Demikian pula kondisi jalan dari Kota Jambi ke Rengat Barat disamping sangat jauh juga berbelolk-belok sehingga sering kurang menyenangkan bagi ekowisatawan. Dari Kantor Balai TNBT ke lokasi TNBT ditempuh melalui Jalan Lintas Timur Sumatera dengan jarak sekitar 60 km dan waktu tempuh sekitar satu jam. Dari jalan Lintas Timur Sumatera, terdapat tiga jalan masuk ke lokasi ekowisata TNBT, yakni : 1 Dari Simpang Pendowo Desa Keritang ke Simpang Datai batas kawasan TNBT sepanjang sekitar 20 Km, 2 Dari Simpang Granit Desa Talang Lakat ke lokasi ekowisata Camp Granit sepanjang 13 Km, dan 3 Dari Simpang Siberida Desa Siberida ke Desa Rantau Langsat sepanjang 15 Km. Jalur pertama merupakan jalan bekas HPH yang berupa jalan tanah dimana pada saat musim hujan kondisinya berlumpur dan hanya bisa dilalui kendaraan roda empat double gardan atau kendaraan roda dua. Jalur kedua merupakan jalan bekas perusahaan tambang batu Granit yang berupa jalan diperkeras. Karena kondisi topografi yang terjal dan kurangnya perawatan, sebagian besar jalan tersebut sudah rusak, namun masih bisa dilalui oleh semua jenis kendaraan roda empat dan roda dua. Kedua jalan tersebut melalui kawasan hutan produksi eks HPH yang sebagian telah dirambah oleh masyarakat untuk dijadikan kebun sawit. Sedangkan jalur ketiga merupakan jalan kabupaten yang kondisinya sebagian sudah diaspal dan sisanya baru diperkeras. Jalur tersebut melalui beberapa desa penyangga TNBT. Pada ketiga jalan masuk ke lokasi ekowisata TNBT tersebut belum tersedia sarana angkutan umum kecuali ojek. Gambar 29. Kondisi Jalan dari Simpang Granit ke Camp Granit 99 Dengan kondisi aksessibilitas tersebut, 52,5 ekowisatawan menyatakan mengalami kesulitan untuk mencapai lokasi ekowisata TNBT. Jenis kesulitan yang dihadapi oleh ekowisatawan untuk mencapai lokasi ekowisata TNBT adalah karena faktor jalan rusak 55,6, medan berat 27,8 , lokasi terpencil 11,1 dan tidak adanya papan petunjuk arah 5,6. Rusaknya jalan dan beratnya medan pada ketiga ruas jalan yang menghubungkan Jalan Lintas Timur Sumatera dengan lokasi ekowisata TNBT menyebabkan rendahnya tingkat aksesibilitas ke lokasi ekowisata TNBT.

c. Amenities

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti Bank, money changer, sarana telekomonikasi, dan lain-lain. Semua jenis infrastruktur pendukung ekowisatawan tersebut telah tersedia di Kota Rengat, sehingga ekowisatawan dapat menyelesaikan segala kebutuhannya sebelum berangkat ke kawasan TNBT.

d. Promosi

Dalam rangka menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke TNBT, Balai TNBT telah melakukan beberapa bentuk kegiatan promosi dan publikasi. . Kegiatan promosi dan publikasi dilakukan dalam bentuk pembangunan pusat informasi pemasangan billboard, penerbitan media cetak seperti leaflet, booklet, poster dan kalender. Selain itu pada beberapa kesempatan Balai TNBT mengadakan mengikuti pameran baik di tingkat kabupaten maupun propinsi. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner didapatkan bahwa 36,1 ekowisatawan menyatakan mendapatkan informasi tentang ekowisata TNBT dari kegiatan sosialisasi kampanye pameran yang dilaksanakan oleh Balai TNBT, 26,2 mendapatkan informasi dari teman saudara, 22,9 mendapatkan informasi dari media cetak leaflet, booklet, majalah, koran, 11,5 mendapatkan informasi dari media elektronik, dan hanya 3,3 mendapatkan informasi dari sumber lain. Upaya promosi yang dilakukan oleh Balai TNBT tersebut telah mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke TNBT. Sebanyak 49,2 ekowisatawan yang 100 berkunjung ke TNBT menyatakan terdorong oleh keinginan untuk membuktikan informasi yang telah diperoleh. Gambar 30. Pusat Informasi TNBT

e. Pelayanan Pengunjung

Pelayanan terhadap ekowisatawan TNBT dimulai dari tahap pemberian informasi, pengurusan tiket masuk, pengaturan akomodasi, dan pelayanan jasa pemandu. Saat ini terdapat 2 orang pegawai Balai TNBT yang secara khusus bertugas dibagian pelayanan ekowisawa. Pemberian informasi dilakukan dengan tiga cara yaitu penjelasan secara lisan dengan alat peraga berupa display yang ada di Pusat Informasi, pemberian informasi secara tertulis leaflet dan booklet, dan atau pemutaran film di ruang audio visual Pusat Informasi. Pemilihan metode cara pemberian informasi kepada ekowisatawan disesuaikan dengan karakteristik pengunjung umur, jenis pekerjaan dan sifat kunjungan sendiri, nerkelompok. Pelayanan tiket masuk ekowisatawan dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.223Menhut-II2004 yang mengatur tentang pembagian rayon Taman Nasional dalam rangka penerimaan negara bukan pajak. Berdasarkan ketentuan tersebut harga tiket masuk ekowisatawan ke kawasan TNBT termasuk Rayon III sebesar Rp 1.000,- untuk wisatawan nusantara dan Rp 10.000,- untuk wisatawan mancanegara. Harga tiket masuk kendaraan roda dua sebesar Rp 1.000,- dan roda empat sebesar Rp 2.000,- 101

2. Kondisi Permintaan Ekowisata TNBT

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh 60 rersponden yang diambil dari ekowisatawan TNBT selama periode penelitian didapatkan bahwa 80 ekowisawan TNBT merupakan ekowisatawan domestik yang berasal dari tiga kabupaten terdekat dengan kawasan TNBT yaitu Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir dan Kab. Pelalawan. Sedangkan 20 lainnya merupakan ekowisatawan domestik yang berasal dari luar wilayah tiga kabupaten tersebut, seperti Pekanbaru, Medan, Jambi, dan Bandar Lampung Berdasarkan kelas umurnya, 55 ekowisatawan berumur antara 31 – 40 tahun, 25 berumur antara 41 – 50 tahun, 13 berumur 20 -30 tahun, dan 7 berumur lebih dari 51 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikannya, 37,5 ekowisatawan berpendidikan SLTA, 35 berpendidikan Sarjana, 20 berpendidikan Diploma, 5 berpendidikan SD, dan 2,5 berpendidikan Pasca Sarjana. Berdasarkan jenis pekerjaannya, 45 ekowisatawan adalah pegawai negeri sipil PNS, 27,5 pegawai swasta, 15 wiraswastawan, 7,5 mahasiswa, dan 5 mempunyai jenis pekerjaan lain. Sedangkan berdasarkan tingkat penghasilan per- bulan, 76 ekowisatawan berpenghasilan 1,5 – 3,5 juta rupiah, 19 berpenghasilan 3,5 – 6,5 juta rupiah, dan 5 berpenghasilan 500 ribu – 1, 5 juta rupiah. Persentase jumlah ekowisatawan berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Gambar 31. Sedangkan daftar jumlah ekowisatawan TNBT mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 2. 5 38 20 35 2 SD SLTA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Keterangan : Gambar 31. Persentase Jumlah Ekowisatawan Berdasarkan Tingkat Pendidikannya. 102 Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar ekowisatawan TNBT berasal dari daerah kabupaten di sekitar kawasan TNBT dengan tingkat pendidikan SLTA dan Sarjana serta bekerja sebagai PNS dan pegawai swasta. Terhadap besarnya nilai tariff tersebut, 60 ekowisatawan menyatakan tidak terlalu mahal dan 40 lainnya menyatakan terlalu mahal. Terhadap kondisi pelayanan secara keseluruhan, 55 ekowisatawan menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan sudah cukup baik, 25 menyatakan baik, dan 20 menyatakan kurang baik. Terhadap jumlah petugas yang melayani ekowisata , 65 ekowisatawan menyatakan kurang memadai, 25 menyatakan cukup memadai, dan hanya 10 yang menyatakan sudah memadai. Sedangkan tanggapan ekowisatawan terhadap kondisi sarana-prasarana, 52,5 ekowisatawan menyatakan kondisi sarana-prasarana ekowisata TNBT saat ini masih kurang baik, 40 menyatakan sedang atau cukup baik, dan hanya 7,5 yang menyatakan sudah baik. Secara umum, sebagian besar 62,5 ekowisatawan menyatakan cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pengelola ekowisata TNBT, 35 menyatakan puas, dan hanya 2,5 yang menyatakan tidak puas. Selama melakukan kunjungan ke lokasi ekowisata TNBT, sebagian besar 92,5 ekowisatawan menyatakan mendapat kesan yang menyenangkan dan hanya 7,5 yang menyatakan mendapat kesan yang tidak menyenangkan. Alasan mereka menyatakan mendapat kesan yang menyenangkan adalah karena dapat menikmati hutan yang masih asli, panorama alam yang indah, mengenal flora dan fauna, serta dapat melihat budaya masyarakat tradisional. Sedangkan mereka yang menyatakan mendapat kesan yang tidak menyenangkan adalah karena jalan menuju lokasi ekowisata kondisinya rusak. Namun demikian seluruh ekowisatawan menyatakan berminat untuk berkunjung kembali ke TNBT dengan alasan ingin tahu lebih banyak TNBT, menyukai hutan yang masih asli, menambah pengalaman, dan mengetahui lebih banyak budaya masyarakat tradisional. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui adanya kesenjangan gaps antara kondisi penawaran dan permintaan ekowisata TNBT, sebagai berikut : 1 Ekowisatawan tertarik mengunjungi obyek ekowisata TNBT namun mengalami kesulitan mencapai lokasi karena jalan akses rusak, 103 2 Promosi dapat menarik minat ekowisatawan berkunjung ke TNBT, namun kegiatan promosi yang dilakukan oleh Balai TNBT belum intensif karena keterbatasan anggaran, 3 Kondisi hutan TNBT yang masih asli alami menjadi faktor yang paling menarik bagi ekowisatawan untuk berkunjung ke TNBT, namun di kawasan TNBT terjadi perladangan berpindah yang merusak hutan alam. 4 Menurut ekowisatawan, pelayanan oleh petugas Balai TNBT sudah cukup baik namun jumlah petugas yang melayani ekowisata masih belum memadai Terhadap kondisi pengelolaan ekowisata TNBT, ekowisatawan memberi saran sebagai berikut : 1 Perlu adanya peningkatan promosi 28, 2 Pengembangan sarana-prasarana termasuk perbaikan jalan akses 27,1, 3 Pengembangan atraksi jumlah daya tarik ekowisata 22,9, dan 4 Peningkatan pelayanan pengunjung 22. 28 27 23 22 Peningkatan promosi Pengembangan sarana-prasarana Pengembangan atraksi ekowisata Peningkatan pelayanan Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat didapatkan bahwa masyarakat tradisional dan masyarakat yang tinggal di daerah penyangga TNBT berharap pengembangan ekowisata TNBT akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu masyarakat berharap ekowisatawan TNBT menghormati adat dan budaya masyarakat setempat dan ikut menjaga hutan alam TNBT. Selain keterlibatan masyarakat sebagai pemandu, penyedia jasa transportasi, penyedia jasa akomodasi, dan penjualan souvenir, mereka juga berharap dapat dilibatkan dalam proses pengembangan obyek ekowisata di kawasan TNBT. Hal ini karena masyarakat lebih tahu tentang kondisi alam TNBT dimana mereka tinggal selama bertahun-tahun. Gambar 32. Saran Ekowisatawan Terhadap Pengembangan Ekowisata TNBT 104 Sedangkan harapan pemerintah daerah terhadap pengembangan ekowisata TNBT adalah adanya kontribusi langsung pengelolaan ekowisata terhadap pendapatan asli daerah PAD dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Pengelolaan ekowisata TNBT diharapkan dapat dikaitkan dengan pengelolaan obyek wisata lain yang ada di sekitar TNBT seperti Danau Raja di Kota Rengat . Selain itu promosi ekowisata TNBT diharapkan juga dapat mempromosikan potensi daerah baik pada tingkat nasional maupun internasional. Hasil penelitian terhadap kondisi penawaran dan permintaan ekowisata TNBT seperti diuraikan di atas, menjadi input masukan dalam mengidentifikasi faktor- faktor strategis pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata pada Sub Bab V. D. dan membangun model dinamik pada Sub Bab V E. 105

D. Prioritas Program Pengembangan Pengelolaan TNBT Berbasis Ekowisata

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan suatu organisasi. Dengan demikian kegiatan perencanaan strategis harus melibatkan dan menganalisis faktor- faktor strategis suatu organisasi yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Rangkuti, 1998. Faktor-faktor strategis Balai TNBT dalam mengembangkan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata dirumuskan berdasarkan analisis SWOT. Berdasarkan faktor-faktor strategis tersebut dirumuskan strategi dan alternatif kebijakan dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata. Selanjutnya untuk menentukan prioritas kebijakan yang perlu dilakukan oleh Balai TNBT dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata dilakukan analisis AWOT. Hasil analisis faktor-faktor strategis, perumusan strategi dan alternatif kebijakan, serta penentuan prioritas kebijakan dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata, sebagai berikut :

1. Faktor- Faktor yang Bersifat Strategis

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata dilakukan analisis SWOT dalam forum Focus Group Discussion FGD dengan Balai TNBT dan mitra kerjanya. Sebagai bahan masukan dalam melakukan analisis tersebut adalah data-data hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya, yaitu data mengenai : 1 kondisi keintegrasian pengelolaan TNBT Sub Bab V.A, 2 persepsi dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata TNBT Sub Bab V.B, 3 potensi pengembangan ekowisata TNBT Sub Bab V.C, dan 4 peta kondisi tutupan hutan TNBT, peta tata ruang daerah penyangga TNBT, dan laju kerusakan hutan TNBT hasil analisis spasial. Berdasarkan hasil analisis didapatkan faktor Internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman yang bersifat strategis, sebagai berikut : 106

a. Kekuatan

Nilai pengaruh dari faktor yang bersifat strategis sebagai komponen kekuatan strength dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 . Nilai Pengaruh dari Faktor yang Bersifat Strategis Sebagai Komponen Kekuatan dalam Pengembangan Pengelolaan TNBT secara Terintegrasi Berbasis Ekowisata FAKTOR BOBOT PERINGKAT NILAI PENGARUH A. Hutan alam yang kondisinya masih baik 0,3 4 1,2 B. Kekhasan dan kelangkaan spesies flora fauna 0,3 3 0,9 C. Keunikan budaya masyarakat tradisional 0,2 4 0,8 D. Keindahan landscape panorama alam 0,1 2 0,2 E. Tersedianya sarana-prasarana ekowisata 0,1 2 0,2 Jumlah 1 - 3.30 Uraian masing-masing faktor yang bersifat strategis sebagai komponen kekuatan sebagai berikut : 1 Hutan alam yang kondisinya masih baik Ekosistem Bukit Tigapuluh, yang meliputi kawasan TNBT seluas 144.223 ha. dan hutan alam di sekitarnya merupakan hutan hujan tropika dataran rendah yang didominasi oleh jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae seperti jenis Meranti Shorea sp.. Hutan alam tersebut kondisinya relatif masih baik dan sekarang keberadaannya di Pulau Sumatera sudah langka. Hutan alam TNBT memiliki keanekaragaman hayati biodiversitas yang tinggi, baik pada tingkat genetik, spesies, dan ekosistem. Tidak kurang dari 1500 jenis spesies flora terdapat di kawasan tersebut SBKSDA Riau, 1997. Sedangkan menurut Danielsen dan Heegaard 1993, di kawasan TNBT terdapat sekitar 59 jenis mamalia dan 193 jenis burung atau sepertiga dari jenis burung yang ada di Pulau Sumatera. 2 Kekhasan dan kelangkaan spesies flora fauna Keberadaan spesies flora dan fauna langka menjadi daya tarik tersendiri bagi ekowisatawan untuk berkunjung ke TNBT. Kawasan TNBT memiliki kekayaan flora yang tinggi, diantara beberapa jenis flora tersebut terdapat jenis-jenis unik dan 107 langka, seperti cendawan muka rimau Rafflesia hasseltii, salo Johannesteijsmannia altifrons, Jelutung Dyera costulata, ramin Gonistylus bancanus, kemenyan Styrax benzoin, dan pasak bumi Eurycoma longifolia Wiriadinata et al., 1994. Sedangkan berdasarkan hasil suvey Danielsen dan Heegaard 1993, kawasan TNBT merupakan habitat yang ideal bagi beragam jenis satwa terutama jenis endemic Sumatera. Diantara jenis satwa liar tersebut terdapat jenis-jenis terancam punah dan status perlindungan khusus baik menurut undang-undang Indonesia, CITES, dan IUCN, seperti harimau sumatera Panthera tigris sumatrae dan gajah sumatera Elephas maximus sumatranus. 3 Keunikan budaya masyarakat tradisional Keberadaan tiga suku masyarakat tradisional yang tinggal di kawasan TNBT dan daerah penyangganya, yaitu: Suku Anak Dalam Suku Kubu atau Orang Rimba, Suku Talang Mamak, dan Suku Melayu Tua, merupakan salah satu daya tarik bagi ekowisatawan untuk berkunjung ke TNBT. Beberapa aspek budaya masyarakat tradisional di kawasan TNBT yang mampu menarik pengunjung adalah: kerajinan tangan, bahasa, tradisi, kesenian, sejarah, arsitektur, religius, dan pakaian. Profil ketiga masyarakat tradisional yang terdapat di kawasan TNBT dapat dilihat pada Gambar 33. Suku Anak Dalam Suku Talang Mamak Suku Melayu Tua Gambar 33. Profil Masyarakat Tradisional di Kawasan TNBT 4 Keindahan lanskap panorama alam TNBT merupakan kawasan perbukitan yang berada ditengah-tengah Pulau Sumatera yang memiliki lanskap yang sangat indah. Selain itu pada beberapa lokasi terdapat panorama alam antara lain : panorama hutan alam di Granit, air 108 terjun Batu Granit, air terjun Papunawan, air terjun Sutan Limbayang, , panorama Sungai Batang Gansal, dan lain-lain. 5 Tersedianya sarana-prasarana ekowisata Walaupun jumlahnya relatif masih terbatas, kawasan TNBT telah dilengkapi dengan beberapa jenis sarana- prasarana ekowisata, seperti ; shelter 5 buah, pusat informasi 1 buah , papan interpretasi 6 unit, camping ground 2 lokasi, rumah pohon 1 buah, jalan trail, MCK 2 unit, dan fasilitas akomodasi 9 kamar. Sebagian besar sarana-prasarana ekowisata tersebut berada di lokasi ekowisata Granit. Gambar 34. Papan Interpretasi di Granit TNBT

b. Kelemahan

Nilai pengaruh dari faktor yang bersifat strategis sebagai komponen kelemahan weakness dalam pengembangan pengelolaan TNBT secara terintegrasi berbasis ekowisata dapat dilihat pada Tabel 12. 109 Tabel 12. Nilai Pengaruh dari Faktor yang Bersifat Strategis Sebagai Komponen Kelemahan dalam Pengembangan Pengelolaan TNBT secara Terintegrasi Berbasis Ekowisata FAKTOR BOBOT PERINGKAT NILAI PENGARUH A. Rendahnya aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata 0,3 4 1,2 B. Belum intensifnya pengembangan daya tarik obyek ekowisata 0,2 4 0,8 C. Belum intensifnya promosi dan publikasi ekowisata TNBT 0,2 4 0,8 D. Terjadinya kerusakan hutan akibat perla- dangan berpindah masyarakat tradisional 0,2 3 0,6 E. Terbatasnya alokasi anggaran dan SDM dibidang ekowisata 0,1 3 0,3 Jumlah 1 - 3.70 Uraian masing-masing faktor yang bersifat strategis sebagai komponen kelemahan sebagai berikut : 1 Rendahnya aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata. Seperti yang diuraikan pada Sub Bab V C. untuk menuju lokasi ekowisata TNBT, dari Kantor Balai TNBT ditempuh melalui Jalan Lintas Timur Sumatera. Selanjutnya, dari jalan Lintas Timur Sumatera ekowisatawan dapat melalui tiga alternatif jalan masuk, yakni : 1 Dari Simpang Pendowo Desa Keritang ke Simpang Datai, 2 Dari Simpang Granit Desa Talang Lakat ke lokasi ekowisata Camp Granit, dan 3 Dari Simpang Siberida Desa Siberida ke Desa Rantau Langsat. Jalur pertama dan kedua merupakan jalan tanah diperkeras yang kondisinya sudah rusak. Sedangkan jalur ketiga merupakan jalan kabupaten yang kondisinya sebagian sudah diaspal dan sisanya baru diperkeras. Dengan kondisi jalan dan belum tersedia sarana angkutan umum kecuali ojek pada ketiga jalur tersebut menyebabkan rendahnya tingkat aksesibilitas ke lokasi ekowisata TNBT. 2 Belum intensifnya pengembangan daya tarik obyek ekowisata Seperti yang diuraikan pada Sub Bab V C. jumlah maupun keragaman jenis obyek ekowisata TNBT masih terbatas. Saat ini ekowisatawan cenderung mengunjungi obyek ekowisata yang lokasinya mudah dijangkau dengan waktu dan