Konservasi di Tinjau dari Kesesuaian Lahan dan Kondisi Geografis Wilayah

Tabel 14. Pengaturan Lahan di Hulu DAS Citarum, Tahun 2002 No Peruntukan lahan Rekomendasi 1 Lahan basah, sawah irigasi dan sawah tadah hujan Pada lahan dengan lereng 8 sebaiknya dilakukan penterasan 2 Kebun, kebun campuran ladang dan holtikultura • Lahan dengan lereng 3 tidak perlu konservasi • Lahan dengan lereng 3-15 diperlukan tindakan konservasi tanah ringan, seperti pengolahan menurut kontur dan guludan • Lahan dengan lereng 15-40 diperlukan pembuatan terasing. 3 Hutan produksi dan tanaman tahunan Kawasan hutan dengan lereng 40 tidak sesuai untuk pertanian tanaman musiman, sebaiknya ditanami dengan tanaman keras atau dapat diperuntukan sebagai hutan lindung Sumber : Penyusunan Tata Ruang DAS Citarum, 2002 . Kelas kesesuaian lahan untuk daerah yang mempunyai kelerengan 15- 30 adalah pada kelas kesesuaian lahan III. Berarti dari kesesuaian lahan pemilihan tanaman tahunan kayu putih eucaliptus sp sebagai tanaman penutup tanah sudah mengikuti kondisi lahan. Berdasarkan kondisi lahan tersebut maka karakteristik lahan diperlukan tindakan pengawetan tanah seperti pembuatan stip dan teras, yang bertujuan mempertahankan kesuburan tanah juga menghindari erosi. Tanaman penutup tanah ini dapat berupa tanaman perkebunan, holtikultura kopi, buah-buahan. Tabel 15. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kayu Putih eucalyptus sp Kelas Kesesuaian Lahan Kualitaskarakteristik lahan S1 S2 S3 Temperatur Rata-rata tahunan o C 20-30 30-34 14-20 Ketersediaan air • Bulan kering • Curah hujantahun 2 mm 1500-2000 2-4 2000-4000 4-5 750-1000 Media Perakaran • Drainase • Tekstur • Kedalaman efektif Baik, agak cepat SL,L SCL,Si, CL, 1000 Sedang Ls, Sc. SiC 75-100 Agak terhambat Liat masif, Str 50-100 Potensi mekanisme Lereng 8 8 – 15 15-30 Tingkat bahaya erosi SR R S Sumber: Dari Pengamatan di Lapangan dan berbagai rujukan, 2006 Pelaksanaan konservasi di lokasi penelitian ini merupakan salah satu program pembangunan dengan sifat pengendalian terhadap kerusakan lingkungan yang semakin meningkat bila konservasi tidak dilaksanakan. Hasil dari laporan penyusunan Tata Ruang DAS Citarum Jawa Barat untuk Kecamatan Pengalengan dilakukan upaya untuk pelestarian lingkungan dengan upaya menurunkan erosi dan sedimentasi. Upaya yang dilakukan adalah 1 mempertahankan kawasan lindung, 2 kawasan dengan lereng 40 dan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya, peruntukan tanaman adalah holtikultura, dirubah menjaditanaman keras tahunan, 3 kawasan pertanian 40 dan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya, tetap sebagai lahan pertanian dengan melakukan penterasan, 4 kawasan pertanian tanaman pangan dan tanaman tahunan dengan lereng 8-40 dilakukan penyempurnaan konservasi tanah perbaikan guludan, teras dan lain-lain. Dari peta Penyusunan Tata Ruang DAS Hulu Citarum 2002 terlihat bahwa Kecamatan Pengalengan merupakan kawasan konservasi dengan peruntukan tanaman tahunan sebagai tanaman resapan, peta penggunaan lahan konservasi dilokasi penelitian terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Peta Penyusunan Tata Ruang Hulu DAS Citarum

5.2.2. Konservasi Lahan di Tinjau dari Persepsi Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu stakeholder yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kebijakan. Keberhasilan suatu program seharusnya melibatkan masyarakat setempat agar persepsi positif dari masyarakat terhadap suatu kebijakan bisa dicapai. Dalam penelitian ini pelaksanaan konservasi lahan di lokasi penelitian juga dilihat dari persepsi masyarakat dengan berdasarkan data primer melalui wawancara dengan responden setempat mengenai pengetahuan dan persepsinya terhadap konservasi lahan. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 60 orang responden yang menggarap lahan di areal Perhutani. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap konservasi, diberikan pertanyaan berupa pengetahuan dan persepsi masyarakat dan juga pesan yang disampaikan kepada pengelola konservasi. Kepada responden diajukan beberapa pertanyaan yang meliputi: 1 pengetahuan responden tentang konservasi, 2 pengetahuan responden terhadap fungsi dari konservasi, 3 keikutsertaan responden dalam partisipasiketerlibatan baik dalam penyuluhan maunpun terhadap pendapat tentang jenis tanaman yang akan ditanam di kawasan konservasi. Dari beberapa pertanyaan tersebut maka hasil persepsi masyarakat terhadap konservasi disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Persepsi Responden terhadap Konservasi lahan di Desa Sukamanah, Kecamatan Pengalengan Respons Responden Persepsi Responden Frekuensi n Persentase Apakah bapak tahu tentang konservasi tahu tidak tahu 25 35 41.7 58.3 Total 60 100 Apakah bapak tahu fungsi dari konservasi tahu tidak tahu 25 35 41.7 58.3 Total 60 100 Apakah bapak pernah mengikuti penyuluhan tentang konservasi pernah Tidak pernah Tidak tahu 20 29 11 33.4 48,3 18.3 Jumlah 60 100 Apakah bapak pernah dimintai pendapatnya tentang jenis tanaman yang ditanam di kawasan konservasi Ya Tidak 35 25 58.3 41.7 60 100 Sumber : Hasil Wawancara, 2006 Tabel 16 menunjukkan bahwa responden yang tahu 41.7 dengan yang tidak tahu tentang konservasi hampir sebanding. Begitu juga dengan fungsi konservasi, jumlah responden yang menjawab mengetahui fungsi dari konservasi adalah 41.7 . Ini terlihat bahwa pengetahuan responden tentang konservasi sudah cukup karena informasi yang didapat tidak saja dari pelaksana konservasi juga didapat dari tokoh masyarakat dan ketua kelompok tani yang beperan aktif dalam berbagai penyuluhan termasuk penyuluhan tentang konservasi. Namun walaupun demikian masih banyak juga responden belumtidak pernah ikut dalam penyuluhan yang diberikan oleh pelaksana konservasi. Hal ini karena sebagian besar responden kurang percaya terhadap pelaksana program konservasi. Jumlah responden yang pernah ikut dalam penyuluhan konservasi yang dilakukan Perhutani hanya 20 responden 33.4. Selebihnya responden tidak pernah ikut dan tidak tahu adanya penyuluhan konservasi. Hasil wawancara terhadap responden atas partisipasi dan keterlibatan mereka tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konservasi, sebagian besar responden 58,3 menyatakan pernah diminta pendapat tentang jenis tanaman yang mereka kehendaki untuk ditanam pada kawasan konservasi, namun pada pelaksanaannya pendapat mereka hanya sebagai masukan saja karena pihak pengelola tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil keputusan. Partisipasi dalam konteks pembangunan mencakup keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dan dalam penerapan program adanya pembagian keuntungan atau manfaat dari hasil kegiatan serta keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi kegiatan tersebut. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi lahan dapat dilakukan dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan seperti pengamanan kawasan, pelestarian lingkungan, hingga evaluasi program-program kegiatan yang telah dilakukan Maskum, 2006 Selanjutnya untuk menjawab persepsi masyarakat tentang manfaat dari konservasi baik dari sisi pendapatan petani maupun ekologi diberikan pertanyaan yaitu: 1 apakah konservasi dapat meningkatkan pendapatan petani, 2 selanjutnya adalah bagaimana fungsi ekologis setelah konservasi. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.