Luas Lahan Pekerjaan Sampingan
Gambar 7. Pohon Nilai Value Tree Alternative Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS
Hasil analisis prime untuk value tree, menunjukkan bahwa aspek ekonomi, merupakan prioritas pertama dalam pengelolaan konservasi lahan
di Hulu DAS Citarum. Prioritas kedua yakni aspek sosial budaya dan aspek ekologilingkungan serta untuk prioritas berikutnya, adalah aspek
kelembagaan. Aspek ekonomi merupakan pertimbangan utama mengingat konsep pengelolaan sumberdaya alam yang harus memberikan Nilai
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Mengingat kompleksitas aktifitas yang berada di Hulu DAS Citarum,
maka atribut dalam pengelolaan konservasi lahan tersebut diklasifikasikan kedalam tiga scenario utama yakni yang menyangkut: status quo scenario
kondisi saat ini, economic-driven scenario skenario dengan bobot ekonomi yang besar dan environmetal-driven scenario skenario dengan bobot
lingkungan yang besar. Pengambilan skenario kondisi saat ini adalah untuk melihat pelaksanaan konservasi pada keadaan sekarang eksitising,
economic-driven dengan mempertimbangkan pelaksanaan konservasi yang
berorientasi meningkatkan ekonomi dari kegiatan konservasi yang dilihat dari tingkat pendapatan responden dan juga sumbangan pemerintah sebagai
pembuat kebijakan terhadap pembangunan wilayah disekitar konservasi. Untuk skenario enverioment-driven ini mempertimbangkan pelaksanaan
konservasi dengan memperhatikan lingkungan sebagai kunci keberlanjutan dari pengelolaan sumberdaya alam.
Hasil value interval selang nilai, menunjukkan pengelolaan konservasi lahan yang mengarah ke mendominasi economic driven bobot
ekonomi yang besar nilai manfaat yang diarahkan ke environment driven bobot lingkungan yang besar. Namun bila dibandingkan dengan kondisi
saat ini, maka kedua kategori tersebut environment driven bobot lingkungan yang besar dan economic driven bobot ekonomi yang besar lebih dominan.
Hal ini menggambarkan bahwa pengelolaan yang diarahkan pada perhatian akan lingkungan dan ekonomi lebih dominan ketimbang pengelolaan yang
ada saat ini.
Value Intervals: pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS citarum
Value
0.95 0.9
0.85 0.8
0.75 0.7
0.65 0.6
0.55 0.5
0.45 0.4
0.35 0.3
0.25 0.2
0.15 0.1
0.05
Al te
rn a
ti v
e s
status Quo
ekonomic driven
enverioment driven 0.033 ... 0.139
0.632 ... 0.967
0.756 ... 0.967
Gambar 8. Selang Nilai value interval Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Desa Sukamanah
Pelaksanaan konservasi dengan menekankan pada tiga skenario untuk aspek ekonomi bila bobot yang tinggi tersebut diarahkan pada perbaikan
ekonomi dalam pengelolaan konservasi lahan, maka skenario economic driven
bobot ekonomi yang besar dan environment driven bobot lingkungan yang besar, memiliki selang nilai yang sama, sedang untuk
pengelolaan saat ini kondisi saat ini sangat jauh berbeda. Selang nilai tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Selang Nilai value interval Perbaikan Ekonomi dalam Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS Citarum, Sukamanah
Namun, apabila bila bobot yang tinggi tersebut diarahkan pada perbaikan sosial dalam pengelolaan konservasi lahan, maka skenario
environment driven bobot lingkungan yang besar, dan skenario economic
driven bobot ekonomi yang besar memiliki selang nilai yang hampir sama.
Nilai selang nilai tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Value Intervals: Sosial budaya
Value
0.25 0.2
0.15 0.1
0.05
Al te
rn a
ti v
e s
status Quo
ekonomic driven
enverioment driven 0.033 ... 0.139
0.035 ... 0.272
0.038 ... 0.272
Gambar 10. Selang Nilai value interval Perbaikan Sosial dalam Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Sukamanah
Selanjutnya, bila bobot yang tinggi tersebut diarahkan pada perbaikan ekologi dalam pengelolaan konservasi lahan, maka kondisi yang terjadi hampir
sama dengan pengelolaan konservasi lahan dengan penekanan pada aspek sosial, dimana skenario economic driven bobot ekonomi yang besar dan environment
driven bobot lingkungan yang besar memiliki selang nilai yang hampir sama
Value Intervals: Ekonomi
Value
0.45 0.4
0.35 0.3
0.25 0.2
0.15 0.1
0.05
A lt
e rn
at ives
status Quo
ekonomic driven
enverioment driven 0 ... 0
0.228 ... 0.449
0.228 ... 0.449
dengan nilai bobot tertinggi adalah 0,373. Nilai selang tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 berikut
Value Intervals: Ekologilingkungan
Value
0.35 0.3
0.25 0.2
0.15 0.1
0.05
A lt
er n
at ives
status Quo
ekonomic driven
enverioment driven 0 ... 0
0.123 ... 0.373
0.188 ... 0.373
Gambar 11. Selang Nilai value interval Perbaikan Ekologi dalam Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Sukamanah
Bila bobot yang tinggi tersebut diarahkan pada perbaikan kelembagaan dalam pengelolaan konservasi lahan, skenario economic driven bobot
ekonomi yang besar dan environment driven bobot lingkungan yang besar memiliki nilai bobot yang sama. Nilai selang nilai tersebut dapat dilihat pada
Gambar 12. berikut.
Value Intervals: kelembagaan
Value
0.25 0.2
0.15 0.1
0.05
A lt
e rn
at ives
status Quo
ekonomic driven
enverioment driven 0 ... 0
0.102 ... 0.284
0.102 ... 0.284
Gambar 12. Selang Nilai value interval Perbaikan Kelembagaan dalam Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Sukamanah
5.5.1 Skor Pembobotan Weighted
Untuk menentukan pentingnya atribut satu terhadap atribut yang lain, maka dilakukan pembobotan weighted. Penentuan bobot berdasarkan pada
indikator-indikator yang ada. Dalam konservasi lahan, nilai bobot yang diperoleh disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 25. Prioritas Alternatif Konservasi Lahan
Selang Nilai Alternatif Pemanfaatan
Bobot Kriteria
Ekonomi Peningkat Pendapatan
0.215 1
Sumbangan PAD
0.158 2
Akses Pasar 0.121
3 Sosial Penyerapan
Tenaga Kerja
0.146 2
Persepsi masy thd konsv 0.154
1
Konflik sosial
0.139 3
Ekologi Mencegah Erosi
0.058 2 Penyerapan
air tanah
0.123 1
Kelembagaan Peran kelembagaan
0.147 2
Lembaga Permodalan
0.16 1
Sumber : Hasil Analisis MCDM, 2007
Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa dalam pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS Citarum, perhatian utama harus diarahkan pada aspek
ekonomi dengan atribut peningkatan pendapatan dengan bobot 0.215 untuk aspek sosial bobot yang perlu diperhatikan adalah persepsi masyarakat terhadap
konservasi yaitu dengan Nilai bobot adalah 0.154, untuk aspek ekologi atribut yang menjadi perhatian utama adalah penyerapan air tanah dengan Nilai bobot
0.123 dan untuk aspek yang terakhir aspek kelembagaan maka atribut yang perlu diperhatikan adalah lembaga permodalan 0.160.
Hasil analisis MCDM menggunakan PRIME didapat hasil pengelolaan konservasi dilihat dari aspekindikator ekonomi, sosial, ekologi dan
kelembagaan. Untuk aspek ekonomi yang dijadikan driven arahan dalam pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS Citarum, maka atribut pendapatan
dalam hal ini adalah pendapatan petani harus menjadi perhatian utama karena pendapatan mempunyai bobot Nilai yang paling tinggi yaitu 0,215, kemudian
atribut sumbangan pendapatan asli daerah 0,158 dan atribut akses pasar 0,121. Nilai bobot tersebut dapat dilihat pada Gambar 13 berikut.
Weights: Ekonomi
Values
0.2 0.15
0.1 0.05
S uba
tt ri
but e
s
Akses Pasar Sumbangan PAD
Pendapatan
0.038 ... 0.121 0.052 ... 0.158
0.123 ... 0.215
Gambar 13. Nilai Bobot dengan Aspek Ekonomi sebagai Arahan driven Pengelolaan Konservasi Lahan Hulu DAS, Sukamanah
Pendapatan petani menjadi sangat penting, mengingat bahwa konservasi harus memberikan keuntungan yang besar terhadap masyarakat lokal. Umumnya
masyarakat lokal di Desa Sukamanah berprofesi sebagai petani. Dengan demikian, perhatian terhadap nasib petani, dengan upaya peningkatan taraf hidup melalui
peningkatan pendapatan harus terus dilakukan. Pendapatan petani di Desa Sukamanah akan meningkat bila pengelolaan konservasi yang diterapkan tidak
saja memperhatikan aspek ekonomi namun juga harus memperhatikan aspek ekologi dan aspek sosial, sehingga fungsi dari ekologis dan keberlanjutan dari
sumberdaya alam tetap terjaga. Pengelolaan konservasi pada skenario kondisi saat ini ini tidak memperhatikan fungsi ekonomi masyarakat di sekitar kawasan
konservasi sehingga peningkatan pendapatan masyarakat dalam pelaksanaan konservasi ini tidak ada perubahan yang signifikan. Pada skenario kondisi saat ini
pendapatan petani semakin terpuruk karena adanya konflik yang terjadi sehingga menyebabkan minat masyarakat untuk ikut konservasi menjadi rendah sehingga
berpengaruh terhadap pendapatan petani. Pelaksanaan konservasi ini memberikan peluang pada peningkatan
pendapatan daerah karena dengan adanya konservasi lahan sumbangan pendapatan daerah dari sektor kehutanan akan meningkat sehingga perolehan
pendapatan daerah dari sektor kehutanan untuk jangka panjang dapat meningkat begitu juga dari hasil non hutan. Kontribusi dari pengelolaan konservasi lahan
tidak hanya dari hasil kayu tetapi juga hasil dari non kayu seperti terjaganya fungsi ekologis dari hutan pada kawasan konservasi.
Bila aspek sosial dijadikan driven arahan dalam pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS Citarum, maka atribut penyerapan tenaga kerja, persepsi
masyarakat terhadap konservasi dan terakhir adalah atribut konflik sosial. Pada aspek sosial atribut yang paling dominan adalah persepsi masyarakat terhadap
konservasi dengan Nilai bobot berada antara 0,033 sampai 0,145. Persepsi masyarakat terhadap konservasi menjadi penting dalam
pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS Citarum, sebagai upaya dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kawasan sehingga
konservasi dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan juga memberikan manfaat kepada masyarakat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Dengan demikian masyarakat dapat mempertahankan hidup dengan tidak merusak kawasan konservasi. Nilai bobot tersebut dapat dilihat pada Gambar 14.
Weights: Sosial budaya
Values
0.15 0.1
0.05
S ubat
tr ibut
es
Penyerapan tenaga kerja
Konf lik sosial Persepsi terhadap konservasi
0.033 ... 0.146
0.033 ... 0.139 0.033 ... 0.154
Gambar 14. Nilai Bobot dengan Aspek Sosial sebagai Driven arahan Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Sukamanah
Aspek ekologi yang dijadikan driven arahan dalam pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS Citarum, maka atribut penyerapan air tanah
menjadi perhatian utama, kemudian atribut mencegah erosi. Nilai bobot tersebut dapat dilihat pada Gambar 15. berikut.
Gambar 15. Nilai Bobot dengan Aspek Ekologi sebagai Driven arahan Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Sukamanah
Untuk aspek ekologi, penyerapan air tanah menjadi perhatian utama dan upaya mencegah erosi merupakan perhatian berikutnya. Penyerapan air tanah
merupakan langkah preventif dan bersifat alamiah. Langkah ini dapat ditempuh dengan tetap menjaga luas kawasan konservasi dan bila memungkinkan untuk
melakukan penambahan area konservasi sebagai upaya peningkatan area serapan air cacthment area. Hal tersebut dapat mencegah terjadi erosi tanah, terutama
pada waktu musim hujan, dimana lapisan tanah bagian atas top soil, akan mudah terangkut oleh air, akibat minimnya area serapan air.
Bila aspek kelembagaan dijadikan driven arahan dalam pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS Citarum, maka atribut lembaga permodalan
menjadi perhatian utama, kemudian atribut peran kelembagaan. Untuk nilai bobot lembaga permodalan berkisar antara 0,058 sampai 0.16 dan untuk peran
kelembagaan, dari hasil pembobotan terlihat antara 0,039 sampai 0.147. Nilai bobot tersebut dapat dilihat pada Gambar 16. berikut.
Weights: Ekologilingkungan
Values
0.2 0.15
0.1 0.05
S u
ba tt
ri but
e s
Mencegah Erosi
Penyerapan air tanah 0.058 ... 0.176
0.123 ... 0.215
Weights: kelembagaan
Values
0.15 0.1
0.05
S u
ba tt
ri b
ut e
s
Peran kelembagaan
lembaga permodalan 0.039 ... 0.147
0.058 ... 0.16
Gambar 16. Nilai Bobot dengan Aspek Kelembagaan sebagai Driven arahan Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu DAS, Sukamanah
Lembaga permodalan menjadi sangat penting dalam pengelolaan konservasi lahan karena lembaga ini diharapkan memberikan bantuan modal bagi
petani, karena modal merupakan suatu unsur utama dalam melakukan usaha pertanian. Pada lembaga permodalan yang dibahas adalah lembaga permodalan
yang ada di lokasi penelitian dibuat atas swadaya masyarakat setempat. Bentuk dari lembaga permodalan ini adalah Koperasi Bina Masyarakat Tani Amanah
Koperasi BMT Amanah. Koperasi ini merupakan satu-satunya lembaga permodalan yang ada di lokasi penelitian yang dibentuk dengan modal awal yang
sangat minim yaitu Rp. 7.650 berasal dari infak anggota kelompok tani. Namun dalam waktu satu tahun koperasi ini telah mempunyai modal Rp. 270 juta.
Dengan jumlah modal yang ada maka koperasi ini mampu memberikan pinjam kepada petani guna meningkatkan modal dalam usahatani. Jumlah pinjaman yang
diberikan adalah dari Rp.500.000 sampai Rp.3.000.000. sistem pinjaman yang diterapkan adalah dengan sistem bagi hasil dengan bunga antara 2,5 sampai
3. Hasil dari wawancara, masyarakat mengharapkan Perhutani sebagai
pelaksana konservasi dapat berperan dalam membantu dalam pengadaan bibit dan persemaian jenis-jenis kayu, Perhutani juga dapat berperan sebagai mitra bagi
masyarakat dalam memberikan insentif kepada masyarakat yang telah menjaga keberhasilan penanaman pohon dari tahun ke tahun. Bentuk insentif ini dapat berupa
pinjaman yang dapat diberikan secara bertahap atau juga perolehanpemanfaatan hasil hutan dari non kayu di kawasan konservasi.
Sebanyak 75 responden yang berada di lokasi penelitian mengatakan bahwa peran kelembagaan yang berada dilokasi penelitian kurang berperan, ini
terlihat dari kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh instansi terkait kepada petani dalam pelakasanaan konservasi. Hal lain adalah kurang tanggapnya dalam
menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh petani di lapangan. Sehingga menimbulkan dampak tidak aktifnya petani dalam penyerapan informasi baik
mengenai konservasi maupun tentang inovasi dan penerapan teknologi. Mengingat banyaknya Selang Nilai yang overlap antara satu indikator
dengan yang lainnya, maka harus dilakukan analisis dominance sebagai tahap penentuan alternatif terbaik yang memungkinkan dari seluruh kombinasi alternatif
yang ada. Hasil analisis dominance ditunjukkan pada Tabel 26 berikut. Tabel 26. Matriks Dominance untuk Pengelolaan Konservasi Lahan di Hulu
DAS Citarum, Desa Sukamanah.
Scenario Kondisi saat ini Bobot Ekonomi Bobot Lingkungan
Kondisi saat ini X
Bobot Ekonomi X
Bobot Lingkungan X
Hasil analisis
dominance seperti yang tampak pada tabel 26 diperoleh
bahwa skenario pengembangan ekonomi dan pengendalian lingkungan lebih mendominasi dari pada skenario enviroment driven Nilai bobot lingkungan yang
besar. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yakni peningkatan Nilai ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Tabel 27. Aturan Keputusan Decision Rules untuk Konservasi Lahan di Hulu DAS Citarum
Scenario Maximax Maximin
Central values
Minimax Regret
Kerugian Terkecil
Kondisi saat ini 0.935
Bobot Ekonomi 9
0.301 Bobot Lingkungan
9 9
9 9 0.000
Untuk menentukan alternatif terbaik, maka dilakukan analisis decision rules
. Dalam analisis ini disajikan maximax, maximin, central values, minimax dan possible loss
kerugian terkecil. Maximax disebut juga keputusan optimis
dimana diasumsikan semua keputusan berdasarkan nilai yang berada pada atau dekat dengan batas tertinggi dari value interval nilai selang. Sebaliknya maximin
merupakan keputusan pesimis yang mengasumsikan bahwa jika skenario terburuk terjadi, maka alternatif yang dipilih adalah alternatif yang memiliki Nilai tengah
yang paling besar Fauzi, 2002. Hasil analisis, secara rinci tampak pada Tabel 27 di atas.
Berdasarkan hasil analisis aturan keputusan decision rules, seperti pada Tabel 22, diperoleh bahwa pengelolaan konservasi lahan di Hulu DAS
Citarum, Sukamanah akan lebih baik bila, kegiatan pengelolaan terlebih dahulu diarahkan pada aspek pengendalian lingkungan enviromental driven
ini terlihat dari possible loss yang paling kecil yaitu 0,000 dan bila alternatif yang dipilih adalah environment driven menjadi perhatian utama, maka akan
memiliki possible loss kemungkinan kerugian ekonomi yang merupakan berkurangnya manfaat enviroment yang diperoleh paling kecil, kemudian
pengembangan secara ekonomi economic driven 5.6. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan analisis terhadap tiga skenario alternatif kebijakan pengelolaam konservasi lahan di hulu DAS Citarum dengan menggunakan
analisis multikriteria, prioritas pengelolaan untuk masa yang akan datang adalah diterapkannya sebagai konservasi. Kebijakan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung akan menimbulkan konsekuensi dalam berbagai aspek yaitu, sosial, ekonomi, dan ekologi.
Secara sosial penetapan kawasan konservasi harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain adalah diterima secara sosial, melestarikan
budaya dan tradisi setempat, serta dapat mengeliminasi konflik kepentingan pemanfaatan lahan. Secara ekonomi harus dapat memberikan keuntungan
bagi masyarakat setempat. Adapun secara aspek ekologi pengelolaan sumberdaya alam di Hulu DAS Citarum harus memiliki keanekaragaman
ekosistem lingkungan yang tidak mengalami kerusakan, degradasi lahan, serta kawasan yang berperan sebagai daerah tangkapan air untuk wilayah
hulu maupun hilir.
Berikut ini adalah uraian secara terperinci mengenai impikasi kebijakan konservasi. Masing-masing implikasi ini akan menguraikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan penetapan hulu DAS Citarum sebagai kawasan konservasi.