Tingkat Pendapatan Jumlah Anggota Keluarga Responden
hasil pengamatan, kemiringan lahan dilokasi penelitian antara 15-40 dengan kedalaman tanah 25 , maka arahan konservasi dilakukan adalah dengan
menggunakan teknik strip dan pembuatan teras. Pembuatan teras dan strip ini guna menekan terjadinya run off di daerah kemiringan. Persentase kemiringan
lahan di wilayah DAS Citarum yang paling dominan terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penyebaran Luas Lahan menurut Kemiringannya di DAS Citarum,
Tahun 2005 No Kemiringankelas
kemiringan Luas ha
Presentase 1
0 – 3 20.543,44
11,60 2
3 – 8 29.916,51
16,89 3
8 – 15 36.830,74
20,80 4
15 – 30 45.992,60
25,97 5
30 – 50 27.704,75
15,64 6
50 16.111,96
9,10 Sumber: - Studi Penyusunan Kebijakan Pengaturan Ruang, 2005
- SWS Citarum Tahun 2000 Jenis tanaman penutup tanah yang ditanam di lokasi penelitian adalah
kayu putih eucaliptus sp. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa 81,95 menyatakan kurang sejutu berminat dengan jenis tanaman kayu
putih. Hal ini disebabkan karena petani belum mengetahui teknik penanaman kayu putih dan juga pemeliharaan kayu putih akibatnya adalah bahwa sebagian
tanaman kayu putih yang ada dilokasi penelitian kurang begitu berhasil hal ini ditandai dengan kurang subur dan banyaknya tanaman yang mati.
Dilihat dari kondisi wilayah dan geografis di lokasi penelitian maka pemilihan jenis tanaman kayu putih eucaliptus sp sebagai tanaman penutup
lahan berdasarkan ketentuan dari pelaksanaan konservasi yaitu Perhutani. Lokasi penelitian yang merupakan salah satu daerah yang berada di Hulu DAS Citarum
merupakan daerah dengan karakteristik pemanfaatan lahan yang bergelombang dengan kemiringan dan kedalaman tanah lahan maka teknik yang digunakan
dalam konservasi lahan adalah dengan menggunakan teknik terasering. Laporan penyusunan tata ruang Dinas Tata Ruang Jawa Barat menyatakan bahwa
rekomendasi pengaturan lahan di Hulu DAS Citarum dan kriteria kesusaian lahan tanaman kayu putih eucaliptus sp terlihat pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Pengaturan Lahan di Hulu DAS Citarum, Tahun 2002
No Peruntukan lahan
Rekomendasi 1 Lahan basah, sawah irigasi dan
sawah tadah hujan Pada lahan dengan lereng 8
sebaiknya dilakukan penterasan 2
Kebun, kebun campuran ladang dan holtikultura
• Lahan dengan lereng 3 tidak perlu konservasi
• Lahan dengan lereng 3-15
diperlukan tindakan konservasi tanah ringan, seperti pengolahan menurut
kontur dan guludan • Lahan dengan lereng 15-40
diperlukan pembuatan terasing. 3
Hutan produksi dan tanaman tahunan Kawasan hutan dengan lereng 40 tidak sesuai untuk pertanian tanaman
musiman, sebaiknya ditanami dengan tanaman keras atau dapat diperuntukan
sebagai hutan lindung
Sumber : Penyusunan Tata Ruang DAS Citarum, 2002
.
Kelas kesesuaian lahan untuk daerah yang mempunyai kelerengan 15- 30 adalah pada kelas kesesuaian lahan III. Berarti dari kesesuaian lahan
pemilihan tanaman tahunan kayu putih eucaliptus sp sebagai tanaman penutup tanah sudah mengikuti kondisi lahan. Berdasarkan kondisi lahan tersebut maka
karakteristik lahan diperlukan tindakan pengawetan tanah seperti pembuatan stip dan teras, yang bertujuan mempertahankan kesuburan tanah juga menghindari
erosi. Tanaman penutup tanah ini dapat berupa tanaman perkebunan, holtikultura kopi, buah-buahan.
Tabel 15. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kayu Putih eucalyptus sp
Kelas Kesesuaian Lahan Kualitaskarakteristik lahan
S1 S2 S3
Temperatur Rata-rata tahunan
o
C 20-30
30-34 14-20
Ketersediaan air • Bulan kering
• Curah hujantahun 2 mm
1500-2000 2-4
2000-4000 4-5
750-1000 Media Perakaran
• Drainase • Tekstur
• Kedalaman efektif Baik, agak cepat
SL,L SCL,Si, CL, 1000
Sedang Ls, Sc. SiC
75-100 Agak
terhambat Liat masif, Str
50-100 Potensi mekanisme
Lereng 8
8 – 15 15-30
Tingkat bahaya erosi SR
R S
Sumber: Dari Pengamatan di Lapangan dan berbagai rujukan, 2006