Tingkat Pendidikan Gambaran Umum Wilayah Desa Sukamanah

5.2. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Konservasi lahan

Untuk melihat pelaksanaan konservasi, maka diperlukan suatu analisis bagiamana pelaksanaan konservasi lahan di lihat dari kondisi lahan, dari persepsi masyarakat dan dari aspek ekologis. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mendeskripsikan pelaksanaan konservasi dengan melihat ketiga aspek tersebut. Informasi di dapat dari wawancara dengan stakeholder dan masyarakat di lokasi penelitian dan juga dari data sekunder pendukung. Beberapa hal yang ditanyakan adalah mengenai konservasi lahan dan jenis tanaman yang di taman persepsi masyarakat dan juga aspek ekologis yang ditimbulkan dari kegiatan ini. Untuk lebih jelasnya maka analisis deskriptif dari tujuan pertama ini disajikan sebagai berikut.

5.2.1. Konservasi di Tinjau dari Kesesuaian Lahan dan Kondisi Geografis Wilayah

Kondisi lahan di Desa Sukamanah, merupakan daerah dengan tipe bentang wilayah berbukit dengan ketinggian 1500 mdl. Dengan kemiringan lahan tanah 15-30. Pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh petani sebelum dilakukan konservasi adalah dengan usahatani pertanian. Kawasan hutan yang ada diwilayah Kabupaten Bandung didominasi oleh hutan lindung yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang cukup tinggi. Adanya kondisi tanah ini mendorong minat masyarakat untuk melakukan usaha pertanian yang cepat menghasilkan dengan Nilai ekonomis pendapatan yang cukup tinggi, yaitu komoditas tanaman sayuran seperti kentang, wortel, kol dan lain-lain. Kebiasaan masyarakat di sekitar hutan melakukan budidaya komoditas tanaman sayuran ini sudah berlangsung puluhan tahun umumnya dilakukan di pengunungan Pulau Jawa seperti di Malang, Wonosobo, Gunung Dieng, Pengalengan. Penanaman sayuran ini dapat menimbulkan erosi dan aliran permukaan yang sangat tinggi bahkan sampai pendangkalan pada aliran sungai sekitarnya karena komoditas ini mempunyai perakaran yang dangkal dan daur tanaman yang relatif cepat sekitar 90 hari. Namun setelah dilakukan konservasi lahan pada tahun 2003 dengan kemiringan lahan antara 15 – 30 , sistem pengawetan yang dilakukan sebagai kegiatan konservasi berupa penanaman pohon sebagai penutup tanah. Dari hasil pengamatan, kemiringan lahan dilokasi penelitian antara 15-40 dengan kedalaman tanah 25 , maka arahan konservasi dilakukan adalah dengan menggunakan teknik strip dan pembuatan teras. Pembuatan teras dan strip ini guna menekan terjadinya run off di daerah kemiringan. Persentase kemiringan lahan di wilayah DAS Citarum yang paling dominan terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penyebaran Luas Lahan menurut Kemiringannya di DAS Citarum, Tahun 2005 No Kemiringankelas kemiringan Luas ha Presentase 1 0 – 3 20.543,44 11,60 2 3 – 8 29.916,51 16,89 3 8 – 15 36.830,74 20,80 4 15 – 30 45.992,60 25,97 5 30 – 50 27.704,75 15,64 6 50 16.111,96 9,10 Sumber: - Studi Penyusunan Kebijakan Pengaturan Ruang, 2005 - SWS Citarum Tahun 2000 Jenis tanaman penutup tanah yang ditanam di lokasi penelitian adalah kayu putih eucaliptus sp. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa 81,95 menyatakan kurang sejutu berminat dengan jenis tanaman kayu putih. Hal ini disebabkan karena petani belum mengetahui teknik penanaman kayu putih dan juga pemeliharaan kayu putih akibatnya adalah bahwa sebagian tanaman kayu putih yang ada dilokasi penelitian kurang begitu berhasil hal ini ditandai dengan kurang subur dan banyaknya tanaman yang mati. Dilihat dari kondisi wilayah dan geografis di lokasi penelitian maka pemilihan jenis tanaman kayu putih eucaliptus sp sebagai tanaman penutup lahan berdasarkan ketentuan dari pelaksanaan konservasi yaitu Perhutani. Lokasi penelitian yang merupakan salah satu daerah yang berada di Hulu DAS Citarum merupakan daerah dengan karakteristik pemanfaatan lahan yang bergelombang dengan kemiringan dan kedalaman tanah lahan maka teknik yang digunakan dalam konservasi lahan adalah dengan menggunakan teknik terasering. Laporan penyusunan tata ruang Dinas Tata Ruang Jawa Barat menyatakan bahwa rekomendasi pengaturan lahan di Hulu DAS Citarum dan kriteria kesusaian lahan tanaman kayu putih eucaliptus sp terlihat pada Tabel 14 dan Tabel 15.