Perum Perhutani UMK Wana Lestari

5.2.2.7. Pola Kemitraan

Kemitraan budidaya glagah arjuna antara Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur dan petani Desa Tambi dan Desa Watukumpul merupakan bentuk kemitraan pola bapak angkat. Menurut Departemen Pertanian 2003 pola bapak angkat adalah refleksi kesediaan pihak yang mampu besar untuk membantu pihak lain yang kurang mampu kecil yang memang memerlukan pembinaan. Oleh karena itu, pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalah cermin atau wujud rasa kepedulian pihak yang besar terhadap yang kecil. Pola bapak angkat dalam kemitraan pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN dengan usaha mikro dan kecil. Dalam hal ini Usaha mikro dan kecil yaitu UMK Wana Lestari dan BUMN yaitu Perum Perhutani dimana Perum Perhutani memberikan pinjaman modal dan juga memberikan pembinaan kepada petani mulai dari teknis, manajemen, hingga pemasaran. Hak dan kewajiban para pihak yang bermitra disajikan pada Tabel 18. Perum Perhutani sebagai perusahaan besar memberikan pinjaman modal usaha berupa uang sebesar Rp 7.000.000,- dengan bunga flat 6 per tahun. Selain berupa uang, Perum Perhutani juga memberikan pembinaan teknis, manajemen dan pemasaran. Pembinaan itu berupa mendatangkan ahli kerajinan untuk melatih karyawan UMK Wana Lestari agar lebih terampil dan kreatif dalam membuat produk kerajinan, memfasilitasi UMK Wana Lestari dalam pameran-pameran yang diselenggarakan di dalam Kabupaten Pemalang maupun di luar Kabupaten. Sedangkan UMK Wana Lestari sebagai usaha mikro kecil di bidang kerajinan menerima pinjaman modal usaha dengan jaminan BPKB motor pemilik usaha ini, membayar angsuran dengan tepat waktu dan membuat produk kerajinan dengan baik. Jika terjadi resiko kerugian di kemudian hari, maka akan ditanggung oleh pihak UMK saja. Tidak ada proporsi hasil bagi dalam kemitraan ini. Melainkan adanya pembayaran angsuran pinjaman dari UMK Wana Lestari kepada Perum Perhutani setiap bulannya. Dalam menjalankan kontrak, terdapat aturan secara tertulis yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra sebagai hak dan kewajiban. Dari pedoman PKBL dan pasal-pasal yang terdapat dalam Perjanjian Pinjaman Modal dapat diidentifikasi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi masing-masing pihak yang bermitra Lampiran 8. Namun pada perjanjian kerjasama pinjaman modal tertulis bahwa pihak kedua mitra binaan yaitu LMDH Wana Lestari, padahal UMK ini adalah usaha perseorangan. Menurut hasil wawancara dengan Perum Perhutani hal ini untuk mempermudah proses administrasi. Dalam kemitraan, tugas penting yang diemban KPH Pekalongan Timur adalah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan pengusaha kecil khususnya dalam pemberian pinjaman modal, sumberdaya manusia, pemasaran dan teknologi maupun bidang produksi. Sedangkan tugas utama UMK Wana Lestari yaitu memanfaatkan kesempatan pembinaan dan pengembangan tersebut semaksimal mungkin untuk memperkuat dirinya, sehingga dapat tumbuh menjadi pengusaha kuat dan mandiri. Tabel 18 Hak dan kewajiban para pihak dalam kemitraan kerajinan glagah arjuna Para pihak Hak Kewajiban UMK Wana Lestari a. Mendapatkan pinjaman modal dari Perum Perhutani b. Mendapatkan bantuan hibah a. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati b. Menyelenggarakan pencatatanpembukuan dengan tertib c. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati d. Mematuhi sanksi hukum yang berlaku e. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada Perum Perhutani Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur a. Mengadakan perjanjian pinjaman modal Program Kemitraan b. Menerima angsuran c. Pengembalian pinjaman sesuai dengan kesepakatan a. Menyalurkan pinjaman dan melaksanakan hibah b. Melakukan monitoring terhadap perkembangan usaha mitra binaan c. Memberikan pelatihan manajerial serta bimbingan teknis dan pemeriksaan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mutu hasil d. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon mitra binaan secara langsung

5.2.2.8. Analisis Kemitraan

A. Tingkat Hubungan Kemitraan Kerajinan Sapu Glagah Arjuna

Seperti pada kemitraan budidaya, perhitungan tingkat kemitraan kerajinan ini juga dilakukan dengan cara kategorisasi yang didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944KptsOT.2101097 tanggal 13 Oktober 1997 mengenai Pedoman Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian.