Pendapatan yang didapatkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Menurut BPS 2003 rumah tangga akan mendahulukan pemenuhan
kebutuhan pangan pada kondisi pendapatan terbatas, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar
pendapatannya akan digunakan untuk mengonsumsi makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran yaitu
penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan menuju peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk barang bukan makanan
seperti rekreasi atau hiburan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Rumput glagah arjuna dibudidayakan di bawah tegakan pinus di KPH Pekalongan Timur seluas 164,1 Ha, tepatnya di RPH Watukumpul yang
merupakan kelas perusahaan pinus dengan luas total 952,1 Ha. Dengan demikian lahan yang ditanami rumput glagah arjuna hampir seperlima luas total wilayah
RPH Watukumpul 17,23. Pengetahuan membuat kerajinan sapu dari bunga glagah arjuna juga sudah
ada turun temurun dari zaman nenek moyang walaupun masih dengan cara sederhana. Dalam usaha ini, masyarakat masih banyak mengalami kendala seperti
keterbatasan keterampilan dan modal yang menyebabkan sulitnya usaha mereka untuk berkembang. Dalam proses industri pengolahannya pun masih
menggunakan teknologi tradisional antara lain dalam proses pemotongan yang masih menggunakan tangan, serta masih kurangnya daya kreatif dalam mendesain
sapu agar lebih menarik dan berkualitas tinggi. Sebelum masyarakat menanam glagah arjuna di lahan Perum Perhutani,
rumput glagah arjuna memang sudah ada di Desa Tambi dan Watukumpul sejak dulu tanpa sengaja dibudidayakan. Kemudian masyarakat mulai membudidayakan
glagah arjuna di lahan pribadi mereka. Kemudian pada tahun 1998, masyarakat mulai merambah lahan Perum Perhutani karena merasa kebutuhan rumah tangga
masyarakat semakin besar sementara lahan yang dimiliki masyarakat masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Meraka menanam rumput glagah
arjuna di lahan Perum Perhutani dan mengganti lahan pribadi mereka dengan tanaman pangan.
Oleh karena itu, Perum Perhutani mengikutsertakan masyarakat dalam kemitraan budidaya rumput glagah arjuna dan kerajinan sapu glagah
supaya keamanan hutan tetap terjaga, sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya hubungan kemitraan ini diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan dan keamanan hutan. Dengan demikian dapat
dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Perum Perhutani
Masyarakat
Masalah : 1. Perambahan lahan hutan
oleh masyarakat 2. Kerusakan pohon-pohon
di hutan Kemitraan
Masalah : 1. Kurangnya lahan
2. Kesulitan ekonomi
Kemitraan Budidaya Glagah Arjuna
A. Analisis tingkat hubungan kemitraan berdasarkan skoring :
1. Proses manajemen kemitraan Perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, efektivitas kerjasama 2. Manfaat kemitraan
3. Kendala kemitraan Kesesuaian implementasi dengan kontrak,
kejelasan hak dan kewajiban, teknis budidaya dan pemasaran glagah
B. Kontribusi kemitraan : 1. Pendapatan dari budidaya glagah
arjuna 2. Pendapatan dari selain budidaya
glagah arjuna 3. Persentase pendapatan dari
budidaya glagah arjuna terhadap pendapatan total
Kemitraan Kerajinan Sapu Glagah Arjuna
A. Analisis tingkat hubungan kemitraan berdasarkan skoring :
1. Proses manajemen kemitraan Perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, efektivitas kerjasama 2. Manfaat kemitraan
3. Kendala kemitraan Kesesuaian implementasi dengan kontrak,
kejelasan hak dan kewajiban, teknis pembuatan sapu dan pemasaran
sapu
B. Kontribusi kemitraan : 1. Pendapatan dari kerajinan glagah
arjuna 2. Pendapatan dari selain kerajinan
glagah arjuna 3. Persentase pendapatan dari
kerajinan glagah arjuna terhadap pendapatan total
Petani Desa Tambi Petani Desa Watukumpul
UMK Wana Lestari KPH Pekalongan Timur
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tambi dan Desa Watukumpul, Kecamatan
Watukumpul, Kabupaten Pemalang yang termasuk pangkuan wilayah hutan RPH Watukumpul, BKPH Randudongkal, KPH Pekalongan Timur pada bulan Mei -
Juli 2012.
3.3. Bahan, Alat Penelitian dan Sumber Data
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, kuesioner, kamera digital, kalkulator, laptop, dan software Microsoft Excel 2007.
Kemudian sumber data yang digunakan yaitu berasal dari: petani glagah arjuna, pengrajin glagah arjuna, Perum Perhutani, pustaka dan instansi terkait.
3.4. Metode Pengambilan Contoh
Responden adalah masyarakat desa hutan yang menjadi petani glagah arjuna di lokasi KPH Pekalongan Timur Desa Tambi sebanyak 30 responden, petani
Desa Watukumpul sebanyak 30 responden, dan masyarakat yang menjadi pengrajin sapu glagah sebanyak 30 responden dari Desa Tambi. Penentuan
responden dilakukan secara purposive sampling pada petani dan pengrajin. Key person dari Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur yang berkaitan
langsung dengan bagian program kemitraan sebanyak 3 orang, yaitu: Kepala Urusan PKBL, Pendamping tingkat Perum Perhutani BKPH Randudongkal, dan
KRPH Watukumpul.
3.5. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang terdiri dari:
1. Karakteristik rumah tangga: Nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan, luas lahan garapan, pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan.
2. Pendapatan rumah tangga dari glagah arjuna baik dari budidaya rumput glagah
arjuna maupun dari kerajinan sapu glagah serta pendapatan lain di luar glagah arjuna misalnya : sawah, peternakan, buruh, dagang dan pegawai.