pembinaan dari Perum Perhutani kepada pengrajin untuk meningkatkan produktivitasnya.
4.
Resiko usaha. Nilai rata-rata resiko usaha adalah 20. Menurut Perum
Perhutani dan UMK Wana Lestari jika terjadi masalah atau resiko dalam usaha budidaya glagah arjuna maka ditanggung sepenuhnya oleh UMK Wana
Lestari.
b.2 Teknis
Indikator teknis meliputi dua faktor penilaian yaitu faktor mutu dan penguasaan teknologi. Nilai untuk indikator teknis sebesar 50 yang merupakan
penjumlahan dari nilai rata-rata faktor mutu dan penguasaan teknologi. 1.
Mutu. Nilai rata-rata faktor mutu adalah 50. Nilai ini berdasarkan pendapat
Perum Perhutani dan UMK Wana Lestari yang menyatakan bahwa mutu produksi kemitraan meningkat dibandingkan dengan sebelum kemitraan. Hal
ini karena setelah adanya kemitraan, Perum Perhutani memberikan pembinaan teknologi dan manajemen sehingga mutu produk kerajinan pun
meningkat dari sebelum adanya kemitraan. 2.
Penguasaan teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perum
Perhutani dan UMK Wana Lestari berpendapat bahwa keterampilan pengrajin mengenai komoditi yang dimitrakan meningkat daripada sebelum kemitraan.
Perum Perhutani memberikan pembinaan kepada UMK Wana Lestari sehingga nilai rata-rata untuk penguasaan teknologi adalah 50. Menurut
Perum Perhutani, bimbingan teknispelatihan dan pembinaan merupakan hal yang sangat penting sehingga Perum Perhutani sering mengadakan
penyuluhan, mendatangkan pelatih yang
ahli untuk mengajarkan keterampilan membuat sapu dengan lebih kreatif supaya meningkatkan harga
jual sapu glagah arjuna.
b.3 Sosial
Nilai indikator sosial sebesar 100 diperoleh dari penjumlahan nilai rata-rata kontinuitas kerjasama sebesar 50 dan pelestarian lingkungan hidup sebesar 50
menurut pendapat dari Perum Perhutani dan UMK Wana Lestari.
b.3.1 Kontinuitas Kerjasama
Perum Perhutani dan UMK Wana Lestari berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk meneruskan kerjasama. Menurut Perum Perhutani,
kontinuitas kerjasama harus dilakukan karena kemitraan kerajinan glagah arjuna ini meningkatkan pendapatan rumah tangga pengrajin. Bahkan dengan adanya
kemitraan ini, banyak tenaga kerja yang diserap dari masyarakat yang menganggur. Apalagi melihat UMK Wana Lestari yang selalu lancar membayar
angsuran tepat waktu sehingga Perum Perhutani menaruh kepercayaan penuh kepada UMK Wana Lestari.
b.3.2 Pelestarian Lingkungan
Perum Perhutani dan UMK Wana Lestari berpendapat telah melakukan kegiatan penanganan limbah sesuai dengan pedoman teknis dan kaidah
konservasiperaturan yang berlaku. Kegiatan penanganan limbah yang telah dilakukan diantaranya mengumpulkan sisa-sisa plastik pembungkus gagang sapu
dan plastik sisa produksi lainnya pada satu tempat untuk kemudian dimusnahkan atau dibakar. Selain itu tidak ada limbah yang mengganggu lingkungan dari
kerajinan sapu ini. Jumlah rata-rata total nilai manfaat berdasarkan pendapat Perum Perhutani
dan UMK Wana Lestari sama yaitu 420 sehingga nilai rata-rata aspek manfaat sebesar 420 dari nilai maksimum 500.
5.2.2.9. Kendala Kemitraan Glagah Arjuna
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan kerajinan ini telah mencapai level kemitraan prima karena antara kedua pihak saling mematuhi prinsip
kemitraan dan menjalankan kewajibannya sesuai dengan perjanjian. Namun masih ada kendala yang dirasakan oleh UMK Wana Lestari yaitu membutuhkan modal
yang lebih besar untuk melebarkan usahanya. Kendala yang dirasakan oleh pihak Perum Perhutani adalah sulitnya memilih mitra binaan yang mampu dipercaya,
mampu menjalankan hak dan kewajiban dalam kemitraan sesuai dengan perjanjian.
Jika kita bandingkan kemitraan budidaya level kemitraan Prima dan kemitraan kerajinan level kemitraan Prima Utama terlihat perbedaan level yang
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : 1 Lamanya kemitraan.