Wana Lestari membutuhkan dalam jumlah besar. Selain itu juga disebabkan adanya sistem ijon.
c. Petani
Petani merupakan aktor yang penting karena hasil panen dari merekalah yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sapu glagah arjuna. Namun
jarang sekali ditemukan petani yang menjual glagahnya langsung pada pengrajin karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa petani seringkali sudah
meminjam uang pada tengkulak sehingga petani harus menyerahkan glagahnya pada tengkulak sebagai pembayaran pinjaman sistem ijon. Hal inilah yang
mengakibatkan pengrajin harus membeli glagah arjuna dari tengkulak. Selain itu juga karena petani hanya memiliki glagah arjuna dalam jumlah yang sedikit
sedangkan UMK Wana Lestari membutuhkan dalam jumlah besar.
d. Tengkulak
Tengkulak adalah orang yang berperan sebagai perantara antara petani dan pengrajin. Terutama untuk pengrajin yang ada di luar kota pengrajin II. Namun
bisa juga tengkulak dari desa ini menjual glagah arjuna pada tengkulak di luar
kota tengkulak II. 5.2.2.6.
Kontribusi Pendapatan Glagah Arjuna Terhadap Pengrajin
Pendapatan pengrajin tentunya bertambah dengan adanya usaha kerajinan glagah arjuna di samping dari sumber-sumber tambahan lainnya. Beberapa
sumber pendapatan pengrajin disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Pendapatan rumah tangga pengrajin
No Sumber Pendapatan Rata-rata RpRespondenTahun
Strata I 0,5 Ha 1
Sawah 4.541.000
21,86 2
Kebun 1.356.667
6,53 3
Ternak Ayam, itik 783.333
3,77 4
Lainnya dagang, pensiunan, perangkat desa 7.556.667
36,38 5
Kerajinan Sapu Glagah Arjuna 6.535.000
31,46 Jumlah
20.772.667 100,00
Pendapatan yang diperoleh pengrajin dari kerajinan glagah arjuna sangat beragam tergantung dari cara pengrajin mengerjakannya yaitu secara tradisional
atau modern. Didapatkan rata-rata pendapatan pengrajin per tahun dari kerajinan
sapu yaitu sebesar Rp 6.535.000,-tahun. Jika dibandingkan dengan sumber pendapatan lainnya, ternyata pendapatan dari kerajinan glagah arjuna menempati
porsi yang cukup banyak diantara sumber pendapatan lainnya sawah, dagang, ternak yaitu lebih dari sepertiga pendapatan 31,46. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan dari glagah arjuna sangat penting dalam menunjang perekonomian rumah tangga pengrajin.
Pendapatan pengrajin digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Alokasi pengeluaran rumah tangga pada pengrajin tidak jauh berbeda
dengan petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Pengeluaran rumah tangga pengrajin
Jenis Pengeluaran
Rata-rata RpRespondenTahun Pengrajin Desa Tambi Strata I 0,5 Ha
Pangan 9.307.000
44,06 Sandang
413.333 1,96
Sumbangan tabungan 3.406.667
16,13 Pendidikan
2.916.000 13,8
Kesehatan 60.167
0,28 Listrik,BBM
2.837.133 13,43
lain-lain 2.183.333
10,34 Jumlah
21.123.633 100,00
Pada pengrajin, pengeluaran rata-rata total untuk strata I sebesar Rp 21.123.000,-tahun. Alokasi pengeluaran rata-rata terbesar adalah untuk
kebutuhan pangan 44,06. Hal ini sejalan dengan BPS 2003 bahwa pada kondisi pendapatan terbatas, rumah tangga akan mendahulukan pemenuhan
kebutuhan pangan sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk
mengonsumsi makanan. Menurut Sajogyo 1984 umumnya semakin sejahtera seseorang, semakin kecil pengeluarannya untuk belanja pangan. Mereka
mengalokasikan pendapatannya lebih banyak untuk rekreasi dan hiburan. Alokasi pengeluaran untuk kebutuhan sandang pengrajin adalah 1,96.
Alokasi pengeluaran untuk sumbangan hajatan dan tabungan cukup besar 16,13 karena tradisinya menyumbang adalah suatu keharusan. Persentase
alokasi pengeluaran untuk pendidikan adalah sebesar 13,80 Alokasi pengeluaran terkecil adalah untuk kesehatan, yaitu 0,28. Alokasi belanja
pengrajin untuk listrik, pajak dan BBM terhadap total pengeluaran yaitu masing- masing sebesar 13,43. Alokasi belanja kebutuhan lain sebesar 10,43 adalah
untuk peralatan rumah tangga, biaya telekomunikasi atau biaya pakan ternak untuk pengrajin yang memiliki ternak.
Untuk keseluruhan perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa pendapatan pengrajin rata-rata mencukupi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Adapun
jika terjadi defisit, biasanya dipenuhi dengan cara meminjam atau berhutang dengan tetangga atau keluarga, adapula beberapa yang kebutuhan sehari-harinya
dipenuhi oleh anak mereka yang telah berkeluarga. Manfaat yang dirasakan Perhutani dari kegiatan kemitraan tersebut
menjadikan tekanan terhadap hutan berkurang. Hutan menjadi lebih aman karena masyarakat turut merasa berkewajiban menjaga hutan. Selain itu ternyata
kemitraan juga memberikan dampak sosial yang cukup baik. Manfaat sosial dengan adanya kemitraan yang dijalankan KPH Pekalongan Timur ini mampu
menjaga hubungan tali silaturahmi dengan mitra binaannya sekaligus masyarakat sekitar desa hutan. Tentunya dari kemitraan ini dapat memunculkan peluang besar
untuk meningkatkan pendapatan usaha masyarakat dan juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kecamatan Watukumpul.
Adapun manfaat yang dirasakan UMK Wana Lestari yaitu pembinaan yang diberikan oleh Perhutani berupa pembinaan manajerial, teknis produksi dan
pemasaran sapu. UMK Wana Lestari diikutsertakan pada pameran-pameran kerajinan yang ditawarkan oleh KPH Pekalongan Timur sebagai fasilitator.
Dengan diikutsertakannya pada pameran, UMK Wana Lestari dapat memperluas pemasarannya, sebagai ajang promosi, sehingga dapat memberi peluang membuat
jaringan usaha atau bermitra dengan perusahaan lain. Selain itu, dengan mengikuti pameran, dapat menekan biaya pemasaran atau biaya promosi karena untuk
mendirikan stand sendiri pada suatu pameran, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Selain dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik usaha ini, usaha ini juga
mampu membuka lapangan kerja sekaligus membantu perekonomian masyarakat lemah.