3.1 Kontinuitas Kerjasama HASIL DAN PEMBAHASAN

per sapu untuk jenis sapu modern. UMK Wana Lestari memiliki cukup modal dari dana pinjaman PKBL sehingga usahanya mampu terus berkembang dan mensejahterakan karyawannya. UMK Wana Lestari sudah memiliki lokasi-lokasi yang siap memasarkan sapunya seperti di Kota Jakarta, Semarang dan Bandung. Hal ini disebabkan mereka sering diikutsertakan dalam pameran-pameran yang difasilitasi oleh Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur. Pada pengrajin skala kecil mereka membuat sapu menggunakan tenaga kerja hanya dari anggota keluarga sendiri sehingga tidak memerlukan upah tetapi tidak bisa mengerjakan dalam jumlah banyak. Selain itu mereka membuat sapu hanya dalam jumlah sedikit karena keterbatasan modal. Biasanya mereka hanya mampu membeli bahan baku 0,5 - 1 kwintal saja. Mereka juga menjual sapu nya dengan harga yang sangat murah yaitu sekitar Rp 2.500,- saja sehingga laba yang mereka dapatkan juga tidak terlalu besar. Sapu yang dihasilkannya pun tidak dimodifikasi menjadi berbagai jenis sapu modern yang menarik. Hal ini disebabkan kurangnya keterampilan dan kreativitas dari pengrajin skala kecil, serta tidak adanya pembinaan atau pelatihan dari pihak manapun. Oleh karena itu, mereka hanya mendapatkan laba sedikit karena kurangnya modal dan keterampilan yang mereka miliki. Dengan hasil sapu yang sederhana mereka tidak bisa menjual sapunya dengan harga mahal, apalagi untuk memasuki pasar luar negeri. Mereka juga tidak mempunyai pengetahuan tentang lokasi pemasaran yang bagus, sehingga mereka hanya menjualnya di Desa Tambi saja atau hanya berjualan keliling di Kota Tegal atau Cirebon saja. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh pengrajin 46,66 mengetahui bahwa mereka bisa mengajukan proposal peminjaman dana PKBL seperti yang dilakukan UMK Wana Lestari, tetapi tidak mengajukan karena khawatir tidak bisa melunasi angsuran pinjaman tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kesiapan diri dan komitmen untuk melakukan kerjasama dengan pihak Perum Perhutani. Kemudian hampir separuh pengrajin pula 46,66 tidak tahu bahwa mereka dapat mengajukan proposal peminjaman modal dalam program PKBL Perhutani. Hasil penelitian menunjukkan pihak Perum Perhutani sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat supaya mereka mengajukan proposal pinjaman modal usaha kepada