Setelah Penutupan Tambang Strategi Konservasi Orangutan di KP Batubara

102 pengelolaan KHDTK adalah dengan tujuan-tujuan khusus seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta untuk kepentingan sosial budaya dan penerapan teknologi tradisional indigenous technology. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan sejarah perkembangan masyarakat dan kelembagaan adat indigenous institution, serta kelestarian dan terpeliharanya ekosistem. 3 Sebagai Perluasan TN Kutai KP batubara PT KPC berdekatan dengan TN Kutai, namun kedua kawasan tersebut dipisahkan oleh Sungai Sangatta yang merupakan batas selatan TN Kutai. Oleh karena itu, bagian utara dari KP batubara sangat penting sebagai salah satu kawasan penyangga TN Kutai. Perluasan taman nasional mungkin akan menimbulkan pro dan kontra seperti yang terjadi di TN Gunung Halimun Salak dan TN Tesso Nilo. Namun secara hukum, adalah memungkinkan untuk menambah luas kawasan taman nasional dengan areal di sekitarnya sebagai pengganti kawasan TN Kutai yang telah diokupasi oleh masyarakat. Berdasarkan fungsi dan tipe pengelolaan masing-masing kawasan, Tahura adalah yang paling direkomendasikan karena lebih fleksibel dalam pemanfaatan dan pengelolaan. Semua kegiatan yang diperbolehkan di KHDTK dan Taman Nasional sudah tercakup di dalam fungsi masing-masing blok pengelolaan Tahura. 5.4 Simpulan dan Saran 5.4.1 Simpulan Program prioritas sebagai bagian dari strategi konservasi orangutan di KP Batubara: 1. Selama operasional penambangan: pembuatan koridor sebagai penghubung kantong-kantong habitat, peningkatan kualitas kantong habitat terutama pengkayaan dengan spesies pohon pakan, dan peningkatan kesadartahuan karyawan. 2. Pasca operasional penambangan: mempertahankan kawasan pasca tambang sebagai kawasan konservasi Taman Hutan Raya dan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus melalui skema tukar menukar kawasan hutan.

5.4.2 Saran

Kegiatan revegetasi di areal rehabilitasi kawasan pasca tambang tidak lagi menggunakan jenis-jenis eksotik, tetapi dari awal penanaman menggunakan jenis- jenis lokal, terutama jenis-jenis yang dapat mendukung konservasi orangutan. 103 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1 Karakteristik habitat orangutan di KP batubara berbeda dengan habitat alami dalam hal penutupan lahan, struktur hutan, komposisi vegetasi, dan aktivitas manusia. Kegiatan penambangan batubara telah mengubah habitat orangutan yang semula kompak dan utuh menjadi patch-patch kecil berupa ARKPB dan sisa hutan alam di tengah-tengah areal terganggu yang luas. Struktur tegakan hutan di ARKPB cenderung homogen dan mengalami diskontinuitas tajuk, karena disusun oleh pohon-pohon berdimensi kecil dari jenis dan kelas umur hampir sama. Jenis-jenis eksotik mendominasi ARKPB, jenis yang paling dominan adalah Senna siamea, Falcataria moluccana, dan Senna surattensis. 2 Orangutan mengembangkan strategi adaptasi perilaku untuk dapat bertahan hidup di KP Batubara, baik strategi dalam hal pola aktivitas, strategi makan, strategi bergerak, maupun strategi bersarang. Diet utama orangutan di KP Batubara adalah kulit, daun, dan biji-bijian. Orangutan di KP Batubara lebih terestrial dan telah belajar cara dan waktu yang aman untuk berpindah antar fragmen habitat. Orangutan di KP Batubara membangun sarang pada semua jenis dan dimensi pohon, lebih banyak di pucuk pohon, dengan proporsi reused nest yang tinggi. 3 Strategi konservasi orangutan selama operasional penambangan: meningkatkan daya dukung kantong-kantong habitat, membangun koridor ekosistem, peningkatan kesadartahuan masyarakatkaryawan, dan pelibatan para pihak dalam konservasi orangutan pada skala lansekap. Strategi konservasi setelah penutupan tambang adalah mempertahankan kawasan pasca tambang sebagai kawasan konservasi, baik sebagai Taman Hutan Raya atau Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus melalui mekanisme tukar menukar kawasan hutan.

6.2 Saran

1 Penelitian lanjutan diperlukan untuk memperkaya informasi tentang orangutan di KP Batubara, antara lain: a survei populasi orangutan di seluruh areal konsesi KP batubara; b penelitian perilaku dengan ukuran sampel yang lebih besar dan jangka waktu yang lebih panjang, terutama untuk jantan berpipi; c penelitian status kesehatan orangutan di KP Batubara; e penelitian kandungan nutrisi dari pakan dominan orangutan di KP Batubara; dan f Analisis DNA orangutan yang hidup di kantong-kantong habitat yang terisolasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya tekanan perkawinan dalam. 2 Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur dan Provinsi Kaltim segera mengajukan permohonan agar kawasan pasca tambang PT KPC dapat ditetapkan sebagai kawasan lindungkonservasi. Kebijakan ini penting untuk menjadi dasar bagi pelaksanaan konservasi orangutan yang hidup di areal tersebut dalam jangka panjang. 104 DAFTAR PUSTAKA Abram NK, Meijaard E, Wells JA, Ancrenaz M, Pellier A-S, Runting RK, Gaveau D, Wich SA, Nardiyono, Tjiu A, Nurcahyo A, Mengersen K. 2015. Mapping perceptions of species’ threats and population trends to inform conservation efforts: the Bornean orangutan case study. Diversity Distribution. 215:487 –499.doi:10.1111ddi.12286. Aguilar R, Quesada M, Ashworth L, Herrerias-Diego Y, Lobo J. 2008. Genetic consequences of habitat fragmentation on in plant populations: Susceptible signals in plant traits and methodological approaches. Molecular Ecology. 1724:5177-5188.doi:10.1111j.1365-294X.2008.03971.x. Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar Dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor ID: IPB Pr. Alikodra HS. 2012. Konservasi Sumbersaya Alam dan Lingkungan. Pendekatan Ecosophy bagi Penyelamatan Bumi. Efransyah, Darusman D, editor. Yogyakarta ID: Gadjah Mada University Press. Alikodra HS. 2015a. Jalan Menuju Kelestarian Bekantan. Di dalam: Alikodra HS, Efransjah, Bismark M, editor. Bekantan: Perjuangan Melawan Kepunahan. Bogor ID: IPB Press. hlm 1-6. Alikodra HS. 2015b. Ruang Lingkup Penelitian Bekantan di Rawa Gelam. Di dalam: Alikodra HS, Efransjah, Bismark M, editor. Bekantan: Perjuangan Melawan Kepunahan. Bogor ID: IPB Press. hlm 11-18. Alikodra HS. 2015c. Upaya Konservasi Bekantan di Habitat Asli. Di dalam: Alikodra HS, Efransjah, Bismark M, editor. Bekantan: Perjuangan Melawan Kepunahan. Bogor ID: IPB Press. hlm 215-227. Altman J. 1974. Observational study of behavior: sampling method. Illinois US: Alle Laboritory of Animal Behavior Univ of Chicago. Ancrenaz M, Dabek L, O’Neil S. 2007. The costs of exclusion: recognizing a role for local communities in biodiversity conservation. PLoS Biology. 511:e289.doi:10.1371journal.pbio.0050289. Ancrenaz M, Calaque R, Lackman-Ancrenaz I. 2004.Orangutan nesting behavior in disturbed forest of Sabah, Malaysia: implications for nest census. International Journal of Primatology. 255:983-1000.doi:10.1023B:IJOP. 0000043347.84757.9a Ancrenaz M, Gumal M, Marshall AJ, Meijaard E, Wich SA, Husson S. 2016. Pongo pygmaeus. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T117975A17966347 [Internet]. [diunduh 2016 Nov 23]. Tersedia pada: http:dx.doi.org10.2305IUCN.UK.2016-1.RLTS. T17975A17966347.en. Ancrenaz M, Oram F, Ambu L, Lackman I, Ahmad E, Elahan H, Kler H, Abram NK, Meijaard E. 2014a. Of Pongo, palms and perceptions: a multidisciplinary assessment of Bornean orang-utans Pongo pygmaeus in an oil palm context. Oryx. 42:1-8.doi:10.1017 S0030605313001270. Ancrenaz M, Sollmann R, Meijaard E, Hearn AJ, Ross J, Samejima H, Loken B, Cheyne SM, Stark DJ, Gardner PC et al. 2014b. Coming down from the trees: Is terrestrial activity in Bornean orangutans natural or disturbance driven?. Scientific Reports. 44024:1-5.doi:10.1038srep04024. 105 Ancrenaz M. 2006. Final Report: Consultancy on Survey Design and Data Analysis at Betung Kerihun National Park, Indonesia. Betung Kerihun ID: WWF Indonesia Betung Kerihun Project. Anderson JR. 1998. Sleep, sleeping sites, and sleep-related activities: awakening to their significance. American Journal of Primatology. 46:63-75. Anderson JR. 2000. Sleep-related behavioural adaptations in freeranging anthropoid primates. Sleep Medicine Reviews. 44:355-373.doi:10.1053 smrv.2000.0105. Aprilinayati F. 2006. Perilaku mengkonsumsi buah dan potensi tumbuhnya biji jenis-jenis tumbuhan yang dipencarkan oleh orangutan Pongo pygmaeus wurmbii di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah Skripsi. Jakarta ID: Universitas Nasional. Asensio N, Schaffner CM, Aureli F. 2012. Variability in core areas of spider monkeys Ateles geoffroyi in a tropical dry forest in Costa Rica. Primates. 532:147-156.doi:10.1007s10329-011-0288-9. Ashbury AM, Posa MRC, Dunkel LP, Spillmann B, Utami Atmoko SS, van Schaik C, van Noordwijk MA. 2015. Why do orangutans leave the trees? terrestrial behavior among wild bornean orangutans Pongo pygmaeus wurmbii at Tuanan, Central Kalimantan. International Journal of Primatology. 7711:1216-1229.doi:10.1002ajp.22460. [Bappeda Kutim] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kutai Timur. 2015. Profil Daerah Kabupaten Kutai Timur 2015. Kutai Timur ID: Bappeda Kutai Timur. [BPPMD Kaltim] Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Kalimantan Timur. 2012. Penyusunan Kajian Investasi di Lahan Eks Tambang. Samarinda ID: BPPMD Kaltim. [BPS Kutim] Badan Pusat Statistik Kutai Timur. 2016a. Statistik Daerah Kabupaten Kutai Timur 2016. Kutai Timur ID: BPS Kutai Timur. [BPS Kutim] Badan Pusat Statistik Kutai Timur. 2016b. Statistik Daerah Kecamatan Sangatta Utara 2016. Kutai Timur ID: BPS Kutai Timur. [BTN Kutai] Balai TN Kutai. 2014. Statistik TN Kutai 2013. Jakarta ID: BTN Kutai. Baldwin PJ, Sabater Pi J, McGrew WC, Tutin CEG. 1981. Comparisons of nests made by different populations of chimpanzees Pan troglodytes. Primates. 224:474-486.doi:10.1007BF02381239 Bastian ML, Zweifel N, Vogel ER, Wich SA, van Schaik CP. 2010. Diet traditions in wild orangutans. American Journal of Physical Anthropology. 143:175-187.doi:10.1002ajpa.21304. Blanc G, Barakat A, Guyot R, Cooke R, Delseny M. 2000. Extensive duplication and reshuffling in the Arabidopsis genome. Plant Cell. 127:1093- 1101.doi:10.1105tpc.12.7.1093. Bond M. 2003. Principles of wildlife corridor design [Internet]. [diunduh 2016 Desember 30] . Tersedia pada: http:www.biologicaldiversity.org. Bratawinata AA. 1994. Klasifikasi tegakan hutan di Kalimantan TimurIndonesia berdasarkan ciri-ciri floristik dan strukturnya. Di dalam: Ruhiyat D, Schulte 106 A, editor. Mulawarman Forestry Report No.1. Samarinda ID: Indonesia- German Forestry ProjectGTZ. Brook BW, Sodhi NS, Bradshaw CJA. 2008. Synergies among extinction drivers under global change. Trends in Ecology and Evolution. 238:453-460.doi: 10.1016j.tree.2008.03.011. Brownlow AR, Plumptre AJ, Reynolds V, Ward R. 2001. Sources of variation in the nesting behavior of chimpanzees Pan troglodytes schweinfurthii in the Budongo Forest, Uganda. International Journal of Primatology. 551:49- 55.doi:10.1002ajp.1038. Buij R, Wich SA, Lubis AH, Sterck EHM. 2002. Seasonal movements in the Sumatran orangutan Pongo pygmaeus abelii and consequences for conservation. Biological Conservation. 1071:83-87.doi:10.1016S0006- 32070200048-4. Campbell CO, Cheyne SM, Rawson BM. 2015. Best Practice Guidelines for the Rehabilitation and Translocation of Gibbons. Gland CH: IUCN SSC Primate Specialist Group. 56pp. Campbell JL. 1992. Ecology of Bornean orang-utans Pongo pygmaeus in drought and fire affected lowland rainforest [Dissertations]. Pennsylvania US: The Penn State University. Campbell NA.Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB. 2008. Biology Eighth edition. Di dalam: Hardani W, Adhika P, editor. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta ID: Penerbit Erlangga. Campbell-Smith G, Campbell-Smith M, Singleton I, Linkie M. 2011. Raiders of the lost bark: Orangutan foraging strategies in a degraded landscape. PloS ONE. 66:e20962.doi: 10.1371journal.pone.0020962. Candolin U, Wong BBM. 2012. Behavioural Responses to a Changing World: Mechanisms and Consequences. Oxford: Oxford University Press. Chapman CA, Naughton-Treves L, Lawes MJ, Wasserman MD, Gillespie TR. 2007. The conservation value of forest fragments: Explanations for population declines of the colobus of western Uganda. Folia Primatologica. 75:30-31. Curtis JT. 1959. The Vegetation of Wisconsin: An Ordination of Plant Communities. Madison USA: Univ. Wisconsin Press. Delgado RA Jr, van Schaik CP. 2000. The behavioral ecology and conservation of the orangutan Pongo pygmaeus: A Tale of Two Islands. Evolutionary Anthropology. 95:201-218.doi:10.1002ajp.22460. Dennis R, Grant A, Hadiprakarsa Y, Hartman P, Kitchener D, Lamrock T, MacDonald F, Meijaard E, Prasetyo D. 2011. Prinsip Pengelolaan Konservasi Orangutan di Konsesi Pertambangan. Siregar PG, Utami- Atmoko SS, editor. Bogor ID: Forina. Dewsbury DA. 1978. Comparative Animal Behavior. New York US: McGraw- Hill Book Co. Di Fiore A, Rodman PS. 2001. Time allocation patterns of lowland woolly monkeys Lagothrix lagotricha poeppigii in a neotropical Terra Firma forest. International Journal of Primatology. 223:449-480.doi:10.1023 A:1010759729567.