40 adakalanya tidak bisa dihindari dan menjadi salah satu ancaman bagi keselamatan
orangutan, bahkan keselamatan pekerja. Karyawan PT KPC dan kontraktor diwajibkan untuk mengikuti safety
induction dan MOD Rules, yaitu pelatihan tentang prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan K3L. PT KPC mengembangakan Golden Rules
yang merupakan aturan baku K3L yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan kontraktor. KPC menerapkan Sistem Manajemen K3L Prima Nirbhaya, yang
mengadopsi standar nasional dan internasional bidang lingkungan dan K3 sebagaimana ketentuan pemerintah, antara lain: Peraturan Menteri ESDM No.38
tahun 2014 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba, ISO 14001 and OHSAS 18001 KPC 2015.
3.5 Simpulan dan Saran 3.5.1 Simpulan
1 Habitat orangutan di Prevab TN Kutai merupakan habitat yang kompak dan
utuh, sedangkan habitat di KP Batubara telah mengalami penyempitan, degradasi, dan fragmentasi.
2 Prevab TN Kutai kaya akan jenis vegetasi termasuk pohon buah dan liana
berkayu, sedangkan ARKPB lebih miskin jenis dan tidak terdapat pohon buah dan liana berkayu.
3 Tegakan hutan Prevab TN Kutai terdiri atas lima stratum tajuk yang disusun
oleh pohon-pohon dari berbagai dimensi dan tingkat pertumbuhan, sedangkan ARKPB hanya terdiri atas tiga stratum tajuk dengan pohon-pohon yang
cenderung sejenis dan seumur. Tegakan hutan Prevab TN Kutai memiliki tajuk yang kontinu, sedangkan ARKPB mengalami diskontinuitas tajuk.
4 Kehadiran manusia di Prevab TN Kutai jumlahnya terbatas dan bersifat
temporal, sedangkan di KP Batubara manusia hadir dalam jumlah yang besar dan intensitas yang sangat tinggi secara kontinu.
3.5.2 Saran
1 Melindungi sumber-sumber ekologi penting bagi orangutan, misalnya: pohon
besar yang dapat dijadikan sebagai sumber benih untuk pengkayaan pakan. 2
Kegiatan pengkayaan ARKPB dengan berbagai jenis pohon pakan alami orangutan menggunakan teknik silvikultur yang intensif.
3 Melakukan penelitian tentang kandungan nutrisi pakan penting orangutan di
KP Batubara, antara lain: biji dan bunga Senna siamea, kulit Merremia peltata dan Caliandra sp., daun Colopogonium caeruleum dan Centrocema
pubescens.
41
4 ADAPTASI PERILAKU ORANGUTAN DI KAWASAN PERTAMBANGAN BATUBARA
4.1 Pendahuluan
Perilaku harian orangutan adalah seluruh aktivitas orangutan yang berlangsung sejak orangutan meninggalkan sarang tidur pada pagi hari hingga
orangutan tersebut masuk kembali ke dalam sarang untuk beristirahattidur pada malam hari Rijksen 1978; Galdikas 1986; Morrogh-Bernard et al. 2009. Selama
periode aktifnya, orangutan harus dapat melakukan semua aktivitas utamanya agar dapat bertahan hidup di lokasi tertentu Dunbar 1992. Dunbar et al. 2009
mengemukakan bahwa secara teoritis selalu mungkin bagi individu untuk memenuhi kebutuhan gizinya meskipun hidup di habitat dengan kualitas makanan
yang rendah, asalkan ada cukup waktu yang tersedia untuk menemukan, menelan, dan mencerna makanan. Untuk dapat memperoleh makanan di habitat yang
miskin, hewan memerlukan kemampuan untuk dapat menyesuaikan alokasi waktu mereka terhadap perubahan dalam ketersediaan sumber daya dan komposisi pakan
Di Fiore dan Rodman 2001; Hill dan Dunbar 2002; Vasey 2005; Sayers dan Norconk 2008.
Menurut Delgado dan van Schaik 2000, orangutan rata-rata menggunakan 43 waktu aktif untuk makan, 41.5 untuk beristirahat, 13.5 bergerak, dan 2
untuk aktivitas lain yang meliputi bersarang, vokalisasi, bersosialisasi dan kawin. Namun, proporsi waktu tersebut bervariasi antar individu dan lokasi dari waktu ke
waktu dalam kaitannya dengan faktor umur dan jenis kelamin, lama hari aktif, ketersediaan buah, dan status reproduksi Delgado dan van Schaik 2000.
Morrogh-Bernard et al. 2009 membandingkan perilaku harian orangutan dari 10 lokasi penelitian berbeda dan menemukan perbedaan yang signifikan antar lokasi
dalam proporsi waktu makan, bergerak, dan beristirahat. Selanjutnya dikemukakan bahwa faktor yang berpengaruh besar terhadap pola aktivitas dan
alokasi waktu harian orangutan adalah ketersediaan, kualitas, dan kuantitas pakan, sedangkan umur dan jenis kelamin serta status sosial adalah faktor sekunder.
Perbedaan habitat dan ketersediaan pakan juga merupakan determinan penting yang menentukan lama aktif dan waktu orangutan memulai aktivitasnya
Morrogh-Bernard et al. 2009.
Aktivitas makan merupakan aktivitas orangutan liar yang paling dominan yang mencapai 50 dari waktu aktifnya Morrogh-Bernard et al. 2009. Perilaku
makan merupakan segala aktivitas yang meliputi persiapan, pemetikan, penggapaian, pengambilan, pengunyahanpenelanan makanan, bergerak dalam
sumber makanan pohon, liana, pohon tua yang mengandung rayap, tumbuhan lantai hutan, termasuk minum dan penggunaan alat untuk makan van Schaik
2003; Morrogh-Bernard et al. 2009. Orangutan memiliki komposisi makanan yang berbeda di tiap daerah, perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor habitat, musim,
umur, dan jenis kelamin MacKinnon 1974; Morrogh-Bernard et al. 2009. Orangutan tergolong primata frugivora, namun orangutan juga mengkonsumsi
daun, liana, kulit kayu, serangga, bahkan tanah dan vertebrata kecil Rodman 1973; Mackinon 1974; Rijksen 1978; Galdikas 1986; Delgado dan van Schaik
2000. Orangutan kalimantan diketahui lebih fleksibel dalam diet mereka, yang dapat bertahan dengan mengkonsumsi materi vegetasi non buah yang kurang