Analisis Perilaku Orangutan di KP Batubara
89 yang produktif, stabil, dan aman, pemeliharaan keanekaragaman hayati, serta
konservasi air dan efisiensi sumber energi KPC 2013. Kegiatan restorasi ekosistem area pasca tambang di KPC dilakukan berdasarkan dokumen Desain
Restorasi Ekosistem Lahan Bekas Tambang Batubara, yang salah satu tujuan utamanya adalah untuk pelestarian keanekaragaman hayati, termasuk habitat dan
populasi orangutan KPC 2015. Berdasarkan desain tersebut, restorasi area pasca tambang dibagi menjadi 5 zona, yaitu: zona lindung, zona penyangga, zona
konservasi keanekaragaman hayati, zona wisata, dan zona pemanfaatan.
Salah satu upaya yang telah ditempuh oleh PT KPC untuk menyelamatkan orangutan di areal konsesinya adalah dengan translokasi. Translokasi merupakan
upaya yang paling sering ditempuh oleh perusahaan untuk menyelamatkan orangutan yang terancam akibat aktivitas penambangan. Padahal, translokasi
seharusnya menjadi pilihan terakhir dan hanya ditempuh jika upaya melindungi orangutan di habitat aslinya sudah tidak lagi memungkinkan.
Berdasarkan catatan Environment Departement PT KPC, semenjak dari bulan Januari 1998 sampai dengan bulan Agustus 2012 sebanyak 114 orangutan
telah dipindahkan dari areal kerja dan infrastruktur PT KPC 103 orangutan merupakan hasil tangkapan dan 11 orangutan hasil sitaan. Orangutan yang
berhasil ditangkapdisita dalam kondisi sehat dan cukup umur langsung dilepasliarkan kembali ke lokasi yang dianggap aman 105 orangutan, sedangkan
orangutan yang sakitcederalemah atau bayianak tanpa induk yang belum mandiri dibawa ke Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari 9 orangutan.
Dari 114 individu orangutan yang dipindahkan dari areal terganggu, ±65 direlokasi ke luar areal konsesi dan ±35 ke hutan alam yang masih berada di
dalam areal konsesi. Orangutan yang dipindahkan dari PKP2B PT KPC dari tahun 1998 sampai dengan 2012 disajikan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.1 Orangutan yang dipindahkan dari PKP2B PT KPC berdasarkan kelas fokal dan kondisi kesehatan
a
Kelas fokal Jumlah Asal
Kondisi Tidak ada
data Tangkapan
Sitaan Sehat
Tidak sehat
b
Mati Jantan
Dewasa 47
45 2
37 2
8 Remaja
3 3
2 1
Anak 3
3 3
Bayi 5
5 5
Sub total 58
56 2
47 3
8 Betina
Dewasa 37
31 6
29 5
3 Remaja
8 8
7 1
Anak 6
4 2
4 1
1 Bayi
5 4
1 5
Sub total 56
47 9
45 6
5 Total
114 103
11 92
9 13
a
Sumber: Environment Departement PT KPC;
Sakitcederaparasitekurus
Orangutan biasanya dipindahkan dari suatu areal kerja KP batubara jika kegiatan yang akan atau sedang dilakukan dapat mengancam keselamatan
orangutan. Orangutan yang terancam keselamatannya dipindahkan ke areal lain
90 yang pada saat itu dianggap aman, baik di dalam maupun di luar KP batubara.
Sebagian besar orangutan dari KP batubara di pindahkan ke kawasan TN Kutai 53.51, sebanyak 35.09 ke hutan alam yang masih merupakan areal PKP2B
PT KPC, 2.63 ke Muara Wahau, 7.89 ke Wanariset Samboja, dan 0.88 ke Kutai Barat Tabel 5.3 dan Gambar 5.1.
Tabel 5.2 Orangutan yang dipindahkan dari PKP2B PT KPC periode 1998 sampai dengan 2012
a
Kelas fokal Tahun Translokasi
Jumlah 1998
1999 2000
2001 2003
2006 2009
2012 Jantan
Dewasa 32
2 5
3 -
1 2
2 47
Remaja 2
- 1
- -
- -
- 3
Anak 2
1 -
- -
- -
- 3
Bayi 2
- -
1 1
- 1
- 5
Sub total 38
3 6
4 1
1 3
2 58
Betina Dewasa
26 1
- 5
1 3
1 -
37 Remaja
4 -
2 1
- 1
- -
8 Anak
5 -
1 -
- -
- -
6 Bayi
2 -
- 1
- 2
- -
5 Sub total
37 1
3 7
1 6
1 56
Total 75
4 9
11 2
7 4
2 114
a
Sumber: Environment Departement PT KPC
Tabel 5.3 Lokasi relokasi orangutan dari PKP2B PT KPC periode 1998-2012
a
Tujuan relokasi translokasi
Tahun Jumlah
1998 1999 2000 2001 2003 2006 2009 2012 KPC, DS
16 -
- -
- -
- -
16 KPC, Porodisa
- -
9 11
- -
- -
20 KPC, Melawan
- -
- -
- -
4 -
4 TN Kutai, Mentoko
51 -
- -
- -
- -
51 TN Kutai, ??
- -
- -
2 7
- 1
10 Muara Wahau
- 3
- -
- -
- -
3 Kutai Barat
- -
- -
- -
- 1
1 Wanariset Samboja
8 1
- -
- -
- -
9 Total
75 4
9 11
2 7
4 2
114
a
Sumber: Environment Departement PT KPC; Tidak ada data
Translokasi orangutan memerlukan kehati-hatian sehingga tidak terjadi pencemaran genetik, kesehatan, maupun perilaku Campbell et al. 2015.
Translokasi orangutan dari KP batubara merupakan solusi jangka pendek dan kurang efektif karena beberapa alasan. Pertama, orangutan yang dipindahkan dari
KP batubara pada umumnya tidak diketahui nasibnya kerena kegiatan monitoring sangat terbatas. Kedua, sebagian besar lokasi pelepasliaran yang saat itu dianggap
aman karena berupa hutan alam, saat ini telah berubah fungsi atau telah terdegradasi. Ketiga, lokasi pelepasliaran yang memenuhi persyaratan habitat
yang baik sangat terbatas. Keempat, translokasi orangutan membutuhkan biaya yang besar. Kelima, risiko orangutan maticederatrauma atau terpisahnya
anakbayi dari induk karena proses penangkapanpembiusan cukup tinggi. Biaya