Pendahuluan Adaptasi Perilaku Orangutan (Pongo Pygmaeus Morio) Di Kawasan Pertambangan Batubara Di Kalimantan Timur

25 Explicit Individual-Based Forest Simulator versi 2.1.0 untuk menggambarkan struktur vertikal dan horizontal dari tegakan hutan. Data aktivitas manusia, pengetahuan, persepsi, dan perilaku karyawan terkait keberadaan orangutan di KP Batubara dianalisis secara deskriptif.

3.3 Hasil

Perbedaan karakteristik habitat orangutan antara KP Batubara dengan Prevab TN Kutai menggambarkan bagaimana habitat alami orangutan yang semula berupa hutan hujan basah yang lebat berubah menjadi habitat yang sangat berbeda karena kegiatan pertambangan batubara.

3.3.1 Perbedaan Tipe Penutupan Lahan

Hasil interpretasi citra lansat peliputan 2014 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun habitat orangutan di KP Batubara telah mengalami penyempitan dan fragmentasi. Kawasan hutan hujan basah yang semula utuh dan kompak terpecah-pecah menjadi patch-patch yang lebih kecil dan terisolasi akibat kegiatan penambangan dan pembangunan infrastruktur pendukungnya. Dari 90 938 ha luas PKP2B PT KPC, total luas wilayah yang telah ditambang ±26 24 553.19 ha. Tutupan lahan pada 26 areal yang sudah ditambang di KP Batubara dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan Tabel 3.1. Gambar 3.3 Peta penutupan lahan areal PKP2B PT KPC tahun 2014 26 Tabel 3.1 Tipe penutupan lahan di areal yang sudah ditambang di KP Batubara 26 dari areal konsesi berdasarkan interpretasi citra landsat 2014 Area terganggu Area ha Presentase Badan air 458.96 1.87 Belukar rawa 30.60 0.12 Hutan sekunder termasuk rehab 4 462.49 18.17 Lahan terbangun 129.30 0.53 Lahan terbuka 14 610.61 59.51 Rumputsavanna 1 348.98 5.49 Semak 3 512.24 14.30 Total 24 553.19 100.00 Kegiatan penambangan batubara telah menyebabkan hilangnya sebagian habitat orangutan di KP batubara, dan areal yang tersisa terbagi menjadi fragmen- fragmen habitat yang lebih kecil. Kondisi penutupan lahan di KP batubara PT KPC pada tahun 1988, 1999, 2008, dan 2014 dapat dilihat pada Gambar 3.4.

3.3.2 Perbandingan Komposisi Vegetasi

Jumlah jenis pohon yang dijumpai di KP Batubara lebih sedikit dibandingkan jumlah jenis pohon yang dijumpai di Prevab TN Kutai. Total jumlah jenis dari pohon-pohon dengan dbh ≥5 cm yang dijumpai di KP Batubara dan Prevab TN Kutai adalah 187 jenis, dari jumlah tersebut hanya 10 jenis yang sama-sama dijumpai di kedua habitat. Sebanyak 168 jenis 94.38 dari 177 jenis pohon yang teridentifikasi di Prevab TN Kutai tidak dijumpai di KP Batubara. Sembilan dari 19 jenis pohon yang dijumpai di KP Batubara hanya terdapat di KP Batubara, sedangkan 10 jenis lainnya adalah jenis yang sama dengan yang dijumpai di Prevab TN Kutai. Nilai indeks kesamaan jenis S rensen ISs diantara kedua habitat sangat rendah, yaitu 10.94 dari skala 0 sd 100. Komposisi Vegetasi di KP Batubara Berdasarkan hasil analisis plot botani terhadap pohon dengan dbh ≥5 cm diketahui bahwa kerapatan pohon di ARKPB adalah 880 pohonha, dbh rata-rata 12.19 cm, basal area ±14.96 m 2 ha, dan minimal ada18 jenis pohon dari 16 marga dan 9 famili yang dijumpai di kedua plot botani. Sebagian besar dari jumlah pohon di ARKPB Taman Payau dan Gajah Hitam adalah pohon-pohon dari jenis eksotik 79.83 dan hanya 20.17 yang merupakan jenis lokal. Habitat orangutan di kedua ARKPB memiliki indeks keanekaragaman jenis pohon sebesar 2.05. Johar Senna siamea adalah jenis yang paling dominan di lokasi penelitian dengan INP paling tinggi 98.69. Senna siamea memiliki kerapatan pohon tertinggi 405 pohonha, basal area terbesar 2.15 m 2 ha, serta distribusi yang paling merata Tabel 3.2 dan Lampiran 1. Jumlah jenis yang dijumpai dalam plot botani Taman Payau ada 9 jenis yang berasal dari 9 marga dan 7 famili Tabel 3.3, sedangkan di luar plot botani dijumpai 8 jenis pohon, yaitu: Senna surattensis, Vitex pubescens, Acasia auriculiformis, Terminalia catappa, Swietania mahagoni, Delonix regia, Gmelina arborea dan Hibiscus macrophylla. Dengan demikian di ARKPB Taman Payau minimal ada 17 jenis pohon dari 16 marga dan 12 suku berbeda. Jumlah ini lebih