Perbandingan Struktur Tegakan Hutan

42 bergizi seperti kulit dan daun dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan orangutan sumatera Knot 1999; Russon et al. 2009. Aktivitas pergerakan orangutan merupakan bagian dari strategi mencari makan dan strategi mendapatkan pasangan Dunbar 2002; Campbel et al. 2008. Pola penjelajahan orangutan jantan sangat dipengaruhi pola penjelajahan orangutan betina siap kawin Morrogh-Bernard et al. 2009. Orangutan jantan bergerak lebih jauh ketika bersama dengan betina dewasa daripada ketika sendirian Galdikas 1988; Mitani 1989. Jantan tidak berpipi pada umumnya menghabiskan lebih banyak waktu untuk bergerak daripada jantan berpipi sebagai upaya untk mendapatkan kesempatan makan maupun kawin MacKinnon 1974; Rijksen 1978; Singleton dan van Schaik 2001. Orangutan, bonobo dan simpanse membangun sarang malam hampir secara eksklusif di pohon Tutin dan Fernandez 1984; Hall et al. 1998; Poulsen dan Clark 2004. Secara teori ada beberapa alasan yang menjelaskan kenapa kera besar membangun sarang di pohon, salah satunya adalah sebagai strategi anti predator Anderson 2000. Predasi diketahui telah memberikan tekanan yang sangat kuat terhadap kelanjutan evolusi primata Anderson 2000. Predator alami orangutan kalimantan yang pernah dilaporkan adalah macan dahan kalimantan Neofelis diardi MacKinnon 1974; van Schaik 1983. Alasan lain kera membangun sarang di pohon adalah untuk menghindari kontak dengan pemakan buah nokturnal Anderson 2000, memberikan kenyamanan saat tidur Stewart et al. 2007, demi kualitas tidur yang baik Anderson 1998, dan sebagai antivektor penyakit seperti nyamuk yang dapat dihindari ketika tidur di sarang pohon McGrew 2004. Orangutan diketahui membangun sarang di jenis pohon yang dikenal sebagai antimosquito atau membawa ranting dari jenis tersebut sebagai bagian dari sarang Largo et al. 2009. Struktur sarang diduga berperan penting untuk meningkatkan keselamatan kera besar pada saat tidur Baldwin et al. 1981. Pola bersarang dapat dipengaruhi oleh perbedaan musim dan habitat, umur dan jenis kelamin Fruth dan Hohmann 1994, pembelajaran dan budaya Humle 2003; Baldwin et al. 1981; McGrew 2004, atau kombinasi dari beberapa faktor tersebut Brownlow et al. 2001; Koops et al. 2012. Pola bersarang juga dipengaruhi oleh predasi Ogawa et al. 2007, misalnya dengan meningkatkan ketinggian sarang Pruetz et al. 2008; Stewart dan Pruetz 2013. Studi tentang perilaku bersarang orangutan penting karena dapat diandalkan untuk memperkiraan kepadatan populasi orangutan van Schaik et al. 2005; Sanz et al. 2007. Orangutan membuat sarang setiap hari yang dapat dijadikan sebagai indikator yang dapat dipercaya tentang keberadaan orangutan di suatu areal MacKinnon 1974; Morrogh-Bernard et al. 2003; Ancrenaz et al. 2004; Morrogh- Bernard et al. 2009. Studi tentang perilaku bersarang juga dapat memberikan informasi penting tentang adaptasi ekologi satwa McGrew 2010. Kehilangan, degradasi, dan fragmentasi habitat dapat mengubah aspek perilaku satwa Gunawan dan Prasetyo 2003. Semua satwa pada dasarnya terikat dengan tempat tertentu yang dianggap nyaman, misalnya habitat alami, jika habitatnya berubah atau terpaksa pindah, emosi satwa akan terganggu Wich et al. 2015. Menurut Campbell et al. 2008, perubahan sumber daya pakan dapat meningkatkan alokasi waktu yang digunakan untuk mencari sumber pakan, sehingga mengurangi alokasi waktu untuk mencari pasangan, yang pada pada 43 akhirnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan reproduksi. Agar dapat bertahan di habitat yang terganggu atau berubah, orangutan harus mampu menyesuaikan diri beradaptasi. Fleksibilitas perilaku memberikan manfaat kebugaran fitness yang penting bagi satwa di lingkungan yang baru atau mengalami perubahan Reader dan MacDonald 2003; Sol 2003; Sol et al. 2002. Kemampuan satwa untuk menyesuaikan diri sangat dipengaruhi oleh perilaku, karena itu beberapa spesies mampu bertahan, bahkan berkembang di habitat yang mengalami gangguan antropogenik Sih et al. 2011; Candolin dan Wong 2012; Sih 2013. Orangutan sangat sensitif terhadap gangguan kontinuitas tajuk hutan, namun orangutan juga mempunyai kualitas mental yang memungkinkannya untuk beradaptasi. Orangutan mempunyai kemampuan untuk belajar, mengambil kesimpulan, memiliki daya ingat jangka panjang, serta dapat memahami tanda-tanda lingkungan Meijaard et al. 2001. Orangutan dapat bertahan hidup di berbagai lanskap terdegradasi yang menunjukkan bahwa orangutan cukup toleran terhadap gangguan habitat, misalnya: di sekitar perkebunan kelapa sawit Ancrenaz et al. 2014a; Rayadin dan Spehar 2015, di sekitar hutan tanaman industriHTI Ngatiman 2001; Rayadin dan Saitoh 2009, di sekitar kawasan agrotani Campbell-Smith G et all. 2011, di hutan bekas tebangan Husson et al. 2009; Hardus et al. 2012, dan di KP Batubara Rayadin et al. 2012; KPC 2013. Kemampuan adaptasi orangutan terhadap perubahan lingkungan dibatasi oleh beberapa faktor. Faktor pembatas tersebut antara lain adalah pakan, pohon sarang, suhu udara, kelembaban, dan air. Orangutan akan mampu bertahan di suatu areal selama kebutuhan minimumnya tersedia Lynch dan Gabriel 1987. Perubahan karakteristik dan kualitas habitat di KP Batubara dapat mendorong orangutan memodifikasi perilakunya dalam rangka beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Orangutan telah menemukan cara yang unik untuk tetap bertahan hidup pada kondisi habitat yang terbatas, meskipun populasi terus menurun van Schaik 2006. Penelitian orangutan di KP Batubara sejauh ini baru sampai pada tahap survei populasi, sedangkan informasi tentang bagaimana orangutan beradaptasi di KP Batubara masih belum diketahui. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian pada bab ini adalah menganalisis adaptasi perilaku orangutan terhadap perubahan habitat di KP Batubara dalam hal pola aktivitas harian, perilaku pergerakan, perilaku makan, dan perilaku bersarang. 4.2 Metode Penelitian 4.2.1 Lokasi dan Periode Penelitian Penelitian dilakukan di areal PKP2B PT KPC dan di Habitat Alami Prevab TN Kutai, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kaltim. Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan November 2014.

4.2.2 Metode Pengumpulan Data

Adaptasi perilaku orangutan di KP Batubara diperoleh dengan cara membandingkan perilaku orangutan yang hidup di KP Batubara dengan perilaku orangutan yang hidup di Prevab TN Kutai. Pengamatan perilaku orangutan