pekerjaan sampingan sebagai pembuat kapal bersama dengan keluarganya. Saat ini di Karimunjawa permintaan kapal terus meningkat, baik untuk kapal menangkap ikan
ataupun untuk carteran wisata Satu kapal harganya sekitar 50 juta, sesuai dengan harga materialnya, seperti yang dijelaskan oleh SR 48.
“Kapal yang di pakai Mas Kontet keponakan itu saya yang buat Mbak, sekarang juga saya lagi buat yang lebih besar lagi. Saya bikinnya
sama Kakak saya. Kadang bertiga. Ndak seluruh orang Karimun bisa bikin kapal, hanya lima orang di Karimun, Mbak. Itu Pak Juri, kelompok
saya, Pak Biman, di kapuran dekat dermaga Muria itu ada. Kalo di sini banyak di kampong Bugis. Orang Karimun sekarang udah punya kapal
sendiri-sendiri, kan statusnya nelayan, Mbak.”
Terdapat satu orang nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang pijat. Pekerjaan ini baru ditekuni sekitar 5 tahun terakhir untuk menambah
pendapatan. Pekerjaan lain yang ditekuni adalah menjadi penjaga keramba. Saat ini jumlah keramba di Karimunjawa semakin berkurang karena biayanya yang besar.
7.1.2 Pola Adaptasi Nelayan Pariwisata
Sebelum adanya pengembangan kegiatan wisata, yaitu sekitar tahun 2007, hanya sedikit nelayan yang melakukan diversifikasi pekerjaan di bidang wisata
karena jumlah wisatawan yang datang masih sedikit. Namun setelah tahun 2007, Dinas Pariwisata dan pelaku wisata mulai aktif melakukan promosi melalui internet
serta memperbaiki fasilitas-fasilitas komunikasi dan transportasi mulai dibenahi sehingga pariwisata semakin berkembang. Perkembangan ini sangat menguntungkan
bagi nelayan yang ikut menjadi pelaku wisata di Karimunjawa. Ketersediaan lapangan kerja di bidang wisata ternyata tidak dilewatkan oleh
masyarakat Karimunjawa, khususnya nelayan. Penganekaragaman pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk strategi nafkah ganda yang dikembangkan oleh nelayan.
Mereka berinisiatif meningkatkan pendapatan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi wisata, seperti penyewaan
penginapan, penyewaan perahu, penjualan souvenir dan sebagainya.
Ada berbagai macam alasan nelayan ikut dalam kegiatan wisata seperti memiliki modal usaha, memiliki pengalaman di bidang wisata dan ingin menambah
pendapatan. Memiliki modal usaha merupakan hal yang sangat penting untuk menjalankan usaha, misalnya memiliki kapal untuk disewakan, memiliki rumah
untuk dijadikan homestay dan memiliki uang untuk usaha menjual souvenir. Apabila nelayan memiliki modal usaha, maka nelayan tersebut bisa menjadikannya sebagai
pekerjaan sampingan di bidang wisata. Pengalaman juga sangat penting karena dengan memiliki pengalaman yang bagus, nelayan bisa semakin baik dalam
menjalankan pekerjaannya. Berikut adalah alasan nelayan melakukan diversifikasi pekerjaan di bidang wisata.
Tabel 25. Alasan Nelayan Ikut dalam Kegiatan Wisata di Desa Karimunjawa, 2012 Alasan Ikut Wisata
n Memiliki modal dan ingin menambah pendapatan
19 76.0
memiliki modal dan pengalaman serta ingin menambah pendapatan
6 24.0
Total 25
100.0 Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa semua responden memiliki motivasi
yang sama, yaitu ingin menambah pendapatan. Hal ini sangat berhubungan dengan jumlah tangkapan ikan nelayan yang semakin menurun sehingga pendapatan nelayan
juga menurun sehingga mereka harus mencari alternatif lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Semua responden juga memiliki modal usaha, baik kapal,
rumah untuk homestay dan modal untuk usaha souvenir. Namun tidak hanya modal fisik yang dimiliki oleh nelayan. Guide misalnya, yang hanya membutuhkan
pengetahuan tentang suatu tempat, bisa berenang dan cakap berbahasa Indonesia. Mereka tidak membutuhkan modal dalam bentuk uang ataupun barang, cukup hanya
memiliki kemampuan snorkeling atau diving. Selain memiliki modal dan ingin menambah pendapatan, terdapat 10 orang
nelayan yang juga memiliki pengalaman di bidang wisata. Lima orang di antara mereka pernah mengikuti studi banding ke Bali, yang dilaksanakan oleh HPI dalam
rangka peningkatan kualitas pelaku wisata pemilik homestay dan guide. Satu orang lainnya merupakan lulusan SMK jurusan kepariwisataan di desa tersebut.
Pengalaman tersebut dijadikan nelayan pariwisata untuk meningkatkan usahanya dalam bidang kepariwisataan.
Pekerjaan di bidang wisata merupakan pekerjaan tambahan dan dilakukan saat ada peluang saja karena kedatangan wisatawan yang bersifat musiman. Kunjungan
wisatawan yang paling banyak adalah ketika hari-hari libur panjang. Hal ini terjadi karena jarak yang jauh yang harus ditempuh menuju Karimunjawa dan lamanya
perjalanan yang harus dilewati wisatawan. Hal ini membuat wisatawan yang berkunjung harus menghabiskan waktu minimal 2 hari berada di Karimunjawa.
Selain itu, kunjungan wisatawan juga tergantung pada keadaan gelombang laut. Jika gelombang tinggi, maka syahbandar tidak akan memberikan ijin kepada kapal
penumpang dan kapal nelayan untuk melaut. Biasanya hal ini terjadi pada musim baratan. Nelayan pariwisata didominasi oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap
pancing. Nelayan bisa menjalankan 2 atau lebih pekerjaan di bidang wisata, sesuai dengan modal dan kemampuan mereka. Berikut akan disajikan data tentang tingkat
diversifikasi pekerjaan responden Nelayan Pariwisata yang memanfaatkan peluang usaha di bidang wisata di Karimunjawa.
Tabel 26. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden Nelayan Pariwisata, Desa Karimunjawa, 2012
Tingkat Adaptasi Diversifikasi Pekerjaan n
Rendah 0.0
Sedang 17
68.0 Tinggi
8 32.0
Total 25
100.0 Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa tingkat diversifikasi nelayan pariwisata
berada pada kategori sedang, yaitu memilih satu pekerjaan di bidang non perikanan, yaitu pariwisata. Sedangkan 32 persen nelayan lainnya memiliki tingkat diversifikasi
yang tinggi, yaitu memiliki ≥ 2 pekerjaan di bidang wisata. Hal ini menunjukkan
bahwa masih sedikit nelayan Karimunjawa yang memanfaatkan peluang kerja di bidang wisata. Berikut akan disajikan tentang data perubahan pekerjaan nelayan
pariwisata sebelum dan sesudah adanya pengembangan wisata di Desa Karimunjawa
Tabel 27. Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Pariwisata di Desa Karimunjawa, 2012 Sebelum Adanya Kegiatan Wisata
Setelah Adanya Kegiatan Wisata n
Nelayan pancing Nelayan pancing
Tour leader 2
8 Nelayan pancing
Nelayan pancing Penyewaan kapal
8 32
Nelayan pancing Nelayan pancing
Guide 4
16 Nelayan pancing
Nelayan pancing Penyewaan kapal
Tour leader Homestay
3 12
Nelayan pancing Nelayan pancing
Tour leader Guide
1 4
Nelayan pancing Nelayan pancing
Penyewaan kapal Tour leader
2 4
Nelayan compressor Nelayan kompressor
Guide 2
8 Nelayan pancing
Nelayan pancing Kios
3 12
Nelayan pancing Nelayan pancing
Homestay Penyewaan kapal
1 4
Jumlah 25
100 Bedasarkan Tabel 27 terlihat bahwa sekitar 7 orang nelayan pariwisata hanya
melakukan satu jenis usaha di bidang wisata, yaitu sebagai tour leader, guide dan pemilik kios. Sekitar 18 orang lainnya memiliki lebih dari satu usaha di bidang
wisata. Hal ini terkait dengan akses dan modal yang dimiliki oleh nelayan. Nelayan yang memiliki homestay biasanya juga merangkap sebagai tour leader yang
menyediakan paket wisata serta memiliki kapal untuk disewakan. Kelompok nelayan yang menyewakan kapalnya adalah kelompok yang paling banyak jumlahnya. Hal ini
terjadi karena hampir semua nelayan di Karimunjawa sudah memiliki kapal masing- masing sehingga mereka punya modal untuk bergabung dalam wisata. Saat ini jumlah
kapal yang disewakan semakin banyak sehingga jumlah kapal yang digunakan untuk menangkap ikan menjadi berkurang. Berdasarkan keterangan seorang juragan yang
bernama EK, 23, sebagian anggotanya lebih sering bekerja di bidang wisata daripada melaut menangkap ikan. Hal ini berdampak pada jumlah hasil tangkapan
ikan Desa Karimunjawa. Berkurangnya kapal untuk menangkap ikan berarti ikan yang dihasilkan juga berkurang.
Kelompok nelayan yang bekerja dibidang wisata didominasi oleh nelayan pancing, sedangkan hanya dua orang nelayan kompressor yang bekerja sebagai guide.
Hal ini terjadi karena perkembangan wisata yang masih terpusat daerah nelayan pancing, yaitu di bagian utara dan bagian tengah desa. Hal ini membuat nelayan
pancing memiliki akses lebih besar dibandingkan nelayan kompressor yang tinggal di bagian selatan desa. Selain itu, pekerjaan sebagai nelayan kompressor yang
membutuhkan tenaga yang banyak membuat mereka lebih memilih beristirahat ketika tidak melaut dibandingkan bekerja lagi di bidang wisata. Pendapatan nelayan
kompressor lebih besar dibandingkan nelayan pancing dari hasil perikanan juga mempengaruhi partisipasi nelayan dalam kegiatan wisata nelayan pancing merasa
masih perlu untuk mencari tambahan pendapatan lain di luar perikanan. Sebagian besar nelayan yang aktif dalam kegiatan wisata tergabung dalam
HPI, seperti guide, tour leader, pemilik homestay, dan toko souvenir. Namun nelayan yang kapalnya disewakan kepada wisatawan tidak masuk menjadi anggota HPI
karena para guide atau tour leader yang mengatur tour wisatawan masing-masing sudah memiliki langganan penyewa kapal. Kapal yang dipilih adalah kapal yang
bersih dan kapal yang masih bagus mesinnya. Biasanya kapal yang digunakan adalah kapal yang berkapasitas 10-30 orang.
Wisatawan sudah mulai datang ke Karimunjawa sejak tahun 1980, namun jumlahnya sangat sedikit karena informasi mengenai Karimunjawa sendiri belum
diketahui oleh orang banyak. Namun pada tahun 2007, infrastruktur yang mendukung kegiatan wisata mulai dibangun dan dilengkapi. Promosi mengenai objek wisata di
Karimunjawa juga mulai digencarkan, sehingga pada tahun 2007 tersebut kunjungan wisatawan mulai bertambah. Sejak tahun 2007, jumlah nelayan yang bergabung
dalam kegiatan wisata semakin bertambah. Hal ini juga didukung oleh jumlah tangkapan ikan yang semakin menurun pada tahun tersebut akibat penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan potassium dan muroami. Perkembangan pariwisata memang sudah dimulai dari tahun 2007, namun
hanya sebagian nelayan yang langsung memanfaatkan kesempatan tersebut. Sebelum adanya promosi pariwisata di Karimunjawa, jumlah pengunjung masih sedikit dan
penginapan yang ada masih cukup untuk menampung wistawan tersebut. Jumlah orang yang dibutuhkan untuk menjadi guide bagi wisatawan yang datang juga masih
sedikit. Selain itu, jumlah ikan yang masih mencukupi membuat nelayan tidak membutuhkan pekerjaan lainnya. Lamanya waktu nelayan bekerja di bidang wisata
ini akan menentukan keuntungan yang telah diperoleh nelayan dari pekerjaan di bidang tersebut. Berikut data lamanya nelayan bekerja di bidang wisata yang akan
disajikan pada Tabel 28 di bawah ini.
Tabel 28. Responden Nelayan Pariwisata Menurut Lamanya Bekerja di Bidang Wisata, Desa Karimunjawa, Tahun 2012
Tingkatan Waktu Bekerja di Bidang Wisata n
Rendah 6
24.0 Sedang
12 48.0
Tinggi 7
28.0 Total
25 100.0
Berdasarkan Tabel 28 terlihat bahwa 48 persen responden sudah melakukan diversifikasi pekerjaan dalam tingkat waktu yang sedang, yaitu sekitar 2-4 tahun.
Kelompok ini adalah nelayan yang bekerja sebagai tour leader dan guide. Mereka memulai pekerjaannya setelah wisata mulai berkembang. Kelompok Nelayan
Pariwisata yang yang sudah bekerja di bidang wisata lebih dari 4 tahun adalah nelayan pemilik homestay dan nelayan yang menyewakan kapalnya. Nelayan pemilik
homestay sudah menjadikan rumahnya menjadi homestay sebelum adanya hotel
ataupun resort di Karimunjawa. Nelayan yang baru memulai pekerjaannya di bidang wisata selama kurang dari 2 tahun adalah nelayan muda yang bekerja sebagai guide.
Seluruh responden nelayan pariwisata memiliki motivasi yang sama yaitu untuk menambah tingkat pendapatan mereka. Pendapatan yang diperoleh nelayan
jumlahnya tidak pasti karena tergantung kedatangan wisatawan. Apabila wisatawan ramai yang datang, maka pendapatan nelayan pariwisata juga bertambah. Jumlah
pendapatan ini juga tergantung pada jenis usaha yang ditekuni nelayan. Berikut adalah jumlah tambahan pendapatan yang diperoleh nelayan pariwisata yang
disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Responden Menurut Tingkat Pendapatan Nelayan yang Bersumber dari
Bidang Wisata, Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Pendapatan Nelayan di Bidang Wisata
n Rendah
13 52.0
Sedang 4
16.0 Tinggi
8 32.0
Total 25
100.0
Tabel 29 menunjukkan bahwa terdapat 52 persen nelayan pariwisata yang memiliki pendapatan di bawah Rp 600.000,-. Kelompok ini adalah kelompok nelayan
yang menyewakan kapalnya untuk kegiatan wisata. Tarif yang ditetapkan untuk satu kapal adalah Rp 100.000,- setiap kali mengantar wisatawan. Saat ini belum tersedia
pengaturan yang bagus untuk jadwal penggunaan kapal nelayan yang akan disewa. Sejauh ini, kapal yang digunakan adalah kapal milik kerabat guide atau tour leader
wisatawan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh LM 48. ”Tidak semua nelayan Karimun bisa ikut wisata Mbak. Yang kapalnya
dipakai itu terbatas sama kerabat-kerabat tour guidenya saja. Misalnya, saya punya keluarga yang kerja di wisata, kalau dia ada tamu maka dia
nyewa kapal saya. Begitu seterusnya. Ndak bergiliran, padahal nelayan yang lain juga kan ingin kapalnya bisa dipakai apalagi musim susah
begini.”
Penyewaan kapal adalah pekerjaan yang bisa diakses oleh semua nelayan karena hampir semua nelayan di Karimunjawa memiliki kapal dan bisa
mengoperasikannya. Namun karena tidak meratanya kesempatan yang dimiliki oleh setiap nelayan membuat kesenjangan di antara mereka. Menurut masyarakat,
pengaturan ini sudah dibicarakan dalam rapat HPI namun keputusannya belum dijalankan.
Selain kelompok penyewa kapal, kelompok guide juga memiliki pendapatan di bawah Rp 600.000,-. Upah untuk seorang guide snorkeling adalah Rp 100.000,-
dan upah seorang guide diving adalah Rp 200.000,- namun dipotong Rp 10.000,- untuk kas HPI. Semua kelompok guide bisa melakukan snorkeling namun tidak
semua bisa melakukan diving. Kelompok nelayan yang memiliki tingkat pendapatan yang sedang adalah
nelayan yang bekerja sebagai tour leader. Mereka mendapatkan keuntungan dari paket wisata untuk pengunjung dan mereka juga mendapatkan komisi dari homestay
yang digunakan oleh wisatawan yang memakai jasa mereka. Nelayan ini juga biasanya merangkap sebagai guide sehingga pendapatan mereka lebih besar
dibanding guide. Kelompok nelayan yang memiliki pendapatan yang tinggi adalah kelompok
nelayan yang memiliki homestay dan toko souvenir. Tarif satu kamar mulai dari Rp 70.000,-. Saat ini banyak nelayan yang memperbaiki dan memperluas rumah mereka
sehingga bisa dijadikan homestay. Nelayan yang memiliki homestay ini biasanya juga memiliki kapal untuk disewakan sehingga mereka memiliki tambahan pendapatan
dari kapal tersebut. Nelayan souvenir juga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari hasil penjualan mereka karena jumlah toko souvenir yang masih sedikit, yaitu 19 toko
sehingga nelayan souvenir tidak mengalami persaingan usaha yang berat. Bekerja di bidang wisata sangat menguntungkan bagi nelayan karena tanpa
modal yang besar, mereka bisa mendapat upah yang besar. Walaupun pekerjaan ini tidak setiap hari, namun sebagian nelayan lebih memilih bekerja di bidang wisata dari
pada menjadi seorang nelayan. Mereka adalah kelompok nelayan yang mempunyai homestay, tour leader, guide, dan pemilik kios souvenir. Hal ini terjadi karena
pendapatan yang mereka peroleh dari wisata lebih besar daripada pendapatan mereka di bidang perikanan. Namun berbeda dengan nelayan penyewa kapal yang lebih
memilih bekerja sebagai nelayan daripada menjadi pelaku wisata karena jumlah pendapatan nelayan penyewa kapal lebih kecil daripada kelompok nelayan pariwisata
lainnya. Kecilnya pendapatan ini mempengaruhi keputusan mereka untuk lebih memilih melaut daripada menjadi pelaku wisata. Alasan lainnya adalah kegiatan
wisata yang bersifat musiman membuat mereka tidak bisa menyewakan kapalnya setiap hari. Berbeda dengan penangkapan ikan bisa dilakukan setiap hari, sehingga
mereka lebih memilih menjadi nelayan.
7.2 Alat Tangkap Nelayan Karimunjawa