melaut kelompok nelayan non wisata didominasi pada kategori tinggi ≥25 hari. Namun setelah adanya kegiatan pariwisata, terdapat satu orang nelayan non
pariwisata memiliki jumlah melaut paling sedikit 20 hari karena nelayan tersebut juga memiliki lahan pertanian yang harus dikerjakan. Sedangkan pada kelompok
nelayan pariwisata, terjadi perubahan dominasi jumlah hari melaut dari tinggi ke kategori sedang 20-24 hari dan rendah 20 hari. Terdapat satu orang nelayan yang
memiliki jumlah hari melaut dalam kategori rendah 20 hari sebelum adanya wisata karena nelayan tersebut juga bekerja sebagai penjaga keramba.
Jumlah hari melaut nelayan pariwisata mengalami pengurangan yang sangat besar. Hanya 2 orang yang masih melaut setiap hari kecuali hari Jumat, selebihnya
berada pada kelompok sedang dan rendah. Hal ini terjadi karena nelayan pariwisata memiliki perkerjaan sampingan yang menyita waktu mereka. Apabila pada hari libur
dan banyak wisatawan yang berkunjung, maka nelayan pariwisata tidak akan menangkap ikan. Biasanya hal ini terjadi pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Mereka
akan sibuk memandu wisata, baik sebagai guide, tour leader maupun sebagai nahkoda kapal yang menyewakan kapal mereka.
6.2.2 Jumlah Ikan yang Diperoleh Setiap Kali Melaut
Berdasarkan laporan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa 2012 diketahui bahwa biomassa ikan karang dan kelimpahan ikan karang yang dimonitoring dari
tahun 2004 hingga tahun 2009 secara umum mengalami penurunan di semua zona yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. Selama tahun 2007-2009 terjadi
penurunan biomassa ikan karang yang signifikan, yaitu 25,55 persen dari 480,25 kgha pada tahun 2005 menjadi 200,30 kgha pada tahun 2009. Berikut akan disajikan
data mengenai perubahan jumlah tangkapan ikan nelayan.
Tabel 20. Responden Berdasarkan Jumlah Tangkapan Ikan, Desa Karimunjawa, 2012 Jumlah
Tangkapan Nelayan Non Pariwisata
Nelayan Pariwisata Sebelum
Sesudah Sebelum
Sesudah n
n n
n Rendah
11 44.0
18 72.0
11 44.0
23 92.0
Sedang 8
32.0 7
28.0 12
48.0 2
8.0 Tinggi
6 24.0
2 8.0
Total 25
100.0 25
100.0 25
100.0 25
100.0 Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah tangkapan
ikan di kedua kelompok nelayan. Setelah adanya kegiatan pariwisata, jumlah nelayan yang jumlah tangkapannya berada pada kategori rendah 1 kuintal semakin banyak
dan tidak ada yang berada pada kategori tangkapan yang tinggi. Sebelum adanya kegiatan wisata, jumlah tangkapan ikan nelayan sekitar 1-2 kuintal untuk nelayan
pancing dan 1-3 kuintal untuk nelayan kompressor. Bahkan ada nelayan yang mendapat ikan sampai 5 kuintal. Namun setelah adanya kegiatan wisata, jumlah
tangkapan ikan nelayan menjadi berkurang, yaitu sekitar 20-30 kg untuk nelayan pancing dan 1-2 kuintal untuk nelayan tembak.
Biomassa dan kelimpahan ikan karang memang mengalami penurunan di kawasan Karimunjawa. Selain karena maraknya penangkapan ikan dengan
menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan yang pernah terjadi di kawasan perairan Karimunjawa, pengembangan pariwisata juga ikut menyebabkan
menurunnya jumlah tangkapan nelayan. Spot-spot yang dijadikan sebagai zona atraksi wisata bahari adalah daerah-daerah yang memiliki kelimpahan ikan dan
karang yang masih bagus. Sebelum adanya kegiatan pariwisata, nelayan masih bebas menangkap ikan di didaerah tersebut. Namun setelah adanya penetapan kawasan
tersebut sebagai zona pariwisata, maka nelayan tidak bisa menangkap ikan di zona wisata tersebut.
Atraksi pariwisata juga ikut menimbulkan kerusakan karang. Hal ini terjadi ketika ramainya wisatawan yang melakukan snorkeling pada suatu spot wisata dan terjadi
overload pengunjung di perairan tersebut. Wisatawan juga banyak yang menginjak
karang sehingga tidak jarang banyak karang yang patah di spot tersebut. Semuanya ini akan berdampak pada ketersediaan jumlah ikan yang semakin sedikit dan tentu
saja akan berdampak pada penurunan jumlah tangkapan ikan nelayan. Nelayan sangat resah dengan hal ini sehingga mereka mencari alternatif pekerjaan yang bisa
menutupi kebutuhan mereka.
6.2.3 Tingkat Pendapatan Nelayan dari Hasil Tangkapan Ikan