Kondisi Umum Perikanan di Desa Karimunjawa

Pulau Karimunjawa karena keterbatasan kapal penyeberangan. Apabila wisatawan ingin berkunjung, maka mereka harus memesan penginapan jauh sebelum mereka melakukan perjalanan wisata tersebut.

5.5.3 Kebutuhan Air Bersih

Ketersedian air bersih merupakan hal yang sangat penting dalam kawasan wisata pantai, dimana rata-rata suhu yang tinggi membuat kebutuhan air bersih semakin tinggi. Sumber mata air yang ada di Desa Karimunjawa berasal dari tiga mata air, yaitu di Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan dan terdapat 23 sumur galian. Mata air tersebut memiliki debit 2 m³detik. Sebenarnya terdapat 5 mata air di Desa Karimunjawa, namun hanya tiga mata air yang yang dimanfaatkan. Sedikitnya penampungan air yang tersedia membuat air tidak terlalu melimpah namun masih cukup untuk kebutuhan. Masyarakat akan mengalami masalah kekurangan air apabila musim kemarau tiba atau saat kunjungan wisatawan meningkat. Aturan WHO menyatakan bahwa kebutuhan air di Indonesia adalah 60 literkapitahari. Air bersih dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan konsumsi. Apabila merujuk pada jumlah penduduk Karimunjawa yang berjumlah 4.996 orang dengan total 1.550 rumah tangga pada tahun 2011, maka kebutuhan air bersih penduduk di Desa Karimunjawa di kawasan ini adalah sekitar 299.760 literhari.

5.6. Kondisi Umum Perikanan di Desa Karimunjawa

Pendaratan ikan yang keluar dari Karimunjawa umumnya dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu ikan segar, teri kering dan ikan hidup. Setiap jenis ikan masing-masing memiliki musim tangkap. Musim ikan tenggiri terjadi pada bulan November, musim ikan sulir pada bulan Januari dan Oktober, musim ikan teri pada bulan Juli sampai September, musim cumi pada bulan Mei-Juni dan Oktober, sedangkan musim ikan tongkol adalah bulan Desember. Walaupun memiliki musim tangkap, namun nelayan bisa melaut sepanjang tahun kecuali terang bulan karena setiap bulan ada jenis-jenis ikan yang melimpah jumlahnya untuk ditangkap. Produksi ikan yang keluar dari Karimunjawa dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini. Tabel 12. Produksi Ikan yang Keluar dari Karimunjawa Melalui Dermaga Rakyat dan Dermaga Perintis Tahun 2006-2010 No Jenis ikan Produksi Ikan kg 2006 2007 2008 2009 2010 1 Ikan segar: Tongkol Tenggiri Cumi-cumi Badong Kakap merah Ekor kuning Manyun Campur 63.920 64.825 14.020 75.700 830 206.050 18.080 100.350 44.426 60.144 2.800 32.767 750 111.972 2.650 52.215 64.468 66.701 78.611 37.923 540 266.181 13.200 108.105 53.358 27.303 76.092 44.961 - 82.722 - 101.057 99.060 36. 792 5.399 10.746 49.818 190.187 - 26.869 Jumlah 543.575 307.721 635.729 385.498 418.871 2 Teri kering 10.350 362.830 65.125 5.665.625 82.871 3. Ikan hidup Sunuk Kerapu Lobster 4.688,9 5.513,6 416,3 5.232 4.997,6 80 3.577 4.011 302 2.398,3 5.329,9 265 11.151 - - Jumlah 10.617.8 10.309,6 7.890 6.378,7 11.151 Jumlah 564.542,8 399.345,6 708.744 66.889,9 512.897 Sumber: DKP Karimunjawa 2011 Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah tangkapan selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Produksi ikan segar didominasi oleh ikan ekor kuning sedangkan produksi ikan hidup didominasi oleh kerapu. Sebanyak 55,8 persen jumlah ikan yang ditangkap berasal dari alat tangkap muroami, 24 persen berasal dari alat tangkap jaring pocong. Kedua alat tangkap ini juga memiliki target yang sama, yaitu ikan ekor kuning. Kedua alat tangkap ini menyebabkan kerusakan terumbu karang dan menurunkan hasil tangkap nelayan tradisional karena sebagian besar alat tangkap ini beroperasi di daerah paparan terumbu karang. Dalam satu kali operasi muroami, luas rata-rata daerah yang disapu oleh para penyelam dalam menggiring ikan sampai ke jaring kantong adalah 2,4 ha. Selama proses penangkapan tersebut, nelayan penyelam tidak hanya berenang tetapi juga berjalan di atas karang sehingga menyebabkan kerusakan karang. Selain merusak ekosistem, alat ini juga berpotensi atau bahkan sudah menguras stok sumberdaya ikan di perairan Karimunjawa. Nelayan Karimunjawa umumnya menjual 90 persen hasil tangkapan mereka ke pedagang atau tengkulak setempat dan 10 persen lainnya digunakan untuk konsumsi pribadi. Ikan-ikan yang berukuran besar akan dijual kepada juragan. Ikan- ikan yang kecil akan dikonsumsi atau dijual ke pasar. Ikan yang dijual ke pasar akan dibeli oleh pedagang makanan untuk diolah dan dijual kepada wisatawan. Jenis-jenis ikan ekor kuning dan tenggiri dijual ke pedagang penampung di Desa Karimunjawa untuk kemudian dikirim ke Jepara. Kapal-kapal yang ada di Karimunjawa ukurannya kecil, yaitu 5 GT. Setiap kapal mempunyai alat tangkap lebih dari satu jenis, tetapi yang paling dominan adalah alat pancing tonda trolling dan branjang. Pengoperasiannya tergantung musim. Alat tangkap yang digunakan nelayan Karimunjawa menurut Data Statistik Kecamatan Karimunjawa tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Alat Tangkap Ikan di Karimunjawa Tahun 2010 No Alat Tangkap Ikan Jumlah unit Masa operasi Jenis Ikan Tangkapan 1 Pancing tonda trolling 932 Juni-September Tongkol 2 Jaring insang 168 September-November Ekor kuning 3 Branjang 115 Juni-Agustus Teri 4 Bubu 573 Sepanjang musim Ikan karang 5 Panah Speargun 17 Sepanjang musim Ikan karang 6 Muroami 3 September- Desember Ekor kuning Sumber: DKP Karimunjawa 2011 Tabel 13 menunjukkan bahwa setiap jenis ikan memiliki alat tangkap yang berbeda. Pancing tonda banyak digunkan untuk menangkap tongkol dan tenggiri. Pada umumnya, nelayan tonda menangkap ikan setiap hari malam-pagi pada saat musim tangkap atau sekitar 26 hari dalam satu bulan musim tangkap. Jumlah tenaga kerja dalam satu kapal motor adalah satu hingga dua orang. Jaring insang adalah alat tangkap berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 300-500 m dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris dan ris ke bawah. Besar mata jaring disesuaikan dengan sasaran tangkap. Nelayan melabuhkan jaringnya di dasar, lapisan tengah maupun dibawah lapisan atas kolam perairan. Nelayan Karimunjawa juga menggunakan branjang yang berukuran 9x9 m. Penangkapan dengan branjang hanya dilakukan pada malam hari dengan menggunakan lampu untuk menangkap ikan teri. Bubu merupakan alat tangkap berupa jebakan yang terbuat dari anyaman bambu. Bubu dipasang disekitar perairan karang atau di antara karang-karang. Pengambilan tangkapan dilakukan dua sampai tiga hari setelah bubu dipasang. Nelayan juga menggunakan panah sebagai alat tangkapnya yang waktu penangkapannya dilakukan pada malam hari. Nelayan menggunakan bantuan kompressor sebagai sumber oksigen. Dalam satu armada penangkapan jumlah nelayan berkisar 4-6 orang. Alat tangkap lainnya adalah muroami, yang sudah dilarang pemakaiannya karena merusak karang dan terjadinya overfishing. Sejak maraknya penangkapan ikan dengan muroami oleh masyarakat, jumlah ikan semakin menurun karena alat tangkap ini mengangkut semua jenis ikan, baik kecil maupun yang besar. Nelayan di luar Karimunjawa juga pernah ikut merusak karang dan ikan. Mereka menggunakan jaring cantrang. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia dan bahan peledak juga pernah digunakan nelayan sehingga karang menjadi rusak, air menjadi tercemar dan ikan juga ikut mati. Untuk mencegah bertambahnya kerusakan yang terjadi, maka pada tanggal 2 Agustus tahun 2010, Bupati Jepara mengeluarkan Surat Edaran untuk Kecamatan Karimunjawa tentang larangan pemanfaatan sumberdaya ikan dengan cara-cara yang dapat merusak ekosistem. Setiap orang yang melanggar peraturan tersebut akan di denda atau dipenjara.

BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL

DAN EKONOMI NELAYAN

6.1 Karakteristik Nelayan Non Pariwisata dan Nelayan Pariwisata

Perkembangan pariwisata di Desa Karimunjawa telah membuka berbagai lapangan pekerjaan. Kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh nelayan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Penurunan jumlah tangkapan ikan membuat nelayan mencari alternatif pekerjaan lain untuk menambah pendapatan. Hal tersebut merupakan alasan sebagian besar nelayan untuk ikut dalam kegiatan wisata. Namun ada juga nelayan yang tetap bertahan di bidang perikanan. Nelayan di Karimunjawa saat ini terbagi menjadi dua, yaitu nelayan yang aktif dalam kegiatan pariwisata nelayan pariwisata dan nelayan yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata nelayan non pariwisata. Nelayan yang aktif dalam kegiatan pariwisata adalah nelayan yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selain menggantungkan pada hasil penangkapan ikan di laut, juga terlibat secara langsung dalam kegiatan aktivitas pariwisata membuat souvenir, menyewakan perahu, pemandu wisata, menyewakan pemondokan maupun fasilitas lainnya. Sedangkan nelayan yang tidak aktif adalah nelayan yang kegiatannya sehari-harinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya hanya menggantungkan diri pada hasil penangkapan ikan di laut. Ciri-ciri kedua kelompok nelayan yang dilihat dari umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan keluarga akan memperlihatkan dengan jelas perbedaan ukuran tingkat pemanfaatannya dari para nelayan yang aktif dalam kegiatan pariwisata dengan nelayan yang tidak aktif.

6.1.1 Umur

Umur responden adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada pelaksanaan penelitian. Data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa usia nelayan beragam antara 22-55 tahun. Sebagian besar nelayan yang ada di Karimunjawa memulai pekerjaannya semenjak usia remaja. Pekerjaan menjadi nelayan memang bisa dilakukan mulai dari umur remaja hingga umur tua. Penduduk