kota Kecamatan Karimunjawa. Desa Karimunjawa meliputi Pulau Karimunjawa dan Pulau Genting yang terdiri dari 8 dukuh yaitu Dukuh Karimunjawa, Dukuh Kapuran,
Dukuh Legon Lele, Dukuh Jatikerep, Dukuh Alang-Alang, Dukuh Cikmas, Dukuh Kemloko dan Dukuh Genting Laporan Baseline Data Perekonomian Masyarakat di
SPTN II Karimunjawa, 2011. Jarak antara kawasan Karimunjawa dengan Kota Jepara adalah 45 mil ± 83
km. Perjalanan menuju Karimunjawa dapat dilakukan dengan menggunakan KM Muria dan Ekspres Bahari dari Jepara serta KM Kartini I dari Semarang. Perjalanan
dapat ditempuh selama 6 jam dengan menggunakan KM Muria dan 2 jam dengan Ekspres Bahari atau 3,5 jam dengan KM Kartini I. Penyeberangan dapat juga
dilakukan dengan kapal nelayan, namun membutuhkan waktu yang relatif sangat lama. Adanya berbagai alternatif perjalanan ini serta tersedianya kapal ferry dengan
jadwal keberangkatan setiap hari, kecuali hari Jumat, membuat kunjungan wisatawan semakin bertambah setiap tahunnya.
4.2.2 Kondisi Topografi
Topografi kawasan Pulau Karimunjawa secara umum berupa dataran rendah yang bergelombang atau berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0-506 m dpl dan
kawasan pantai yang datar. Daerah perbukitan terdapat di bagian tengah mulai dari bagian timur ke barat sampai ke selatan, khususnya daerah timur untuk perbukitan
tinggi. Terdapat dua buah bukit yaitu Bukit Gajah dan Bukit Bendera yang merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian ± 506 m dpl Zonasi TNKJ 2012.
Lahan yang berbukit tidak cocok untuk pemukiman karena kemiringan lerengnya yang terjal. Sebagian besar daerahnya terdiri dari batu pasir sehingga kegiatan
pertanian dan peternakan tidak terlalu berkembang di desa ini.
4.2.3 Hidrologi
Sepanjang kawasan Karimunjawa tidak ditemukan adanya sungai, danau, atau telaga, namun terdapat lima mata air besar di Pulau ini, yaitu Kapuran Pancuran
Belakang, Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan yang
dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan memasak oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sering mengalami masalah kekurangan air apabila musim kemarau tiba
atau saat kunjungan wisatawan meningkat. Hal ini terjadi karena minimnya tanggul penampung air yang tersedia.
Arus musiman di sekitar Karimunjawa mengikuti pola arus di Laut Jawa yang tergantung pada beda tinggi muka laut di Samudera Pasifik yang selalu lebih tinggi
muka lautnya dibanding dengan Samudera Hindia. Kuat arus pada musim barat dapat mencapai 0,35 meterdetik. Musim barat terjadi pada bulan Desember-Februari
sedangkan musim peralihan barat ke timur terjadi pada bulan Maret-Mei. Kuat arus laut diperairan pesisir Jepara dan perairan Karimunjawa pada musim baratan secara
umum bergerak dari baratbarat laut kearah timurtenggara dengan kecepatan 0,5-0,75 meterdetik dengan ketinggian gelombang rata-rata berkisar 0,56-1,58 m. Hal ini
membuat jumlah kunjungan wisatawan pada periode bulan tersebut sangat sedikit karena gelombang yang besar membuat kapal tidak bisa berangkat. Kondisi perikanan
juga menjadi terganggu karena nelayan tidak bisa melaut. Akibatnya harga ikan mengalami lonjakan.
Musim timuran terjadi pada bulan Juni-Agustus. Arus laut secara umum bergerak dari timur ke baratbarat laut dengan kecepatan 0,15 meterdetik. Musim
peralihan timur ke barat terjadi pada bulan September-November, arus laut bergerak dari BaratBarat Luat kearah timurtenggara dengan kecepatan berkisar antara 0,25-
0,5 meterdetik. Pada musim timuran, ketinggian gelombang mencapai 0,27-0,6 m. Gelombang yang tidak terlalu tinggi ini membuat kegiatan perikanan mulai normal
dan kunjungan wisatawan meningkat. Nelayan bisa melaut lagi dan kapal yang melakukan penyeberangan Karimun-Jepara dan sebaliknya dapat berjalan lancar.
4.2.4 Keanekaragaman Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya