Tabel 23 menunjukkan tingkat diversifikasi nelayan secara keseluruhan, baik nelayan pariwisata maupun nelayan non pariwisata. Tingkat diversifikasi masing-
masing kelompok nelayan akan dijelaskan selanjutnya. Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan Karimunjawa berada pada kategori
sedang. Sekitar 58 persen nelayan memilih memiliki satu pekerjaan sampingan selain menjadi nelayan, baik di sektor wisata atau sektor lainnya. Selain itu, sebanyak 26
persen nelayan memilih untuk tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Mereka lebih memilih untuk bekerja sebagai nelayan. Selain itu, sebanyak 16 persen nelayan
memiliki dua jenis pekerjaan sampingan selain sebagai nelayan. Berkembangnya pariwisata bahari di Pulau Karimunjawa juga dimanfaatkan
oleh nelayan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat pesisirnelayan setuju dengan pengembangan pariwisata bahari. Hal ini terlihat dari
peluang yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti jasa penyewaan kapal, penginapan serta menjadi tour leader dan guide serta penyedia souvenir bagi
wisatawan.
7.1.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Non Pariwisata
Masyarakat Desa Karimunjawa mengandalkan pencukupan kebutuhan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut. Secara historis mereka telah terbentuk
menjadi komunitas masyarakat pesisir yang identik sebagai nelayan. Hampir setiap hari masyarakat mengarungi Lautan Karimunjawa guna menangkap ikan dan hasil
laut lainnya. Padatnya waktu menangkap ikan ini membuat waktu mereka tidak cukup lagi untuk bekerja di sektor lain. Namun, perubahan ekologi yang dirasakan
masyarakat membuat mereka harus melakukan diversifikasi pekerjaan. Nelayan Karimunjawa tidak banyak yang bekerja di sektor pertanian karena kondisi tanah
yang kurang subur dan terdiri dari bebatuan serta perbukitan. Penganekaragaman sumber pendapatan di bidang perikanan seperti usaha budidaya ikan, budidaya
rumput laut dan pengolahan ikan tradisional tidak berkembang karena kurangnya modal untuk pengembangan usaha tersebut. Pekerjaan non perikanan lainnya adalah
menjadi buruh bangunan serta berdagang. Berikut pada Tabel 24 akan disajikan data
tentang responden nelayan non pariwisata yang mengadakan adaptasi diversifikasi pekerjaan.
Tabel 24. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden Nelayan Non Pariwisata, Desa Karimunjawa, 2012
Tingkat Diversifikasi n
Rendah 13
52.0 Sedang
12 48.0
Tinggi 0.0
Total 25
100.0 Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat adaptasi di bidang diversifikasi
nelayan non pariwisata masih rendah. Sekitar 52 persen dari responden tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Mereka memilih untuk tetap menjadi nelayan.
Sedangkan 48 persen responden lainnya memiliki satu pekerjaan sampingan di bidang non perikanan. Tersedianya lapangan pekerjaan di bidang wisata ternyata
hanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat khususnya nelayan yang ada di Desa Karimunjawa. Sebagian besar nelayan masih mempertahankan pekerjaan utamanya
sebagai nelayan dan ada juga nelayan yang melakukan diversifikasi pekerjaan dengan menjadi tukang bangunan, bertani dan menjaga keramba.
Pekerjaan sebagai tukang bangunan sedang banyak digeluti oleh nelayan karena saat ini banyak warga yang membangun rumah untuk homestay dan juga
hotel. Pekerjaan ini dilakukan ketika nelayan sedang tidak melaut atau setelah pulang dari melaut. Pekerjaan di bidang budidaya perikanan memang pernah berkembang di
Desa Karimunjawa. Akan tetapi budidaya tersebut kurang membuahkan hasil dan membutuhkan modal yang besar. Hal ini membuat nelayan mengusahakan kebun-
kebun yang mereka miliki. Hasil kebun tersebut adalah mangga, jambu, kelapa, pisang dan bersawah. Hasil kebun tersebut dijual ke pasar terdekat, yaitu Pasar
Karimunjawa. Nelayan juga ada yang mengembangkan usahanya ke arah perdagangan, dua orang di antara responden non pariwisata adalah pedagang kelapa
muda yang dibeli dari pemilik kebun dan di jual kembali oleh nelayan tersebut. Dua orang lainnya berjualan aksesoris untuk anak-anak. Seorang nelayan memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pembuat kapal bersama dengan keluarganya. Saat ini di Karimunjawa permintaan kapal terus meningkat, baik untuk kapal menangkap ikan
ataupun untuk carteran wisata Satu kapal harganya sekitar 50 juta, sesuai dengan harga materialnya, seperti yang dijelaskan oleh SR 48.
“Kapal yang di pakai Mas Kontet keponakan itu saya yang buat Mbak, sekarang juga saya lagi buat yang lebih besar lagi. Saya bikinnya
sama Kakak saya. Kadang bertiga. Ndak seluruh orang Karimun bisa bikin kapal, hanya lima orang di Karimun, Mbak. Itu Pak Juri, kelompok
saya, Pak Biman, di kapuran dekat dermaga Muria itu ada. Kalo di sini banyak di kampong Bugis. Orang Karimun sekarang udah punya kapal
sendiri-sendiri, kan statusnya nelayan, Mbak.”
Terdapat satu orang nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang pijat. Pekerjaan ini baru ditekuni sekitar 5 tahun terakhir untuk menambah
pendapatan. Pekerjaan lain yang ditekuni adalah menjadi penjaga keramba. Saat ini jumlah keramba di Karimunjawa semakin berkurang karena biayanya yang besar.
7.1.2 Pola Adaptasi Nelayan Pariwisata