Tingkat Pendidikan Sarana dan Prasarana

4.3.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di Desa Karimunjawa masih tergolong rendah karena tidak adanya fasilitas pendidikan yang memadai di Pulau Karimunjawa. Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan juga masih rendah, terutama pada penduduk berusia tua dan sedang. Hal ini terjadi karena fasilitas sekolah SMP baru dibangun pada tahun 1985 dan SMK pada tahun 2004 sehingga dalam kurun waktu sebelum pembangunan tersebut masyarakat tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai. Selengkapnya pada Tabel 3 akan disajikan data tingkat pendidikan penduduk Desa Karimunjawa pada tahun 2011. Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Karimunjawa menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2011 Tingkat Pendidikan Penduduk N Buta huruf 40 1,9 Tidak tamat SDsederajat 155 7,6 Tamat SDsederajat 1213 59,8 Tamat SLTPsederajat 421 20,7 Tamat SLTA sederajat 206 10,2 Tamat D3 4 0,2 Tamat D2 12 0,6 Tamat D3 5 0,2 Tamat S1 36 1,8 Tamat S2-S3 0,0 Jumlah 2029 100,0 Sumber: BPS Jepara 2011 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar pendidikan penduduk hanya tamat SDsederajat dan tamatan SLTPsederajat. Tingkat pendidikan yang masih rendah ini membuat sumberdaya manusia di desa tersebut juga masih rendah. Selain karena fasilitas pendidikan yang belum memadai, tingkat pendidikan yang rendah juga disebabkan karena penduduk desa tersebut telah memulai aktifitas melautnya sejak usia SMP.

4.3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada dalam suatu wilayah sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembangunan di wilayah tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Karimunjawa diantaranya adalah sarana dan prasarana peribadatan, transportasi dan komunikasi, ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Kelengkapan sarana dan prasarana ini sangat dibutuhkan dalam menunjang pengembangan pariwisata di Karimunjawa. Penduduk Karimunjawa mayoritas memeluk agama Islam, yaitu 4.964 orang dan 31 orang yang beragama Kristen. Saat ini terdapat 6 unit Masjid dengan 15 unit mushola dan 1 unit gereja Kristen. Kuatnya ajaran agama dalam kehidupan masyarakat diharapkan menjadi penggerak pembangunan yang dapat menghasilkan dampak positif yang besar. Hubungan antar umat beragama berjalan dengan baik dan rukun. Hal ini terbukti dari tidak adanya konflik yang pernah terjadi karena permasalahan agama. Kedua agama dapat menjalankan kegiatan keagamaannya tanpa ada gangguan dari pihak lain. Wisatawan religi juga sering datang ke Karimunjawa. Mereka mengunjungi makam Sunan Nyemplungan, yaitu seorang Sunan yang menemukan Pulau Karimunjawa, untuk berdoa di makam tersebut. Prasarana transportasi yang terdapat di Desa Karimunjawa terdiri dari jalan darat dan laut. Ketersediaan sarana ini untuk mendukung kegiatan perekonomian masyarakat. Jalan Desa Karimunjawa telah diaspal sepanjang 20 km. Sarana transportasi darat yang digunakan adalah bus umum, angkutan pedesaan, ojek dan becak. Jembatan perahu dibangun untuk mendukung transportasi laut dan saat ini telah ada 4 unit. Transportasi laut yang digunakan adalah perahu motor, kapal antar pulau, perahu tanpa motor dan perahu layar. Transportasi laut ini digunakan untuk mengangkut penduduk dan wisatawan dan mengangkut ikan hasil tangkapan nelayan ke Jepara. Jenis sarana dan prasarana komunikasi yang terdapat di Desa Karimunjawa terdiri dari telepon umum, wartel, kantor pos pembantu, radio dan televisi. Mini bus dan becak yang digunakan oleh penduduk, juga digunakan untuk angkutan wisatawan karena wisatawan yang berkunjung tidak membawa kendaraan pribadi. Sejak adanya jaringan telekomunikasi, jumlah penduduk yang memiliki telepon pribadi semakin meningkat. Sejak itu juga, jumlah kunjungan wisatawan semakin meningkat. Kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat dapat ditingkatkan dengan pengadaan sarana dan prasarana perekonomian karena ketersediaan sarana dan prasarana ini, masyarakat dengan lancar dapat melaksanakan aktivitasnya. Berikut Tabel 4 akan disajikan data mengenai sarana dan prasarana perekonomian masyarakat di Desa Karimunjawa beserta jumlah tenaga kerjanya. Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja Desa Karimunjawa menurut Lembaga Perekonomian Masyarakat di Desa Karimunjawa Tahun 2011 Lembaga Perekonomian Jumlah Jumlah Tenaga Kerja Koperasi 1 16 Industri kerajinan 1 50 Industri makanan 10 50 Warung makan 5 30 Toko 16 32 Warung kelontong 3 6 Angkutan 20 30 Pasar 1 - Tengkulak - 30 Usaha perikanan 10 20 Kelompok simpan pinjam 2 120 Sumber: BPS Jepara 2011 Desa Karimunjawa memiliki sebuah Koprerasi Unit Desa Mina KUD-Mina yang diberi nama KUD Minoroso Sejati. KUD ini memberikan pelayanan terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Industri kerajinan yang ada saat ini menghasilkan produk seperti tongkat, keris dan tashbih, khas Karimunjawa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, YN 48 dan AF 42, usaha souvenir dan kerajinan ini dimulai pada tahun 1986. Bahan dasar produk tersebut adalah sdiki, kalimasodo dan dewa daru. Jumlah anggota pengrajin ini terus mengalami penurunan. Jumlah anggota pada tahun 1986 adalah 40 orang, namun mulai dari tahun 2005 sampai sekarang hanya tinggal 20 anggota. Kendala yang dialami saat ini adalah susah mencari penerus yang mengerti tentang cara pembuatan stik, keris, tongkat dan tasbih tersebut. Jumlah warung makan dan toko terus berkembang setelah adanya peningkatan kunjungan wisatawan. Penginapan yang ada di Desa Karimunjawa biasanya hanya menyediakan sarapan untuk pengunjungnya dan pada malam hari, wisatawan harus mendapatkan makanan sendiri di warung makan. Angkutan yang ada di Karimunjawa dulunya hanya digunakan oleh penduduk Karimunjawa yang ingin melakukan perjalanan ke tempat lain di pulau tersebut. Namun setelah adanya peningkatan kunjungan wisatawan, angkutan itu banyak disewakan untuk wisatawan. Sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di Desa Karimunjawa mulai dari Taman Kanak-Kanak TK hingga Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Selengkapnya disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Jenis Sarana Pendidikan di Desa Karimunjawa Tahun 2011 Jenis Sarana n Rasio GuruMurid Sekolah Siswa Guru Taman Kanak-Kanak TK 2 73 4 18,25 SD Sederajat 7 1260 45 28 SLTP 1 324 17 19,05 SMK 1 274 23 11,91 Lembaga pendidikan dan agama 5 557 20 27,85 Sumber: BPS Jepara 2011 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sarana pendidikan di Desa Karimunjawa ini dapat dikatakan belum cukup memadai karena setiap tingkat pendidikan formal seperti SD, SMP dan SMK sudah ada di desa ini. Terdapat 7 unit SD jarak masing- masing SD yang berjauhan dan tidak merata di setiap dukuh. Penurunan jumlah siswa di setiap j enjang pendidikan terjadi karena banyak siswa yang berhenti tamat SD atau setelah tamat SD dan sebagian ada juga yang melanjutkan pendidikan di jenjang SMP dan dan melanjutkan SMA di luar Karimunjawa. Kondisi wilayah yang dikelilingi lautan dan sulitnya transportasi membuat Kepulauan Karimunjawa sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan. Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Desa Karimunjawa masih kurang memadai dibandingkan jumlah penduduknya, yaitu 1 puskesmas dan 1 puskesmas pembantu, 1 apotik dan 10 posyandu. Air bersih yang digunakan berasal dari 2 mata air, salah satunya dari mata air dari Dukuh Legon Lele. Listrik di Desa Karimunjawa diperoleh dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dengan produksi 500 KVA dan tenaga surya. Penggunaan listrik sangat tergantung pada jumlah kehadiran wisatawan. Apabila terjadi peningkatan wisatawan, maka produksi listrik yang digunakan adalah 400 KVA sedangkan jika jumlah wisatawan sangat sedikit maka listrik yang digunakan sekitar 200KVA. Masyarakat hanya dapat memanfaatkan listrik selama 12 jam, yaitu dari jam 18.00-06.00 WIB. Setiap hotel memiliki diesel sendiri, namun kadang pihak hotel juga menggunakan PLTD desa sehingga mengurangi jatah penduduk. Sumber listrik lain yang digunakan adalah listrik desa dulunya adalah milik Telkom yang hanya bisa digunakan pada siang hari.

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA

5.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Kepulauan Karimunjawa memiliki ekosistem yang masih asli dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga harus dipertahankan sebagai aset nasional dan daerah. Awalnya kawasan Karimunjawa ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut Karimunjawa pada tanggal 9 April 1986 melalui SK Menhut No. 123Kpts- II1989 seluas 111.625 ha yang meliputi 110.117,30 ha kawasan perairan dan 1.507,70 ha kawasan darat. Sehubungan dengan tingginya tingkat kepentingan berbagai sektor maka dilakukan perubahan fungsi dari Cagar Alam menjadi Taman Nasional Karimunjawa melalui SK Menhut No. 78Kpts-II1999 tanggal 22 Februari 1999. Perubahan dilakukan pada tahun 2001. Seluruh kawasan perairan di TNKJ ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 74Kpts-II2001 Zonasi TNKJ 2012. Pengelolaaan TNKJ dilakukan berdasarkan sistem penataan zonasi yang diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56Menhut-II2006. Awalnya TNKJ hanya dibagi menjadi empat zonasi yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan dan zona penyangga. Perubahan zonasi dilakukan pada tahun 2004 karena zonasi yang ada dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, belum mengakomodir berbagai kepentingan pengelolaan terutama dari aspek ekologi, sosial ekonomi serta budaya termasuk kearifan lokal yang menyebabkan banyak terjadinya tumpang tindih kebijakan berbagai pihak. Perubahan tersebut menggunakan pendeketan yang menyeluruh, konsultatif dengan visi bersama dan satu proses koordinasi yang terencana dan dinyatakan melalui SK Direktur Jendral PHKA No. 79IVSet-32005. Zona yang ditetapkan yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona budidaya, zona rehabilitasi, zona pemukiman dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Zonasi 2005 direvisi kembali pada tahun 2009 karena zonasi tahun 2005 belum mengakomodir pulau-pulau kecil serta dianggap kurang tepat baik tempat