5.2 Kondisi Pariwisata Karimunjawa
Kepulauan Karimunjawa terbentang luas dari beberapa pulau yang mempunyai karakteristik yang spesifik dan menarik. Kawasan ini ditetapkan sebagai
Taman Nasional Laut dan diharapkan dapat memicu perkembangan pariwisata daerah. Sebagian besar wilayah Kepulauan Karimunjawa berupa gugusan pulau kecil
yang dikelilingi terumbu karang. Sebagian masih alami dan mempunyai kekayaan biota laut yang menyimpan keindahan alam bawah laut sehingga sangat tepat
dijadikan sebagai tujuan wisata alam. Kawasan darat TNKJ yang berada di lokasi hutan hujan tropis dataran rendah dan hutan mangrove sangat memungkinkan untuk
mengembangkan objek wisata dan pusat penelitian. Aktivitas wisata di Karimunjawa, seperti yang dikemukakan oleh Pusat
Informasi Pariwisata Jepara 2011, terbagi dalam dua kawasan, yaitu kawasan darat dan kawasan laut. Kegiatan yang biasanya dilakukan pengunjung di alam darat adalah
hiking dan camping, canoing, berjemur, menelusuri dan atraksi penyu bertelur. Kegiatan yang bisa dilakukan di laut adalah diving, berenang, snorkeling selam
permukaan, memancing, dan berenang dengan hiu. Atraksi wisata budaya Karimunjawa meliputi kesenian rakyat reog barong,
pencak silat yang diiringi gamelan, acara tradisional perkawinan suku Bugis, upacara peluncuran perahu, menembak ikan, mengunjungi Makam Sunan
Nyamplungan, Makam Syaid Kembang, Makam Syaid Abdullah dan Sumur Wali. Penampilan atraksi-atraksi wisata tersebut dilakukan setiap ada acara yang sifatnya
insidentil, seperti ketika ada kunjungan pejabat negara ke Karimunjawa antara lain bupati, gubernur, menteri bahkan presiden. Selain atraksi yang dilakukan secara rutin,
ada juga atraksi lainnya seperti pelepasan penyu, upacara pelepasan perahu dan khoul Sunan Nyamplungan peringatan hari satu suro peringatan Tahun Baru Hijriyah
oleh masyarakat sekitar. Pengembanagan pariwisata ini ternyata juga ikut menyebabkan permasalahan
kerusakan ekologi di sekitar kawasan TNKJ selain karena penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan oleh nelayan. Perkembangannya sebagai salah satu
objek wisata yang diminati di Jawa Tengah ternyata tidak selamanya memberikan
dampak yang positif bagi masyarakat maupun daerah tersebut. Disadari ataupun tidak disadari pengembangan pariwisata di suatu daerah juga akan memberikan
dampak negatif bagi masyarakat, budaya maupun alam yang dimiliki oleh daerah tersebut. Begitu juga dengan pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa, sudah
tentu memberikan dampak positif seperti peningkatan pendapatan sekaligus dampak negatif seperti kerusakan lingkungan alami.
Dampak negatif terjadi karena adanya kontak langsung antara wisatawan dengan lingkungan alami seperti terumbu karang dan hutan mangrove. Aktifitas
wisatawan yang bersentuhan langsung dengan lingkungan alami seperti di kawasan terumbu karang, berdampak pada patahnya karang karena secara sengaja maupun
tidak sengaja terinjak oleh wisatawan yang sedang melakukan snorkeling. Apabila hari libur tiba, maka terjadi jumlah kunjungan yang overload. Selain itu, wisatawan
yang melakukan tour ke beberapa pulau di dekat Pulau Karimunjawa, seperti ke Pulau Cemara, Pulau Menjangan, Tanjung Gelam, Pulau Tengah serta Pulau Gleang,
berdampak pada timbulnya onggokan sampah di lingkungan pulau tersebut. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung onggokan sampah ini akan
mempengaruhi tingkat polusi pada areal pulau tersebut disamping timbulnya kesan yang jorok. Pemasangan paving di beberapa areal di desa, seperti jalur Ujung Gelam
dan Dukuh Legon Lele akan mempengaruhi daya serap tanah terhadap air hujan. Pembangungan beberapa fasilitas wisata seperti pembangunan tempat peristirahatan
di beberapa sudut akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan alami di sekitar desa.
Keberhasilan Karimunjawa untuk menarik wisatawan berkunjung ke Karimunjawa memang telah banyak memberi manfaat kepada masyarakat melalui
penciptaan lapangan pekerjaan, sebagai sumber devisa daerah dan perhatian masyarakat terhadap kelestarian alamnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini
terbukti dari kesediaan masyarakat nelayan untuk tidak melakukan penangkapan ikan di zona pariwisata yang telah disepakati serta pelaksanaan Jumat bersih untuk
kebersihan desa. Bukti lainnya adalah kepatuhan nelayan untuk tidak membuang
jangkar di daerah zona wisata. Hal ini dilakukan agar keindahan karang yang dimiliki tetap terjaga dan menjadi daya tarik wisatawan.
5.3. Kunjungan Wisatawan