aktif dibidang wisata ketika hari libur tiba. Banyaknya kunjungan wisatawan membuat pendapatan mereka juga ikut bertambah. Berikut akan disajikan data
mengenai jumlah penduduk yang bekerja di bidang wisata.
Tabel 22. Data Jumlah Penduduk yang Bekerja di Bidang Pariwisata Bidang Pekerjaan
n Penginapan homestay
21 9.3
Penjual souvenir 20
8.9 Pengrajin
15 6.7
Penyewa kapal 30
13.3 Guide dan Tour leader
139 61.8
Jumlah 225
100.0 Berdasarkan Tabel 22 tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk yang
bekerja di bidang wisata adalah 225 orang dari 1.947 jumlah tenaga kerja di Karimunjawa. Hal ini menjadikan pekerjaan di dunia wisata cukup menjanjikan
karena jumlah penduduk yang aktif di dunia wisata jauh lebih kecil dari jumlah seluruh tenaga kerja yan tersedia di desa Karimunjawa sehingga masih banyak
lapangan pekerjaan lain yang belum dimanfaatkan. Nelayan yang aktif dalam kegiatan wisata kebanyakan bertempat tinggal di sebelah utara dan tengah desa serta
di sepanjang jalan utama desa. Hal ini terjadi karena saat ini perkembangan wisata homestay, toko souvenir dan pusat kuliner terpusat di bagian utara, yaitu daerah
dramaga utama untuk kapal penumpang dan sampai ke bagian tengah pusat desa. Sedangkan nelayan yang bertempat tinggal di bagian utara dan selatan jarang ada
yang ikut kegiatan wisata karena wisatawan jarang berkunjung ke daerah tersebut.
6.6 Perubahan Sosial Nelayan
6.6.1 Pranata Sosial, Norma, Adat Istiadat dan Lembaga-Lembaga yang ada di Desa Karimunjawa
Lembaga sosial atau lembaga masyarakat yang sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Desa Karimunjawa adalah lembaga agama Islam baik sebelum
ataupun setelah berkembangnya kegiatan wisata. Berdasarkan survei di lapangan,
semua responden menyatakan bahwa lembaga agama sangat berperan dalam kehidupan mereka. Lembaga agama sebagai lembaga yang selalu mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai religius kepada masyarakat. Nilai-nilai ini tidak berubah dengan adanya perkembangan wisata. Setiap hari Jumat semua nelayan tidak ada
yang melaut untuk melaksanakan Shalat Jumat. Lembaga agama di Desa Karimunjawa yang melakukan kegiatan rutin adalah
adalah NU, Muhammadiah dan Al-Hikmah. Menurut petinggi desa, NT 49, dan petinggi Muhammadiah, MS 54, nilai-nilai Islam tetap tertanam dalam diri
masyarakat. Masyarakat punya prinsip yang kuat sehingga tidak terpengaruh dengan budaya wisatawan seperti yang diungkapkan oleh NT 49 dibawah ini.
“Masyarakat di sini Karimunjawa sudah punya prinsip. Setiap pribadi sudah kuat agamanya, jadi tidak terpengaruh. Seumpama banyak wisatawan
bule ke sini atau wisatawan lokal suka tidak pake baju kalau di laut. Tapi tidak ada orang Karimun yang ngikutin. Biasanya pandangan orang-orang
tentang tempat wisata itu kan negatif, tapi ternyata di Karimunjawa enggak. Ternyata pemandu-pemandu itu sebelum berangkat tour sudah memberi
ceramah bagi wisatawan agar berpakain sopan kalau sudah memasuki desa. Banyak juga wisatawan yang shalat di pulau-pulau ketika mereka ikut tour.
Saya melihat dan belajar dari mereka untuk tetap beribadah di mana pun.”
Menurut informasi dari masyarakat desa, wisatawan yang datang juga sering membawa pengetahuan bagi masyarakat, khususnya mahasiswa yang melakukan
penelitian ke Karimunjawa. Mereka sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan mengajar di sekolah. Mereka memotivasi anak-anak sekolah agar terus rajin belajar
dan berjuang dalam mendapatkan pendidikan yang tinggi. Para mahasiswa juga mengajarkan tentang pentingnya kebersihan bagi masyarakat desa dengan cara
membuang sampah pada tempatnya dan lama-lama masyarakat juga mengikutinya. Wisatawan agamis juga sering berkunjung ke Karimunjawa dan berbagi informasi
tentang agama Islam dengan masyarakat Karimunjawa. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang datang ke Karimunjawa tidak selamanya membawa pengaruh
negatif. Kehadiran wisatawan agamis menginspirasi masyarakat agar semakin cinta pada alam.
Selain agama Islam, ada juga penduduk yang beragama Kristen dan sebuah gereja di Karimunjawa. Hubungan antara kedua umat beragama sangat baik, buktinya
tidak pernah terjadi konflik antara kedua umat beragama. Tingkat kriminalitas di Desa Karimunjawa juga sangat rendah. Jarang sekali ada perkelahian antar
masyarakat karena hubungan kekeluargaan yang tinggi diantara sesama nelayan. Walaupun terdapat banyak suku di Karimunjawa yang berbeda-beda, namun tidak
pernah ada terjadi konflik antar suku, seperti yang diungkapkan oleh ZA 33. “Masyarakat disini saling kenal Mbak, mulai dari Legon Lele sampai ke
perbatasan Kemujan semuanya kenal. Semuanya akur. Kalau mau bangun rumah kita gotong royong. Kalau ada yang kesusahan kita bantuin.
Jenengan Anda tanya saja ke kantor polisi, kerja mereka pasti santai- santai karena ndak ada perkara yang mau di urus. Kalo soal keamanan,
Karimunjawa nomor satunya Mbak. Ndak pernah ada kecurian. Motor di sini ditinggalin diluar sama kontaknya juga ndak akan hilang.”
Karimunjawa tidak memiliki adat istiadat dan budaya yang asli karena tidak ada penduduk asli dari Karimunjawa. Semuanya merupakan masyarakat pendatang,
baik dari Jawa, Bugis, Madura, Buton dan suku lainnya. Setiap suku masih menjalankan kebudayaannya masing-masing. Hal ini terlihat dari bentuk bangunan
rumah masing-masing suku serta budaya pelaksanaan pernikahan mereka. Tidak ada ketua adat di desa tersebut, yang ada hanyalah ketua masing-masing suku.
Meningkatnya pengembangan wisata serta sarana dan prasarana wisata membutuhkan suatu pengaturan yang jelas dalam pengelolaannya. Terdapat
paguyuban untuk mengurus kegiataan wisata yaitu paguyuban homestay, paguyuban pembuat kerajinan asli Karimunjawa dan paguyuban kapal carteran. Paguyuban
homestay dibentuk untuk mengurus homestay yang ada di Karimunjawa untuk pemerataan pendapatan dan kenyamanan wisatawan. Nelayan juga ikut menyediakan
homestay di rumah mereka. Saat ini ada sekitar 30 kapal nelayan yang bergabung dalam paguyuban ini. Apabila kapal mereka tidak dipakai untuk kegiatan wisata,
maka nelayan akan melaut untuk menangkap ikan. Lembaga lain yang terbentuk di Karimunjawa yang bergerak di bidang wisata,
yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia HPI yang berdiri pada tahun 1989. Saat ini
diketuai oleh Arif Rahman, yang juga menjabat sebagai petinggi desa kepala desa dengan jumlah anggota 139 orang. Himpunan ini terdiri dari komponen-komponen
usaha jasa wisata, tour leader, diving, souvenir shop, pemilik hotel dan juga guide. Tour leader bekerja mengurus wisatawan yang datang, sedangkan guide bertugas
mendampingi wisatawan melakukan tour. Saat ini, sekitar 85 persen anggota HPI yang juga masih aktif sebagai nelayan dan sebagian besar adalah nelayan pancing.
Setiap bulan dilakukan rapat HPI untuk membahas pengeluaran dan pemasukan dana HPI serta pembinaan guide yang masih baru.
Salah satu budaya masyarakat Karimunjawa adalah gotong royong yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak turun temurun
dan masih berjalan hingga saat ini. Masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan rumah, desa dan jalan-jalan utama. Gotong royong membersihkan desa
juga dilakukan untuk menyambut kedatangan pejabat-pejabat negara seperti bupati dan gubernur. Gotong royong juga dilakukan untuk membangun rumah-rumah warga.
Menurut responden, kepedulian warga akan kebersihan semakin tinggi apalagi semenjak kegiatan wisata makin berkembang. Warga sadar bahwa wisatawan sangat
menyukai tempat yang bersih. Apabila lingkungan mereka kotor, maka wisatawan tidak akan suka berkunjung ke tempat tersebut. Namun ada juga nelayan yang
berpendapat lain, yang mengatakan bahwa kegiatan gotong royong jarang dilakukan. Masing-masing warga sudah sadar kebersihan sehingga walaupun tidak bergotong
royong, mereka tetap membersihkan lingkungannya. Kegiatan gotong royong dan tolong menolong juga dilakukan apabila ada warga yang ingin membangun atau
memperbaiki rumah. Hal ini dilakukan untuk memperindah desa dan mempererat hubungan dalam masyarakat. Selain itu, kegiatan gotong royong dalam membangun
rumah juga dilakukan untuk memperkecil biaya pembangunan rumah tersebut. Setelah adanya wisata, terdapat kelompok nelayan yang tidak setuju tentang
partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong. Menurut mereka, Dinas Kebersihan Kota di Kecamatan Karimunjawa telah mempekerjakan para petugas
kebersihan yang bertugas membersihkan kecamatan dan Desa Karimunjawa sehingga kegiatan Jumat Bersih menjadi jarang dilakukan. Namun sebagian besar responden
tetap setuju bahwa kegiatan gotong royong tetap dilakukan walaupun pelaksanaannya tidak seteratur sebelum adanya kegiatan wisata. Menurut staff TNKJ, NC 28,
kegiatan bersih pantai oleh masyarakat menjadi jarang dilakukan karena hampir setiap pulau sudah ada penghuninya, yang membersihkan pantai di pulau tersebut.
6.6.2 Tingkat Migrasi masuk dan Migrasi Keluar