penunjang budidaya. Kegiatan yang dapat dilakukan di zona ini adalah perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan monitoring ekosistem, penelitian, pengembangan
potensi wisata, pembinaan habitat dan populasi, pengusahaan pariwsata alam dan jasa lingkungan. sedangkan kegiatan yang tidak boleh dilakukan adalah menghilangkan
fungsi dan luas zona inti, melakukan penangkapan biota laut, penambatan kapal dengan jangkar serta penggunaan sarana wisata yang merusak ekosistem.
Zona budidaya yang miliki luas 0,71 persen dari luas TNKJ adalah kawasan perairan yang diperuntukan guna kepentingan budidaya perikanan, misalnya keramba
jaring apung, budidaya rumput laut dan budidaya kerapu bibit alami. Aktivitas yang tidak diperbolehkan adalah secara sengaja atau tidak sengaja mengambil,
mengganggu atau memindahkan biota baik yang masih hidup atau mati. Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan,
sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. Selanjutnya dalam perkembangannya dapat diubah
menjadi zona lain seperti zona wisata bahari atau zona lainnya. Zona pemukiman yang memiliki luas 2,30 persen luas TNKJ adalah bagian
taman nasional yang dijadikan areal pemukiman masyarakat sebelum taman nasional ditunjuk. Peruntukannya adalah untuk mengakomodir masyarakat aslisetempat yang
telah bermukim sejak sebelum taman nasional tersebut ditunjuk. Kriteria zona ini adalah kawasan pemukiman yang sudah ditempati masyarakat asli sebelum taman
nasional ditunjuk dan kawasan yang mampu mendukung pemukiman masyarakat setempat agar tidak menekan kebutuhan ekosistem pada zona yang lain yang ada
dalam taman nasional.
5.1.2 Ancaman Kerusakan Ekologi dan Perubahan Zonasi TNKJ
Pengelolaan kawasan TNKJ dilakukan berdasarkan prinsip perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Namun upaya pengelaloaan tersebut masih mengalami
berbagai permasalahan. Berbagai dinamika ekologi, sosial dan ekonomi berkontribusi terhadap permasalahan pengelolaan kawasan TNKJ.
Sumber: Zonasi TNKJ 2012 Gambar 2. Dinamika Perubahan di Kawasan TNKJ Tahun 2005-2009
Berdasarkan Gambar 2, tutupan karang keras dari tahun 2004 hingga 2009 mengalami peningkatan, yaitu dari 43,5 persen menjadi 54,5 persen. Kenaikan
persentase penutupan karang mungkin disebabkan oleh berkurangnya penangkapan ikan menggunakan potasium sianida maupun rendahnya aktivitas antropogenik. Akan
tetapi penutupan tersebut tidak diikuti dengan biomassa ikan karang dan kelimpahan ikan karang. Biomassa ikan karang dan kelimpahan ikan karang mengalami
penurunan di semua zona yang ada di TNKJ. Selama periode tahun 2007-2009 terjadi penurunan signifikan 25,5 persen yaitu 480,25 kgha pada tahun 2005 menjadi
200,30 kg ha pada tahun 2009 biomassa ikan karang di kawasan ini. Pada periode yang sama kelimpahan ikan karang mengalami penurunan sebesar 13,4 persen yaitu
dari 6000 individu per ha menjadi 4000 individu per ha. Ini berarti ikan yang ada di kawasan tersebut semakin sedikit jumlahnya dan ukurannya semakin kecil. Biomassa
ikan penting seperti kerapu, baronang, ekor kuning dan kakap juga mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan alat tangkap tidak ramah
lingkungan berupa cantrang, muroami, kompressor dan panah kompressor. Melihat kondisi tersebut, maka zona inti dan zona perlindungan dirasakan
sangat kecil dan belum mampu menjamin kelangsungan kelestarian potensi
sumberdaya alam yang ada. Selain itu, lokasi zona inti belum dapat mewakili seluruh kawasan. Guna kepentingan konservasi sumberdaya alam yang ada maka
penambahan luas dan jumlah lokasi zona inti mutlak harus dilakukan. Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BTNKJ bersama Wildlife
Conservation Society WCS menunjukkan peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap zonasi pada tahun 2005 dan 2009. Persepsi masyarakat tentang dampak
zonasi terhadap sumberdaya alam mereka rasakan sangat tinggi. Namun persepsi tersebut bertolak belakang dengan persepsi dampak zonasi terhadap mata pencaharian
mereka. Masyarakat berpikir zonasi yang ada merugikan mereka mencari ikan. Banyak tempat-tempat yang merupakan sumber ikan telah dijadikan zona inti dan
zona perlindungan. Tingkat pengetahuan yang meningkat terhadap zonasi ini juga tidak dibarengi dengan tingkat kepatuhan yang meningkat. Secara umum tingkat
kepatuhan di zona inti maupun zona perlindungan mengalami penurunan dari tahun 2003-2009. Artinya tingkat pengetahuan yang tinggi tidak diikuti tindakan nyata
untuk tidak melakukan aktivitas perikanan di zona inti maupun zona perlindungan. Kawasan TNKJ adalah salah satu tujuan utama wisata di Jawa Tengah dan
diprioritaskan untuk pengembangan wisata serta menunjang aktivitas pendidikan, penelitian dan budidaya. Potensi wisata darat yang tersedia antara lain hutan hujan
tropis dataran rendah dan mangrove memungkinkan untuk dikembangkan menjadi objek penelitian wisata alam dan pusat penelitian. Sebagian pulau-pulau di kawasan
TNKJ merupakan lahan milik masyarakat yang harus dipertahankan aksesibilitasnya. Pulau-pulau tersebut memerlukan lokasi yang tepat untuk menambatkan kapal dan
jetty. Namun sebagian dari wilayah perairan di pulau tersebut adalah zona perlindungan dan zona inti sehingga tidak memungkinkan untuk membangun fasilitas
pariwisata yang permanen. Zona perlindungan perairan yang terletak di sekitar Pulau Burung, Pulau Katang, Pulau Geleang, Pulau Cemara Kecil dan Pulau Sintok telah
menutup akses ke pulau tersebut. Sementara pulau tersebut merupakan lahan milik masyarakat yang belum terakomodir dalam zonasi 2005.
5.1.3. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa 2012