karang sehingga tidak jarang banyak karang yang patah di spot tersebut. Semuanya ini akan berdampak pada ketersediaan jumlah ikan yang semakin sedikit dan tentu
saja akan berdampak pada penurunan jumlah tangkapan ikan nelayan. Nelayan sangat resah dengan hal ini sehingga mereka mencari alternatif pekerjaan yang bisa
menutupi kebutuhan mereka.
6.2.3 Tingkat Pendapatan Nelayan dari Hasil Tangkapan Ikan
Jumlah tangkapan ikan dan nilai jualnya tidak sama setiap harinya karena
jumlah dan jenis ikan yang diperoleh tidak pasti setiap harinya. Jumlah tangkapan
dan jenis ikan yang diperoleh akan mempengaruhi jumlah nilai jual hasil tangkapan nelayan. Harga setiap ikan berbeda-beda. Jenis ikan yang ekonomis semakin menurun
jumlahnya karana banyak ditangkap oleh nelayan. Ikan kerapu dan ikan sunuk adalah ikan paling mahal di Karimunjawa namun jumlahnya semakin menurun dan susah
ditemukan di perairan Karimunjawa akibat penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Berikut akan disajikan data perubahan nilai tangkapan
nelayan non pariwisata dan Nelayan Pariwisata di Karimunjawa pada Tabel 21. Tabel 21. Responden Berdasarkan Nilai Hasil Tangkapan, Desa Karimunjawa, 2012
Nilai Hasil Tangkapan
Rp000,-hari Nelayan Non Pariwisata
Nelayan Pariwisata Sebelum
Sesudah Sebelum
Sesudah n
n n
n Rendah
17 68.0
17 68.0
21 84.0
23 92.0
Sedang 8
32.0 8
32.0 2
8.0 2
8.0 Tinggi
0.0 0.0
2 8.0
0.0 0.0
Total 25
100.0 25
100.0 25
100.0 25
100.0 Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa jumlah pendapatan nelayan
Karimunjawa dari sektor perikanan sebelum dan sesudah adanya pariwisata masih tergolong rendah. Sebelum adanya kegiatan pariwisata, jumlah nelayan yang
berpendapatan rendah paling banyak terdapat pada kelompok nelayan pariwisata. Hal ini terjadi karena mayoritas nelayan wisata menggunakan pancing sebagai alat
tangkapnya. Sedangkan nelayan non pariwisata banyak menggunakan alat tangkap
kompressor sehingga jumlah pendapatannya lebih tinggi. Sebelum adanya kegiatan wisata, jumlah pendapatan nelayan per harinya sangat bervariasi mulai dari Rp
65.000,- sampai Rp 200.000,-. Kelompok yang memiliki nilai jual tangkapan terendah terdapat pada nelayan pancing dengan pendapatan antara Rp 65.000,-
sampai Rp 80.000,- sedangkan kelompok nelayan dengan penghasilan sedang terdapat pada nelayan kompressor dengan pendapatan antara Rp 90.000,- sampai Rp
100.000,-. Kelompok nelayan yang memiliki pendapatan tinggi adalah nelayan yang berstatus juragan kapal yang juga ikut melaut dan langsung menjual sendiri hasil
tangkapannya tanpa melalui juragan ikan yang ada di Karimunjawa. Pendapatan nelayan ini kurang lebih Rp 200.000,- setiap kali melaut.
Setelah adanya kegiatan pariwisata, semakin banyak jumlah nelayan pariwisata yang memiliki pendapatan rendah di bidang perikanan. Kondisi ini
berbeda dengan nelayan non pariwisata yang tidak mengalami perubahan jumlah nelayan pada masing-masing kategori nilai hasil tangkapan sebelum dan sesudah
adanya kegiatan pariwisata. Setelah adanya pengembangan kegiatan wisata, pendapatan nelayan mengalami penurunan. Nelayan yang memiliki pendapatan
rendah mengalami penurunan pendapatan menjadi Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,-. Sedangkan kelompok nelayan yang memiliki pendapatan sedang dan tinggi tidak
mengalami penurunan, yaitu Rp 90.000,- sampai Rp 100.000,- dan Rp 200.000,-. Hal ini terjadi karena kelompok nelayan kompressor masih sering mendapatkan ikan yang
bernilai jual tinggi. Perkembangan pariwisata ternyata ikut memberikan dampak bagi pendapatan
nelayan di bidang perikanan. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan membuat tingkat permintaan akan konsumsi ikan juga meningkat sehingga nelayan juga
menjual ikan yang berukuran kecil di pasar. Menurunnya jumlah tangkapan ternyata membuat harga jual ikan semakin tinggi sebab jumlah ikan yang sedikit namun
permintaan semakin bertambah. Namun, tingginya harga jual ini ternyata tidak diikuti dengan peningkatan jumlah pendapatan nelayan karena jumlah ikan yang diperoleh
oleh nelayan semakin menurun setiap kali melaut.
6.2.4 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata