Pohon pada Lanskap Jalan

5. Mereduksi polusi udara Pohon dapat menyerap berbagai macam gaspartikel beracun yang mencemari udara seperti karbondioksida CO 2 melalui proses fotosintesis, nitrogen dioksida NO 2 yang berasal dari kendaraan bermotor dan bahan bakar gas, sulfur dioksida SO 2 yang berasal dari industri pengecoran logam, pembangkit listrik batu bara, dan penggunaan bahan bakar fosil, serta gas timbal Pb yang bersumber dari kendaraan bermotor Hakim, 2006. Tanaman juga dapat mereduksi gas-gas polutan dalam jumlah terbatas, seperti sulfur dioksida SO 2 , dan hidrogen florida HF, tanpa menimbulkan dampak negatif. Pohon dengan ukuran diameter batang rata-rata 38 cm memiliki potensi untuk mereduksi 43,5 pon SO 2 per tahun jika konsentrasi SO 2 di atmosfer 0,25 ppm. Kelompok tanaman yang ditanam dengan lebar area penanaman rata- rata 182 m dapat mereduksi 75 polutan di atmosfer Carpenter et al., 1975. Kriteria pohon yang dapat digunakan untuk menyerap polutan udara, yaitu mempunyai pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun, dan memiliki percabangan dan massa daun yang padat, serta permukaan daun yang berambut. Selain itu, tanaman yang efektif untuk mengurangi partikel polutan adalah tanaman yang memiliki trikoma tinggi atau memiliki daun yang berbulu, bergerigi atau bersisik Grey dan Deneke, 1978. Grey dan Deneke 1978 juga menambahkan bahwa kriteria penanaman yang digunakan untuk mereduksi polusi udara adalah sebagai berikut: a. penanaman sebaiknya dilakukan tegak lurus dengan arah angin yang umum berlaku; b. penanaman jajaran pohon yang kurang rapat atau terbuka seharusnya secara masif; c. penanaman sebaiknya terkonsentrasi di sekitar sumber polutan. Tanaman jalan sampai batas tertentu bermanfaat dalam menjaga udara tetap segar dan tingkat pencemaran tetap rendah. Hijaunya dedaunan dengan berbagai tekstur dan bayangan yang ditimbulkan oleh pohon akan menghadirkan kelembutan serta kesegaran pada areal beraspal Laurie, 1975. 6. Mengontrol angin Pohon mengendalikan angin dengan cara menahan, menyerap, serta mengalirkan tiupan angin. Penggunaan tanaman pohon sebagai penahan angin merupakan cara yang baik dan efektif dalam mengontrol angin. Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 berpendapat bahwa tanaman yang digunakan untuk mengontrol angin seharusnya merupakan tanaman tinggi dan perdusemak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat, yaitu 3m. Penanaman tanaman dengan jarak tanam rapat dapat menurunkan kecepatan angin antara 75 -- 85 . Jenis tanaman yang digunakan dalam mengontrol angin ini tergantung kepada tinggi pohon, kepadatan massa, bentuk tajuk, dan lebar tajuk. Semakin dekat jarak antara tanaman dengan sumber kebisingan, maka akan semakin efektif fungsinya dalam meredam kebisingan Carpenter et al., 1975. 7. Mencegah erosi Aktivitas manusia dalam penggunaan lahan seperti pembentukan muka tanah, pemotongan, dan penambahan muka tanah cut and fill, selain bermanfaat juga menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi lahan. Hal ini mengakibatkan kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh air hujan atau hembusan angin. Akar pohon dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan dan tiupan angin Hakim, 2006. 8. Merupakan habitat satwa Pohon bermanfaat sebagai sumber makanan serta sebagai tempat berlindung bagi satwa sehingga secara tidak langsung keberadaan pohon ikut berperan serta dalam mempertahankan kelestarian satwa. 9. Meningkatkan nilai estetika Pengaruh pohon terhadap kualitas estetika terlihat dari fungsi arsitektural tajuk pohon dalam memperindah lingkungan jalan. Nilai estetika dari pohon diperoleh dari perpaduan antara warna daun, batang, dan bunga, bentuk fisik pohon batang, percabangan, dan tajuk, tekstur pohon, skala pohon, dan komposisi pohon. Selain itu, nilai estetika juga dapat diperoleh melalui bayangan pohon terhadap dinding dan lantai serta dapat menciptakan bayangan yang berbeda–beda yang diakibatkan oleh angin dan waktu terjadinya bayangan Hakim dan Utomo, 2003. Fungsi pohon lanskap jalan dipengaruhi oleh karakter setiap tanaman yang meliputi bentuk tajuk, luas perakaran, sifat tumbuh, dan tampilan pohon secara keseluruhan Lestari dan Kencana, 2008.

2.5. Struktur Pohon

Karakteristik struktur pohon mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan spesifik atau disebut model arsitektural pohon, yang dapat menghasilkan variasi bentuk tajuk dan struktur percabangan Halle et al., 1978. Booth 1983 membagi bentuk tajuk pohon menjadi 7 kelompok yaitu, globular bentuk yang membulat, columnar bentuk yang tinggi ramping, spread bentuk yang menyebar, picturesque bentuk eksotismenarik, weeping bentuk ranting- ranting merundukmenjurai, pyramidal bentuk kerucut, dan fastigiate bentuk tinggi ramping dan ujungnya meruncing. Sementara itu, menurut Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 bentuk tajuk pohon terdiri atas, bulat rounded, oval, kubah dome, menyerupai huruf V V-shape, tidak beraturan irregular, kerucut conical, kolom kolumnar, persegi empat square, menyebar bebas spreading, dan vertikal. Bentuk-bentuk tajuk pohon ini dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 6. Sumber : Kreasi Penulis Berdasarkan Keterangan Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 Gambar 6. Bentuk Tajuk Pohon Danserau 1957 dalam Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974 mendefinisikan struktur sebagai organisasi dalam ruang dari individu-individu yang membentuk tegakan. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa elemen- elemen utama struktur tanaman adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan tajuk. Lalu Mueller-Dumbois dan Ellenberg 1974 membagi struktur tanaman menjadi lima tingkatan, yaitu fisiognomi tanaman, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik dan struktur tegakan. Forsberg 1961 dalam Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974 menyatakan bahwa fisiognomi tanaman merupakan penampilan eksternal dari tanaman. Fisiognomi dipahami sebagai bagian dari struktur biomassa yang menampilkan karakteristik fisik dan fenomena fungsional seperti daun-daun yang rontok. Pengertian struktur biomassa adalah penggabungan secara spesifik antara tajuk dan ketinggian tanaman dalam matriks penutupan kanopi tanaman. Walaupun tidak begitu terlihat seperti halnya ukuran tanaman, tajuk tanaman merupakan faktor kunci dalam komposisi struktur tanaman. Tajuk dapat mempengaruhi kesatuan dan keragaman, bertindak sebagai aksen atau pembentuk pemandangan, dan mengatur koordinasi tanaman bermassa daun padat dengan elemen-elemen lainnya dalam desain Booth, 1983. Struktur bentuk hidup terkait dengan komposisi dari bentuk-bentuk pertumbuhan atau bentuk-bentuk hidup dari tanaman. Konsep bentuk hidup ini mengelompokan individu-individu spesies tanaman dengan morfologi fisik yang sama ke dalam tipe-tipe bentuk hidup. Struktur bentuk hidup dapat dinyatakan secara kuantitatif. Struktur bentuk hidup juga dapat disebut sebagai komposisi bentuk hidup. Sementara itu, pengertian struktur floristik dipahami sebagai komposisi floristik tanaman pada tingkat spesies Forsbeg dalam Mueller- Dumbois dan Ellenberg, 1974. Kershaw dan Looney 1985 dalam Mueller-Dumbois dan Ellenberg 1974 membedakan struktur tanaman menjadi tiga komponen: 1. struktur vertikal, yang meliputi tingkat pertumbuhan, atau jenis-jenis tumbuhan mulai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi; 2. struktur horizontal distribusi spatial populasi jenis dan individu, yaitu individu yang pertumbuhannya menyebar pada kawasan tersebut, yang dipengaruhi oleh jarak antara satu individu tanaman dengan individu lain; 3. struktur kuantitatif, yang meliputi kelimpahan atau keanekaragaman jenis, dengan distribusi dari masing-masing jenis yang mencakup kerapatan, frekuensi, dominansi, dan sebagainya.

2.6. Kerusakan Pohon

Kerusakan pohon biasanya disebabkan oleh bakteri patogen, hama serangga, polusi udara, serta faktor-faktor alam maupun buatan yang mempengaruhi pertumbuhan dan ketahanan pohon Nuhamara et al., 2001. Menurut Arifin dan Arifin 2005, kerusakan tanaman dapat disebabkan oleh penyakit tanaman menular infectious plant diseases dan penyakit tanaman tidak menular non-infectious plant diseases. Penyakit menular pada tanaman biasanya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, mikroplasma, dan nematoda. Sementara itu, penyakit yang tidak menular pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan zat hara, O 2 , CO 2 , atau cahaya; kekurangan atau kelebihan air tanah; terkena polusi udara; atau pH tanah yang tidak sesuai. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Soeratmo 1974 yang menyatakan bahwa beberapa unsur lingkungan yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon, yaitu sebagai berikut. 1. Polutan Industri Kerusakan pohon dapat disebabkan oleh asap atau gas-gas beracun dari suatu industri atau pabrik. Tingkat kerusakan pohon akan tinggi bila pohon berlokasi dekat dengan sumber polutan. Gejala kerusakan yang umum terlihat adalah perubahan warna daun. Saat intensitas polutan tinggi, daun-daun akan mengalami kekeringan, dan berguguran hingga akhirnya tanaman mati. 2. Kerusakan Mekanis Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berupa luka terbuka pada kulit pohon. Namun, pada beberapa kasus kerusakan mekanis ditandai dengan cabang yang patah. Kerusakan mekanis ini dapat disebabkan oleh sambaran petir maupun aktivitas manusia dalam membuat saluran irigasi, memasang kabel listrik, atau memasang kabel telepon.