2. sistem jalan arteri primer major arterial system, yaitu sistem jalan yang
memungkinkan adanya arus pergerakan di antara simpangan lalu lintas dan jalan melalui daerah perkotaan dan akses langsung ke setiap perbatasan suatu
permukiman; 3.
sistem jalan kolektor collector street system, yaitu sistem jalan yang memungkinkan adanya arus penghubung pergerakan kendaraan antara sistem
jalan arteri primer dan jalan lokal dengan akses langsung menuju perbatasan suatu permukiman;
4. sistem jalan lokal local street system, yaitu sistem jalan yang memungkinkan
adanya pergerakan rambu lokal dan akses langsung menuju perbatasan suatu lahan.
Setiap jalan baik di pedesaan maupun perkotaan memiliki keunikan dalam desain serta karakteristik fungsional dan regionalnya sendiri. Jalan tersebut
berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan serta sebagai tempat pusat aktivitas Simonds dan Starke, 2006. Jalan selain dapat digunakan untuk
banyak tujuan dan tipe penggunaan yang berbeda dengan perbedaan kebutuhan, tujuan, fungsi, dan tugasnya, jalan juga harus dapat mengakomodasi kebutuhan
pengguna jalan, antara lain, jalur kendaraan bermotor, sirkulasi orang dan barang, serta sarana pendukung jalan.
2.2. Lanskap Jalan
Keberadaan lanskap jalan sangat mutlak diperlukan dalam mendukung kelancaran sirkulasi jalan. Lanskap jalan tidak hanya terdiri atas jalur jalan saja,
melainkan mencakup bangunan yang ada di sekelilingnya Eckbo, 1964. Sementara menurut Direktorat Jenderal Bina Marga 2010, lanskap jalan adalah
wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk dari lingkungan jalan yang terbentuk dari elemen alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai
panorama indah maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya.
Lanskap jalan berfungsi untuk mendukung penggunaan secara terus- menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat,
mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan ruang,
membentuk lingkungan, membentuk karakter lingkungan, membangun karakter spasial, dan membangun visual Booth, 1983. Lanskap jalan ini mempunyai ciri
khas karena harus disesuaikan dengan ketentuan geometrik jalan dan digunakan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan
lingkungan jalan yang indah, serasi, dan memenuhi fungsi keamanan Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010.
Nilai suatu lanskap pada jalan dapat dimaksimalkan melalui perancangan fitur-fitur lanskap yang bertujuan menampilkan keindahan sekaligus
memeliharanya. Perancangan lanskap jalan yang baik harus menyediakan kenyamanan, menarik perhatian, dan menyenangkan bagi pengguna jalan
Simonds dan Starke, 2006. Lanskap jalan harus memberikan kesan yang menyenangkan dengan menyelaraskan keharmonisan dengan kesatuan tanaman
sehingga fungsional secara fisik dan visual. Selain itu, perancangan lanskap jalan yang baik juga harus menyediakan keterhubungan pergerakan yang disesuaikan
dengan tipe lalu lintas yang ada dengan memperhatikan faktor keselamatan, keefisienan, dan kesesuaian terhadap tapak yang keseluruhan elemennya
dihubungkan sebagai satu kesatuan sistem Simonds, 1983.
2.3. Pohon pada Lanskap Jalan
Pohon adalah tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam, dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta tinggi lebih dari 3 meter Hakim dan
Utomo, 2003. Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga 2010,
pohon adalah semua tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang
utama yang tumbuh tegak dan menopang tajuk pohon.
Pohon berdasarkan ketinggiannya dibedakan atas pohon rendah, pohon sedang, dan pohon tinggi.
Pohon rendah ialah pohon yang tingginya kurang dari 6 m; pohon sedang adalah pohon yang memilki ketinggian antara 6 -- 15 m; pohon tinggi ialah pohon yang
ketinggiannya mencapai lebih dari 15 m Lestari dan Kencana, 2008. Secara morfologi, bagian-bagian tubuh pohon meliputi akar, batang,
cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Akar, batang, dan cabang merupakan organ terpenting dalam sistem kehidupan tanaman. Akar adalah bagian tubuh
tanaman yang terdapat di dalam tanah dan berguna untuk menghisap air tanah
serta menjaga agar batang dapat berdiri tegak Haryono, 1994. Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama antara bagian
akar dengan bagian tajuk pohon canopy, serta sebagai pengumpul air dan mineral, sebagai pusat pengolahan energi produksi gula dan reproduksi. Cabang
adalah bagian batang, tetapi berukuran kecil dan berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari Direktorat
Jenderal Bina Marga, 2010. Daun adalah bagian tubuh tanaman yang berguna untuk membuat makanan karbohidrat melalui proses fotosintesis. Daun
berwarna hijau karena mengandung butir-butir hijau daun yang dapat mengubah cahaya matahari, karbon dioksida, dan air menjadi karbohidrat Haryono, 1994.
Secara umum, pohon merupakan elemen utama yang secara individu atau berkelompok penampilannya dapat mempengaruhi penampakan visual dan
memberikan kesan yang berbeda-beda dari jarak pengamatan berbeda di dalam lanskap Carpenter et al., 1975. Penanaman pohon tepi jalan bertujuan
memisahkan pejalan kaki dan jalan kendaraan untuk keselamatan, kenyamanan serta memberi ruang bagi utilitas atau perlengkapan jalan lainnya Direktorat
Jenderal Bina Marga, 1996. Menurut Arnold 1980, penanaman pohon tepi jalan bertujuan untuk menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan dengan memisahkan
berbagai aktivitas yang berlangsung pada jenis sirkulasi, mengarahkan pandangan, dan memberikan zona aman dan terlindung.
Pemilihan tanaman perlu memperhatikan berbagai pertimbangan, antara lain, bentuk tanaman yang mencakup morfologi batang, cabang, ranting, daun,
bunga, dan buah, tinggi, dan tajuk tanaman terkait dengan keharmonisan, keserasian, dan keselamatan. Pemilihan morfologi, tinggi, tajuk tanaman, dan
penempatan tanaman sebagai elemen lanskap menjadi pertimbangan yang penting dalam ilmu arsitektur lanskap jalan Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010.
Pemilihan tanaman untuk penanaman lanskap jalan harus memenuhi kriteria tanaman jalan berdasarkan kondisi organ tanaman yang tertera dalam
Direktorat Jenderal Bina Marga 2010, sebagai berikut:
aru. 1.
Akar a.
Tidak merusak struktur jalan. b.
Kuat. c.
Bukan akar dangkal 2.
Batang a.
Kuattidak mudah patah. b.
Tidak bercabang di bawah. 3.
Dahanranting a.
Tidak mudah patah. b.
Tidak terlalu menjuntai ke bawah agar tidak menghalangi pandangan. 4.
Daun a.
Tidak mudah rontok. b.
Tidak terlalu rimbun. c.
Tidak terlalu besar sehingga jika jatuh tidak membahayakan pengguna jalan.
5. Bunga
a. Tidak mudah rontok.
b. Tidak beracun.
6. Buah
a. Tidak mudah rontok.
b. Tidak berbuah besar.
c. Tidak beracun.
7. Sifat lainnya, seperti:
a. Cepat pulih dari stress yang salah satu cirinya dengan mengeluarkan
tunas b b.
Tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri. Sementara itu, kriteria pohon yang sesuai untuk penanaman lanskap jalan menurut
Direktorat Jenderal Bina Marga 1992 adalah sebagai berikut: 1.
Batangcabang tidak mudah patah. 2.
Ketinggian tanaman 2 - 3 m dari batas permukaan perakaran. 3.
Diameter batang 0,05 – 0,10 m. 4.
Diameter tajuk lebih besar dari 0,50 m
5. Tinggi tanaman 1,50 – 2,00 m
6. Jarak tanam minimum 4,00 m.
7. Jarak titik tanam dari kereb 2 – 3 m.
8. Telah memiliki percabangan sebanyak 3 – 5 cabang.
9. Bola akar berdiameter minimum 20 cm dibungkus dengan polybag atau
pelepah daun pisang atau karung goni. 10.
Kondisi sehat, bebas hama atau penyakit, segar dan terawat. Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 juga menyatakan bahwa jarak
titik tanam dengan tepi perkerasan mempertimbangkan pertumbuhan perakaran tanaman agar tidak mengganggu struktur perkerasan jalan. Jarak titik tanam
terhadap tepi kereb adalah 2 -- 3 m Gambar 3, sementara jarak titik tanam pohon terhadap perkerasan untuk daerah perkotaan adalah 4 m. Pohon yang ditanam
harus diatur agar bayangan pohon tidak menutupi pancaran cahaya lampu jalan. Selain itu, penanaman pohon tepi jalan pada tikungan jalan harus memperhatikan
bentuk tikungan dan luas daerah bebas samping di tikungan Direktorat Jenderal bina Marga, 2010.
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2010
Gambar 3. Sketsa Jarak Titik Tanam Pohon dengan Perkerasan
Selain itu, pohon yang ditanam berbaris terutama pada jalur tanaman juga mempertimbangkan jarak tanam antartanaman. Jarak tanam antarpohon
digolongkan rapat apabila 4 m serta tajuk dari masing-masing pohon saling bertautan Gambar 4. Sementara itu, jarak tanam antarpohon digolongkan jarang
apabila jarak tanam antarpohon 4 m Gambar 5.
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2010
Gambar 4. Sketsa Jarak Tanam Antarpohon Rapat
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2010
Gambar 5. Sketsa Jarak Tanam Antarpohon Jarang
2.4. Fungsi Pohon