Fungsi Pohon TINJAUAN PUSTAKA

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 Gambar 4. Sketsa Jarak Tanam Antarpohon Rapat Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 Gambar 5. Sketsa Jarak Tanam Antarpohon Jarang

2.4. Fungsi Pohon

Tanaman pada lanskap jalan menghasilkan suasana alami di lingkungan perkotaan melalui berbagai tekstur dan warna serta bayangan yang ditimbulkan sehingga dapat menghadirkan kesegaran dan kelembutan di antara elemen perkerasan jalan Carpenter et al., 1975. Selain itu, keberagaman bentuk pohon dapat menyajikan sentuhan kehidupan dan keindahan dalam suatu lingkungan lanskap jalan Booth, 1983. Kehadiran pohon di lingkungan perkotaan memenuhi tiga fungsi utama yaitu 1 fungsi struktural, sebagai dinding, atap, dan lantai dalam membentuk ruang serta dapat mempengaruhi pemandangan dan arah pergerakan; 2 fungsi lingkungan, meningkatkan kualitas udara dan air, mencegah erosi, dan berperan dalam modifikasi iklim; 3 fungsi visual, sebagai titik yang dominan dan penghubung visual melalui karakteristik yang dimiliki tanaman seperti bentuk, ukuran, tekstur, dan warna Booth, 1983. Selain itu, penggunaan tanaman melalui penanaman pohon pada jalan bertujuan menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan Arnold, 1980, serta berfungsi dalam mengendalikan iklim mikro, membatasi fisik, mengontrol pandangan, mereduksi kebisingan dan polutan udara, mengontrol angin, mencegah erosi, merupakan habitat satwa, dan meningkatkan nilai estetika lingkungan lanskap jalan Hakim, 2006. Pemaparan mengenai beberapa fungsi pohon lanskap jalan adalah sebagai berikut. 1. Mengendalikan iklim mikro Salah satu manfaat pohon pada lanskap jalan adalah untuk memperbaiki iklim mikro Grey dan Deneke, 1978. Pohon mengontrol iklim mikro dengan memberikan naungan dan menurunkan suhu Carpenter et al., 1975. Proses penurunan suhu udara yang dilakukan oleh pohon melalui penyerapan, pemantulan, dan pengontrolan radiasi sinar matahari Grey dan Deneke, 1978. Menurut Hakim 2006, tanaman menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga menurunkan suhu dan iklim dan mikro. Tanaman sebagai unsur alamiah merupakan indikator iklim mikro yang baik, seperti jalur pepohonan yang rimbun dapat mengalihkan hembusan angin, bayangan dari kanopi pohon berperan serta dalam mengontrol suhu, dan oksigen yang dihasilkan dapat memberikan kesejukan Laurie, 1975. Suhu udara di dalam daerah bayang-bayang kanopi pohon dapat lebih rendah 8ºC daripada di ruang terbuka Booth, 1983. Sementara, suhu permukaan elemen di bawah kanopi pohon mencapai 28-29ºC, suhu permukaan semak 28-33ºC, suhu permukaan tanaman penutup tanah dan rumput 35-36ºC, dan suhu permukaan aspal mencapai 50ºC Sulistyantara, 1995. 2. Membatasi fisik Pohon berfungsi sebagai pembatas fisik dalam menghalangi sekaligus mengarahkan pergerakan manusia. Selain itu, pohon juga dapat digunakan sebagai pembatas area Lestari dan Kencana, 2008. Penanaman pohon pada tepi jalan bertujuan sebagai pembatas antara jalur pejalan kaki dan jalan kendaraan untuk keselamatan, kenyamanan, dan memberikan ruang bagi utilitas maupun perlengkapan jalan lainnya Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996. 3. Mengontrol pandangan Salah satu fungsi pohon lanskap jalan adalah mengontrol pemandangan seperti mengurangi cahaya yang menyilaukan Carpenter et al., 1975. Menurut Hakim dan Utomo 2003, pohon pada lanskap jalan dapat berfungsi dalam menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari dan lampu jalan pada jalan raya melalui proses evapotranspirasi. Menurut Robinette 1993, pada dasarnya pohon dapat mengontrol pengaruh sinar matahari dengan cara menyaring radiasi dan memantulkan cahaya matahari melalui warna hijau pada daunnya. Laurie 1986 berpendapat bahwa tanaman dapat efektif dalam mengontrol kesilauan bila pada penanamannya, menggunakan pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen sehingga dapat memberikan toleransi tembus pandang dengan pengaturan secara berkelompok. Sementara itu, untuk menghalangi silau cahaya matahari sebaiknya dipilih pohon atau perdu dengan massa daun padat dan ditanam dengan jarak yang rapat pada ketinggian 1,5 m. Pada jalur jalan raya bebas hambatan, penanaman pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan. Sebaliknya, pada jalur median ditanam tanaman semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010. 4. Mereduksi kebisingan Pohon yang ditanam pada jalan cukup berkontribusi dalam mengurangi kebisingan Simonds dan Starke, 2006. Daun, cabang, dan ranting pada pohon mampu meredam suara kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara Hakim, 2006. Secara umum, pohon paling efektif ketika digunakan untuk mereduksi kebisingan dengan frekuensi tinggi Carpenter et al., 1975. Efektivitas pohon dalam mengontrol bising bergantung dari tinggi pohon, kepadatan daun, dan jarak antarpohon. Pohon berdaun tebal, cabang dan batang yang besar, dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan merupakan pohon yang efektif dalam mengontrol kebisingan Grey dan Deneke, 1978. Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 menambahkan tanaman yang berfungsi sebagai penyerap kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun padat. Beberapa tanaman dengan lebar tajuk 7 -- 15 m dapat mereduksi kebisingan pada frekuensi tertinggi, yaitu 10 -- 20 dB. Sementara tanaman pinus dan cemara dengan lebar tajuk 15 -- 30 m dapat mereduksi kebisingan pada frekuensi terendah, yaitu sebesar 10 dB Carpenter et al., 1975. 5. Mereduksi polusi udara Pohon dapat menyerap berbagai macam gaspartikel beracun yang mencemari udara seperti karbondioksida CO 2 melalui proses fotosintesis, nitrogen dioksida NO 2 yang berasal dari kendaraan bermotor dan bahan bakar gas, sulfur dioksida SO 2 yang berasal dari industri pengecoran logam, pembangkit listrik batu bara, dan penggunaan bahan bakar fosil, serta gas timbal Pb yang bersumber dari kendaraan bermotor Hakim, 2006. Tanaman juga dapat mereduksi gas-gas polutan dalam jumlah terbatas, seperti sulfur dioksida SO 2 , dan hidrogen florida HF, tanpa menimbulkan dampak negatif. Pohon dengan ukuran diameter batang rata-rata 38 cm memiliki potensi untuk mereduksi 43,5 pon SO 2 per tahun jika konsentrasi SO 2 di atmosfer 0,25 ppm. Kelompok tanaman yang ditanam dengan lebar area penanaman rata- rata 182 m dapat mereduksi 75 polutan di atmosfer Carpenter et al., 1975. Kriteria pohon yang dapat digunakan untuk menyerap polutan udara, yaitu mempunyai pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun, dan memiliki percabangan dan massa daun yang padat, serta permukaan daun yang berambut. Selain itu, tanaman yang efektif untuk mengurangi partikel polutan adalah tanaman yang memiliki trikoma tinggi atau memiliki daun yang berbulu, bergerigi atau bersisik Grey dan Deneke, 1978. Grey dan Deneke 1978 juga menambahkan bahwa kriteria penanaman yang digunakan untuk mereduksi polusi udara adalah sebagai berikut: a. penanaman sebaiknya dilakukan tegak lurus dengan arah angin yang umum berlaku; b. penanaman jajaran pohon yang kurang rapat atau terbuka seharusnya secara masif; c. penanaman sebaiknya terkonsentrasi di sekitar sumber polutan. Tanaman jalan sampai batas tertentu bermanfaat dalam menjaga udara tetap segar dan tingkat pencemaran tetap rendah. Hijaunya dedaunan dengan berbagai tekstur dan bayangan yang ditimbulkan oleh pohon akan menghadirkan kelembutan serta kesegaran pada areal beraspal Laurie, 1975. 6. Mengontrol angin Pohon mengendalikan angin dengan cara menahan, menyerap, serta mengalirkan tiupan angin. Penggunaan tanaman pohon sebagai penahan angin merupakan cara yang baik dan efektif dalam mengontrol angin. Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 berpendapat bahwa tanaman yang digunakan untuk mengontrol angin seharusnya merupakan tanaman tinggi dan perdusemak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat, yaitu 3m. Penanaman tanaman dengan jarak tanam rapat dapat menurunkan kecepatan angin antara 75 -- 85 . Jenis tanaman yang digunakan dalam mengontrol angin ini tergantung kepada tinggi pohon, kepadatan massa, bentuk tajuk, dan lebar tajuk. Semakin dekat jarak antara tanaman dengan sumber kebisingan, maka akan semakin efektif fungsinya dalam meredam kebisingan Carpenter et al., 1975. 7. Mencegah erosi Aktivitas manusia dalam penggunaan lahan seperti pembentukan muka tanah, pemotongan, dan penambahan muka tanah cut and fill, selain bermanfaat juga menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi lahan. Hal ini mengakibatkan kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh air hujan atau hembusan angin. Akar pohon dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan dan tiupan angin Hakim, 2006. 8. Merupakan habitat satwa Pohon bermanfaat sebagai sumber makanan serta sebagai tempat berlindung bagi satwa sehingga secara tidak langsung keberadaan pohon ikut berperan serta dalam mempertahankan kelestarian satwa. 9. Meningkatkan nilai estetika Pengaruh pohon terhadap kualitas estetika terlihat dari fungsi arsitektural tajuk pohon dalam memperindah lingkungan jalan. Nilai estetika dari pohon diperoleh dari perpaduan antara warna daun, batang, dan bunga, bentuk fisik pohon batang, percabangan, dan tajuk, tekstur pohon, skala pohon, dan komposisi pohon. Selain itu, nilai estetika juga dapat diperoleh melalui bayangan pohon terhadap dinding dan lantai serta dapat menciptakan bayangan yang berbeda–beda yang diakibatkan oleh angin dan waktu terjadinya bayangan Hakim dan Utomo, 2003. Fungsi pohon lanskap jalan dipengaruhi oleh karakter setiap tanaman yang meliputi bentuk tajuk, luas perakaran, sifat tumbuh, dan tampilan pohon secara keseluruhan Lestari dan Kencana, 2008.

2.5. Struktur Pohon