BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di sepanjang jalan dari Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon Kota Bogor Lampiran 1 dan hanya dibatasi hingga
Rumaja ruang manfaat jalan. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 1985 tertulis bahwa Rumaja adalah
ruang di sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman pada ruang bebas tertentu
yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan digunakan untuk badan jalan, ambang
pengaman, saluran tepi jalan, dan bangunan utilitas jalan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor, 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011
hingga Maret 2012.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital dengan resolusi 7 megapixel, flash disk, clinometer, rollmeter, kalkulator,
dan komputer portable dengan aplikasi seperti Corel Draw, Google Chrome, Photoscape
, Paint, dan Microsoft Office Microsoft Word, Microsoft Office Picture Manager
dan Microsoft Excel.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu tahap penentuan segmen segmentasi, tahap inventarisasi, tahap evaluasi, tahap analisis, tahap
sintesis, dan rekomendasi.
3.3.1. Penentuan Segmen
Metode yang digunakan dalam proses evaluasi fungsi ini adalah pengamatan langsung di sepanjang Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal
Laladon yang dibagi ke dalam 6 segmen Segmen I -- VI berdasarkan perbedaan karakter pada komposisi penanaman dan jenis tanamannya Lampiran 2.
Segmentasi ini bertujuan untuk mempermudah pengamatan fungsi dan struktur pohon. Pendeskripsian keenam segmen jalan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Segmen I adalah ruas jalan antara titik persimpangan Jln. Kapten Muslihat dan Jln. Ir. H. Juanda hingga Jalan Kapten Muslihat Jembatan Merah
dengan penggunaan lahan yang meliputi daerah perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan wisata.
2. Segmen II adalah ruas jalan antara Jalan Kapten Muslihat Jembatan Merah
hingga Jln. Veteran. Penggunaan lahan pada area ini meliputi daerah pemukiman warga, dan perdagangan dan jasa.
3. Segmen III adalah ruas jalan antara Jalan Veteran persimpangan Ciomas
hingga Markas Yonif Garuda 315 di Jln. Mayjen Ishak Djuarsa dengan penggunaan lahan yang meliputi daerah pemukiman, bangunan komersial,
dan fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sarana pendidikan, dan kesehatan. 4.
Segmen IV adalah ruas jalan antara Markas Yonif Garuda 315 hingga Jln. Mayjen Ishak Djuarsa titik persimpangan Jln. Sindang Barang dan Jln. Darul
Qur’an. Penggunaan lahan pada area ini meliputi daerah pemukiman, bangunan komersial, dan fasilitas sosial seperti sarana pendidikan dan
kesehatan. 5.
Segmen V adalah ruas jalan antara titik persimpangan Jln. Sindang Barang dan Jln. Darul Qur’an hingga titik persimpangan Jln. Letjen Ibrahim Adjie
dan Jln. Bayangkari. Penggunaan lahan pada area ini meliputi daerah pemukiman dan bangunan komersial.
6. Segmen VI adalah ruas jalan antara titik persimpangan Jalan Bayangkari dan
Jln. Letjen Ibrahim Adjie hingga Terminal Laladon Jalan Letnan Ibrahim Adjie. Penggunaan lahan pada segmen ini meliputi daerah pertanian,
pemukiman, dan bangunan komersial.
3.3.2. Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan data fisik lanskap jalan, seperti iklim suhu udara, curah hujan, kelembaban udara relatif, kecepatan angin,
dan lama penyinaran matahari, topografi morfologi dan kemiringan lahan, tanah jenis tanah, sifat fisik, dan sifat kimia tanah, geologi jenis batuan,
endapan batuan, dan struktur geologi, hidrologi sistem drainase dan sifat aliran drainase, dan pohon jumlah, jenis, tinggi, diameter, bentuk tajuk, dan kerusakan
organ, seperti yang tertera pada tabel berikut ini Tabel 1.
Tabel 1. Inventarisasi Aspek Fisik Lanskap Jalan
No. Aspek Fisik
Unsur Jenis Data
Sumber Data 1 Iklim
Suhu udara, curah hujan, kelembaban, udara relatif, kecepatan angin, dan
lama penyinaran matahari Sekunder Literatur
2 Topografi
Morfologi dan kemiringan lahan Sekunder
Literatur 3 Tanah
Jenis tanah, sifat fisik, dan sifat kimia tanah
Sekunder Literatur 4 Geologi
Jenis batuan, endapan batuan, dan struktur geologi
Sekunder Literatur 5 Hidrologi
Sistem drainase dan sifat aliran drainase
Sekunder Literatur 6
Tata Guna Lahan
Penggunaan dan pemanfaatan lahan Primer
Pengamatan 7 Vegetasi
Jenis, jumlah, tinggi, diameter, bentuk tajuk, dan kerusakan organ
pohon Primer
Pengamatan dan Literatur
Pengambilan data dilakukan melalui dua cara, yaitu secara langsung melalui pengamatan di lapang data primer dan tidak langsung berdasarkan
literatur dan sumber terkait data sekunder. Pengambilan data tata guna lahan dilakukan secara langsung dan pohon dilakukan secara langsung dan tidak
langsung, sedangkan pengambilan data iklim, topografi, tanah, geologi, dan hidrologi dilakukan secara tidak langsung.
3.3.3. Evaluasi
Tahap evaluasi ini dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu evaluasi fungsi pohon dan evaluasi struktur pohon lanskap jalan.
3.3.3.1. Evaluasi Fungsi Pohon
Evaluasi fungsi pohon pada lanskap jalan dilakukan melalui pengamatan kriteria setiap fungsi pohon pada tiap segmen jalan berdasarkan Hakim dan Utomo
2003, Wungkar 2005, dan Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 sebagai berikut.
a. Fungsi pengarah adalah fungsi pohon dalam mengarahkan sirkulasi dan
membantu memudahkan sirkulasi bagi pengguna jalan. Pohon yang berfungsi
sebagai pengarah ini memiliki komposisi penanaman yang berbaris dan berkesinambungan.
b. Fungsi pembatas adalah fungsi pohon seperti tabir yang membatasi
pandangan dan pergerakan manusia dan kendaraan. Pohon yang berfungsi sebagai pembatas ini memiliki komposisi penanaman yang berbaris dan
membentuk massa. c.
Fungsi peneduh adalah fungsi pohon dalam memberi keteduhan dan menyaring sinar matahari. Pohon yang berfungsi sebagai peneduh memiliki
karakteristik massa daun yang padat serta bentuk tajuk spreading, rounded, atau dome.
d. Fungsi kontrol angin adalah fungsi pohon dalam menahan, memecah,
mengarahkan dan mengalirkan angin. Pohon dengan fungsi ini sebaiknya ditanam secara berbaris dan berkelompok membentuk massa.
e. Fungsi kontrol bunyi adalah fungsi pohon dalam mengurangi suara bising
kendaraan. Pohon dengan fungsi ini sebaiknya ditanam di dekat tepi jalan dengan kombinasi berbagai jenis pohon yang memiliki massa daun padat.
f. Fungsi kontrol cahaya adalah fungsi pohon dalam menahan, memantulkan,
dan mengurangi silau cahaya matahari atau lampu kendaraan. Pohon dengan fungsi ini sebaiknya ditanam dengan kombinasi berbagai jenis dengan massa
daun yang padat. g.
Fungsi kontrol polusi adalah fungsi pohon sebagai pereduksi polutan udara yang dihasilkan oleh pabrik dan kendaraan bermotor. Pohon yang memiliki
fungsi ini dicirikan dengan toleransi yang tinggi terhadap polusi udara dan kemampuannya dalam menyerap polutan. Komposisi tanaman pengontrol
polusi sebaiknya terdiri dari kombinasi pohon dan perdu dengan jarak tanam rapat, massa daun padat, serta batang dan cabang berteksur kasar.
h. Fungsi konservasi adalah fungsi pohon dalam melindungi tanah dan air serta
mencegah erosi. Pohon yang memiliki fungsi ini sebaiknya ditanam secara massal dan dikombinasikan bersama tanaman penutup tanah dengan
penutupan merata.
i. Fungsi pemberi identitas adalah fungsi pohon dalam memberikan identitas
bagi pengguna jalan untuk mengenal jalan tertentu. Pohon dengan fungsi ini harus memiliki nilai sejarah dan suatu ciri khas serta ditanam dengan pola
penanaman tertentu. Kriteria setiap fungsi pohon lanskap jalan disajikan dalam Tabel 2.
No. Fungsi
Kriteria Fungsi Gambar Ilustrasi
a Pohon dengan ketinggian
≥ 6 m. b
Penanaman secara massal atau berbaris.
1 Pengarah
c Jarak tanam yang rapat. d Penanaman secara kontinyu
atau berkesinambungan. e Berkesan rapi serta
memudahkan orientasi. a Massa daun padat.
b Percabangan lentur. 2
Pembatas c Penanaman berbaris atau
membentuk massa.
d Jarak tanam rapat. a Pohon dengan ketinggian sedang
atau 15 m. b Pohon dengan tajuk spreading,
bulat, dome
, dan irregular. c Tajuk bersinggungan.
3 Peneduh d Bermassa daun padat.
e Ditempatkan pada jalur tanaman minimal 1,5 m.
f Percabangan 2 – 5 m di atas tanah.
g Penanaman secara berbaris dan berkesinambungan.
a Jarak tanam rapat.
Tabel 2. Kriteria Fungsi Pohon Lanskap Jalan
4 Kontrol Cahaya b Bermassa daun padat. c Berdaun sempit.
No. Fungsi Kriteria Fungsi
Gambar Ilustrasi a Tanaman tinggi, perdu, atau
semak. b Tahan angin atau tidak mudah
tumbang. c Bermassa daun padat dan tidak
5 Kontrol Angin mudah rontok.
d Tidak berdaun lebar. e Penanaman berbaris atau
membentuk massa.
f Jarak tanam yang rapat. a Terdiri dari beberapa lapis
tanaman kombinasi pohon, perdu, dan semak.
b Penanaman di dekat tepi jalan.
c Bermassa daun padat atau berdaun tebal.
6 Kontrol Bunyi d Kombinasi antara tanaman
dengan dinding peredam. e Terdapat variasi bentuk tajuk
secara vertikal. f Jarak tanam antartanaman
yang rapat.
g Terdapat penanaman beberapa spesies secara bersamaan.
a Toleransi terhadap polusi b Kuat dalam menyerap
polutan gas
NO
2
dan partikel lainnya.
c Terdiri dari beberapa lapis 7 Kontrol Polusi
tanaman atau kombinasi pohon, perdu, dan semak.
d Jarak tanam rapat. e Massa daun padat.
f Cabang dan batang bertekstur bertekstur kasar.
No. Fungsi Kriteria Fungsi
Gambar Ilustrasi a Terdapat penutup tanah
tahunan atau rumput. b Penanaman secara
8 Konservasi massal
c Jarak tanam rapat. d Massa daun padat.
e Penutupan merata. a Mempunyai ciri khas tertentu.
9 Pemberi Identitas b Memiliki pola penanaman tertentu. c Tanaman memiliki nilai sejarah.
Keterangan: Kriteria fungsi pohon ditetapkan berdasarkan kriteria dari Hakim Utomo 2003, Wungkar 2005, Direktorat Jenderal Bina Marga 2010.
Gambar merupakan ilustrasi dari Direktorat Jenderal Bina Marga 2010.
3.3.3.2. Evaluasi Struktur Pohon
Evaluasi struktur pohon lanskap jalan dilakukan dengan menggunakan pendekatan fisiognomi tanaman. Fisiognomi tanaman adalah penampilan
eksternal dari tanaman Mueller-Dumbois dan Ellenberg, 1974. Penilaian fisiognomi tanaman dapat dilakukan sewaktu-waktu, tetapi cenderung subjektif
Halle et al., 1978. Penilaian fisiognomi pohon dilakukan melalui pengamatan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan fisik pohon, seperti bentuk tajuk, diameter, tinggi dan kerusakan pohon yang dapat disebabkan oleh serangan
hamapenyakit tanaman atau aktivitas manusia. Proses pengambilan data fisiognomi pohon ini menggunakan metode penarikan contoh acak berlapis, yaitu
dengan mengambil contoh acak sederhana pada setiap segmen jalan, dengan perhitungan sebagai berikut Walpole, 1992:
ni = n
dengan
N Ni
ni : jumlah sampel segmen ke-i Ni : populasi segmen ke-i
N : populasi seluruh segmen n : jumlah sampel seluruh segmen
Nilai n dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n = ND + 1
N
L
∑ N
i
б
2 i
i=1 L
∑ N
i
б
2 i
i=1
Variabel L merupakan jumlah sampel pada tapak yang dalam hal ini besarnya adalah 6 Segmen I -- VI. Sementara itu, D adalah variabel yang ditentukan oleh
variabel B sebagai batas kesalahan bound of error sehingga nilai D dapat dihitung dengan rumus:
4 B
2
D =
Perhitungan besarnya ragam populasi б
2
adalah sebagai berikut:
б
2
= L
L
∑ xi - µ
2 i=1
Variabel µ adalah nilai tengah dari suatu populasi yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
µ = L
L
∑ xi
i=1
a. Bentuk tajuk
Pengamatan terhadap bentuk tajuk pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon dilakukan dengan mengidentifikasi setiap bentuk
tajuk pohon yang telah ditentukan sebelumnya melalui pengambilan contoh acak berlapis.
b. Diameter Batang
Pengamatan terhadap diameter batang dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan rollmeter setinggi dada rata-rata orang dewasa diameter at
breast height DBH, yaitu antara 140-145 cm dari permukaan tanah.
c. Tinggi Pohon
Pengamatan tinggi pohon dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan clinometer untuk mencari besarnya sudut elevasi
α dan delevasi β antara pengamat dengan pohon Gambar 7. Pengukuran tinggi pohon ini juga
dilakukan berdasarkan keterangan Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 yang menyatakan bahwa ketinggian pohon di sepanjang ruas jalan tidak boleh melebihi
kabel tiang listrik dan kabel telepon. Besarnya tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
T = D Tan α + Tan β
dengan T : tinggi pohon
D : jarak pengamatan α : sudut elevasi º
β : sudut delevasi º
Gambar 7. Sketsa Pengukuran Tinggi Pohon
d. Kerusakan Pohon