BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Simpulan dari hasil evaluasi terhadap fungsi dan struktur pohon adalah sebagai berikut.
1. Sebagian besar tanaman yang terdapat pada lanskap Jln. Kapten Muslihat
hingga Terminal Laladon telah memenuhi kriteria sebagai pengarah, pembatas, peneduh, pengontrol angin, pengontrol bunyi, pengontrol cahaya,
pengontrol polusi, dan pelindung air dan tanah konservasi. Tetapi, tidak memenuhi kriteria sebagai pemberi identitas lanskap jalan.
2. Penanaman pada lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon kurang
merata dan kurang memperhatikan kesatuan tema yang menjadi ciri khas penanaman pada setiap kondisi fisik lanskap jalan di masing-masing segmen
jalan. 3.
Sebagian besar tajuk tanaman pada penanaman pohon lanskap memiliki kurang bervariasi.
4. Sebagian besar pohon pada penanaman lanskap jalan ini memiliki ukuran
tinggi yang berada pada stadium sedang, dan memiliki ukuran diameter batang yang berada pada stadium tiang. Lebih dari setengah pohon pada lanskap jalan
memiliki. 5.
Hampir semua pohon tingginya melebihi tinggi kabel listrik. 6.
Sebagian besar kerusakan pohon berada pada stadium ringan hingga sedang dengan tipe kerusakan yang paling banyak ditemukan adalah kanker,
kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
6.2. Saran
Beberapa saran untuk lebih mengoptimalkan fungsi pohon pada lanskap jalan dan mengatasi permasalahan pada struktur pohon lanskap jalan adalah
sebagai berikut. 1.
Penambahan jumlah tanaman dengan bentuk tajuk, warna bunga, atau tekstur yang menarik dengan kriteria spesifik yang disesuaikan dengan fungsi
tanaman, tata letak, jarak tanam, kondisi ekologis, dan hortikultura tanaman. 2.
Penanaman lanskap jalan dilakukan dengan pola-pola yang menarik dan tidak monoton. Penanaman juga harus dilakukan secara merata dengan
memerhatikan konsep penanaman pada masing-masing segmen jalan. 3.
Pemeliharaan semi intensif berupa pemupukan, penyiraman, dan penyiangan gulma perlu dilakukan pada tanaman dengan stadium pertumbuhan yang
berada dari stadium semairendah hingga sedang. 4.
Pemeliharaan lebih intensif perlu dilakukan melalui pengendalian hamapenyakit tanaman secara mekanik.
5. Pemangkasan secara indental perlu dilakukan pada pohon yang tingginya
melebihi tinggi lampu jalan dan tinggi kabel listrik. Hal ini dilakukan untuk menjamin keselamatan pengguna.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S. dan Nurhayati H.S Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Arnold, H.F. 1980. Trees in Urban Design. New York: Van Nostrand Reinhold Co.
Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bogor. 2009. Data Iklim Kota Bogor dan Sekitarnya. Bogor: Stasiun Klimatologi Bogor.
Bapeda. 2008. Rencana Umum Tata Ruang Kota Bogor. Bogor: Pemda TK. II Kotamadya Bogor.
Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architecture Design. Illinois: Waveland Press Inc.
Carpenter, P.L, T.D. Walker and F.O. Lanphear. 1975. Plant in The Landscape. San Fransisco: Freeman and Co.
Daniel, T.W., J.A. Helms dan F.S. Baker. 1995. Prinsip-prinsip Silvikultur Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor. 2007. Data Inventarisasi Kota Bogor. Bogor: Departemen Pekerjaan Umum.
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Utama di Kota Bogor. Bogor: P.T. Skilladhi Catur Nusa.
Dinas Pertamanan Kota Bogor, 2010. Hasil Pengamatan Biofisik pada Lahan- Lahan yang oleh Penerintah Dikelola Kota Bogor. Bogor: P.T. Beutari
Nusakreasi. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Spesifikasi Tanaman Lanskap Jalan.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap
Jalan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga. 2010. Pedoman Teknis Penanaman Pohon pada
Sistem Jaringan Jalan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. New York: Mc Graw-Hill Book
Company Inc.
Eliza, S. 1997. Evaluasi Karakter Taman Kantor. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Grey. G.W and F.J. Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Hakim, R. dan H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Jakarta: Bumi Aksara.
Hakim, R. 2006. Rancangan Visual Lanskap Jalan. Jakarta: Bumi Aksara. Halle, F., Oldeman, R.A.A., and Tomlinson, P.B. 1978. Tropical Tress
Architecture. Berlin: Springer Verlag. Haris, C.W. and N.T. Dines. 1988. Time Saver Standards for Landscape
Architecture. New York: Mc Graw-Hill Book Company Inc. Haryono, A. 1994. Kamus Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Khoiri, S. 2004. Studi Tingkat Kerusakan Pohon di Hutan Kota Srengseng Jakarta
Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Laurie, M. 1975. An Introduction to Landscape Architecture. New York: American Elsevier. Publ. Co. Inc.
Laurie, M. 1984. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan Terjemahan. Bandung: Intermedia.
Lestari, G. dan I.P. Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.
Miardini, A. 2006. Analisis Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Mueller-Dumbois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and Method of Vegetation
Ecology. New York: John Willey and Sons. Nuhamara, S.T, Kasno, and U.S. Irawan. 2001. Assesment of Damage Indicator in
Forest Health Monitoring to Monitor the Sustainability of Indonesian Tropical Rain Forest. Sitanala, A. Forest Health Monitoring to Monitor
the Sustainability of Indonesian Tropical Rain Forest. Yokohama dan
Bogor: International Tropical Timber Organization ITTO dan Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology SEAMEO BIOTROP.
Nuhamara, S.T. 2002. Inventarisasi Kerusakan Hutan Indikator Kerusakan, Struktur Vegetasi, dan Taman. Departemen Manajemen Hutan. Bogor:
Fakultas Kehutanan IPB. Porteus, J.L. 1983. Environmental Aesthetics: Idea, Politics, and Planning. New
York: Cambridge University Press. Rahayu, S. 2000. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia Gejala Penyebab, dan
Teknik Pengendaliannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Robinette, J. 1993. Landscape Planning for Energy Conservation. New York:
Van Nostrand Reinhold Co. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York: Mc Graw-Hill Book
Company Inc. Simonds, J.O. and B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture. New York: Mc
Graw-Hill Book Company Inc. Soetrisno, H. 2001. Patologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Soeratmo, F.G. 1974. Perlindungan Hutan. Bogor: Proyek Peningkatan Mutu
Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Sulistyantara, B. 1995. Tanaman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya.
Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Sumantri, B., penerjemah. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3
rd
edition.
Widyastuti, Sumardi, dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Wungkar, M.M. 2005. Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Arsitektural
Pohon Lanskap Jalan Kota Bogor. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Peta Segmentasi Lokasi Penelitian
Lampiran 5. Peta Inventarisasi Vegetasi di Segmen I
Lampiran 6. Peta Inventarisasi Vegetasi di Segmen II
Lampiran 7. Peta Inventarisasi Vegetasi di Segmen III
Lampiran 8. Peta Inventarisasi Vegetasi di Segmen IV
Lampiran 9. Peta Inventarisasi Vegetasi di Segmen V
Lampiran 10. Peta Inventarisasi Vegetasi di Segmen VI
Lampiran 11. Sketsa Komposisi dan Lokasi Penanaman Pohon pada Lanskap Jln. Kapten Muslihat – Terminal Laladon
Lampiran 12. Contoh Kerusakan Pohon pada Lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan adalah suatu poros visual yang lurus, kuat, dan mengarahkan pandangan seperti garis lurus. Fungsi jalan di wilayah perkotaan adalah sebagai
salah satu sarana transportasi yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya melalui pengangkutan penumpang atau barang dengan mempergunakan
kendaraan Hakim, 2006. Jalan sebagai bagian dari lanskap kota turut serta dalam memperlancar fungsi dan aktivitas suatu kota. Idealnya, setiap jalan raya di
kawasan kota memiliki lanskap jalan yang bertujuan mendukung aktivitas pengguna jalan.
Lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alam seperti
bentuk topografi lahan maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya Direktorat Jenderal Bina
Marga, 1996. Lanskap jalan berperan penting dalam membangun karakter lingkungan, spasial, dan visual agar dapat memberikan suatu identitas perkotaan
Simonds, 1983. Tanaman pada lanskap jalan berfungsi sebagai pengontrol pandangan, pembatas fisik, pengendali iklim, pencegah erosi, habitat satwa, dan
estetika Carpenter et al., 1975. Oleh karena itu, agar kualitas lingkungan dan estetika lanskap jalan dapat terjaga keberlanjutannya, penetapan jenis dan jumlah,
penataan, serta pemeliharaan tanaman harus disesuaikan dengan kondisi fisik lanskap jalan.
Saat ini sebagian besar lanskap jalan di beberapa ruas jalan kota Bogor dapat dikatakan jauh dari kesan ideal. Hal ini terlihat melalui tata letak bangunan
yang kurang memperhatikan kondisi fisik dan sosial lanskap jalan, elemen perkerasan yang lebih mendominasi, kurangnya ketersediaan fasilitas lanskap
jalan untuk pengguna, serta kurangnya jumlah, jenis, dan pemeliharaan pohon pada lanskap jalan. Kurangnya jumlah, jenis, dan pemeliharaan pohon lanskap
jalan merupakan masalah yang paling berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna jalan dan warga sekitar. Para pengguna jalan merasa tidak nyaman
dalam beraktivitas karena kondisi jalan yang panas dan tingkat polusi yang tinggi. Selain itu, warga yang bermukim di sekitar jalan sering merasa terganggu dengan
suara bising yang ditimbulkan oleh kendaraan. Ruas jalan dari Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon
merupakan jalan utama penghubung wilayah Kabupaten dengan Kota Bogor yang memiliki tingkat mobilitas tinggi dan bermasalah pada lanskap jalannya. Beberapa
permasalahan yang paling berpengaruh adalah kurangnya jumlah penanaman, kurangnya variasi pola penanaman, penataan tanaman yang kurang sesuai dengan
kondisi fisik dan sosial lanskap jalan, serta banyaknya pohon yang mengalami kerusakan akibat serangan hamapenyakit tanaman maupun aktivitas manusia.
Kerusakan pohon tersebut juga disebabkan oleh kurangnya intensitas pemeliharaan pohon pada lanskap jalan. Evaluasi fungsi dan struktur pohon
lanskap jalan merupakan salah satu solusi yang cukup efektif dalam mengurangi hingga mengatasi masalah tersebut sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan
lanskap jalan.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah jenis, jumlah, dan tata letak dari pohon pada lanskap jalan saat ini telah sesuai dengan kondisi fisik maupun sosial lanskap jalan?
2. Apakah jenis, jumlah, dan tata letak pohon tersebut telah mendukung
keberlanjutan lingkungan lanskap jalan secara optimal? 3.
Seberapa besarkah tingkat kerusakan pohon baik yang disebabkan oleh kegiatan manusia dan serangan hamapenyakit tanaman?
4. Faktor apakah yang paling mendominasi kerusakan pohon yang secara
signifikan mempengaruhi kondisi lanskap jalan serta aktivitas pengguna jalan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. mengevaluasi jenis, jumlah, tata letak, fungsi, dan struktur pohon lanskap
jalan; 2.
memperbaiki kondisi lingkungan jalan dengan menawarkan berbagai solusi alternatif.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan lanskap jalan sehingga dapat memperbaiki dan
mengoptimalkan lingkungan jalan dalam rangka meningkatkan kenyamanan warga dan pengguna jalan.
1.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini merupakan pemaparan sekaligus pendeskripsian mengenai pola pikir yang mendasari serta metode yang digunakan dalam
penelitian ini Gambar 1. Evaluasi fungsi pohon dilakukan pada fungsi pengarah, fungsi peneduh, fungsi pembatas, fungsi penahan silau, fungsi pemecah angin,
fungsi pereduksi polutan, dan fungsi estetika. Sementara evaluasi struktur pohon dilakukan melalui pengamatan terhadap bentuk tajuk, tinggi pohon, diameter
batang, dan kerusakan pohon. Hasil dari evaluasi fungsi dan struktur pohon ini selanjutnya dianalisis dan disintesis sehingga menghasilkan rekomendasi sebagai
solusi alternatif.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Fungsi dan Struktur Pohon Lanskap Jalan Kapten Muslihat -- Terminal Laladon
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jalan
Pengertian jalan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang digunakan untuk lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan atau di bawah permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Selanjutnya, di dalam Pasal 8 Undang Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, jalan menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, dengan perincian sebagai berikut Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor, 2007.
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata- rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah. Simonds 1983 menyatakan bahwa jalan merupakan satu kesatuan yang
harus lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi, dan interaksi yang baik serta mampu memberikan pengalaman yang menarik bagi pengguna jalan. Secara
umum, konfigurasi jalan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola sirkulasi, yaitu sebagai berikut:
1. linear, yaitu jalan lurus yang dapat menjadi unsur pengorganisasi utama
deretan ruang, dapat berbentuk lengkung atau bebelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran loop;
2. radial, yaitu konfigurasi yang memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang
dari sebuah pusat yang sama; 3.
spiral berputar, yaitu suatu jalan yang tunggal dan kontinyu yang berasal dari titik pusat, kemudian mengelilingi pusatnya dengan jarak yang berubah;
4. grid, yaitu konfigurasi yang terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling
berpotongan pada jarak yang sama sehingga menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat;
5. jaringan, yaitu konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan
titik-titik tertentu dalam ruang; Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor 2007 menyatakan bahwa
bagian-bagian jalan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 1985 terdiri atas ruang manfaat jalan Rumaja, ruang milik jalan Rumija,
dan ruang pengawasan jalan Ruwasja dengan penjelasan sebagai berikut Gambar 2.
1. Ruang manfaat jalan Rumaja adalah ruang di sepanjang jalan yang dibatasi
lebar, tinggi, dan kedalaman pada ruang bebas tertentunya dan ditetapkan oleh pembina jalan untuk
a. badan jalan, yaitu jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan, yang hanya digunakan untuk arus lalu lintas dan pengamanan terhadap
konstruksi jalan; b. ambang pengaman, yaitu bagian yang terletak paling luar dari Rumaja
hanya untuk mengamankan konstruksi jalan; c. saluran tepi jalan, yaitu bagian yang hanya digunakan untuk penampungan
dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari genangan air; d. bangunan utilitas, yakni bagian yang mempunyai sifat pelayanan wilayah
pada sistem jaringan jalan seperti trotoar, lereng, timbunan, galian, dan gorong-gorong.
2. Ruang milik jalan Rumija adalah ruang di sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu dan dikuasai oleh Pembina Jalan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, yang digunakan untuk Rumaja dan pelebaran jalan
dan penambahan jalur di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengaman jalan.
3. Ruang pengawasan jalan Ruwasja adalah ruang sepanjang jalan di luar
Rumija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, yang ditetapkan oleh Pembina Jalan, dan digunakan untuk pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan.
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2010
Gambar 2. Bagian-Bagian Jalan
Perancangan jalan menurut Harris dan Dines 1988 terdiri atas dua tahapan penting, yaitu bentuk desain jalan baik secara vertikal maupun horizontal
dan pengaturan lanskap tepi jalan. Kriteria jalan menurut Harris dan Dines 1988 adalah sebagai berikut:
1. jalan harus dapat memberikan akses kepada pengguna jalan dan bangunan
yang ada di sekitarnya; 2.
jalan digunakan sebagai jalur penghubung antarwilayah; 3.
jalan mampu menciptakan sarana pergerakan manusia dan barang. Klasifikasi jalan menurut Harris dan Dines 1988 adalah sebagai berikut:
1. sistem jalan tol freeway system, yaitu sistem jalan yang memungkinkan
adanya efisiensi dan kecepatan laju kendaraan dalam volume yang besar pada jalur keluar masuk area perkotaan serta akses terbatas pada persimpangan
jalan interchanges;
2. sistem jalan arteri primer major arterial system, yaitu sistem jalan yang
memungkinkan adanya arus pergerakan di antara simpangan lalu lintas dan jalan melalui daerah perkotaan dan akses langsung ke setiap perbatasan suatu
permukiman; 3.
sistem jalan kolektor collector street system, yaitu sistem jalan yang memungkinkan adanya arus penghubung pergerakan kendaraan antara sistem
jalan arteri primer dan jalan lokal dengan akses langsung menuju perbatasan suatu permukiman;
4. sistem jalan lokal local street system, yaitu sistem jalan yang memungkinkan
adanya pergerakan rambu lokal dan akses langsung menuju perbatasan suatu lahan.
Setiap jalan baik di pedesaan maupun perkotaan memiliki keunikan dalam desain serta karakteristik fungsional dan regionalnya sendiri. Jalan tersebut
berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan serta sebagai tempat pusat aktivitas Simonds dan Starke, 2006. Jalan selain dapat digunakan untuk
banyak tujuan dan tipe penggunaan yang berbeda dengan perbedaan kebutuhan, tujuan, fungsi, dan tugasnya, jalan juga harus dapat mengakomodasi kebutuhan
pengguna jalan, antara lain, jalur kendaraan bermotor, sirkulasi orang dan barang, serta sarana pendukung jalan.
2.2. Lanskap Jalan
Keberadaan lanskap jalan sangat mutlak diperlukan dalam mendukung kelancaran sirkulasi jalan. Lanskap jalan tidak hanya terdiri atas jalur jalan saja,
melainkan mencakup bangunan yang ada di sekelilingnya Eckbo, 1964. Sementara menurut Direktorat Jenderal Bina Marga 2010, lanskap jalan adalah
wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk dari lingkungan jalan yang terbentuk dari elemen alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai
panorama indah maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya.
Lanskap jalan berfungsi untuk mendukung penggunaan secara terus- menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat,
mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan ruang,