masih dilakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap jalur-jalur tangkap yang sudah ditetapkan. Nelayan Jepara lebih memilih memenuhi kebutuhan hidupnya
daripada mematuhi peraturan. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap peraturan juga masih rendah.
5.3. Status Kepemilikan Sumberdaya Alam
Pengelolaan sumberdaya perikanan yang dilakukan di Karimunjawa melibatkan banyak pihak termaksud masyarakat. Peraturan yang ditetapkan oleh
Balai Taman Nasional dilakukan dengan kesepakatan bersama masyarakat. Nelayan Karimunjawa cukup memiliki peranan dalam menetapkan peraturan
tenntang pemanfaatan perikanan di Karimunjawa. Nelayan Karimunjawa berhak memasuki sumberdaya perikanan dan memanfaatkan sumberdaya atau melakukan
tindakan produksi. Nelayan Karimunjawa juga berhak untuk menentukan aturan operasional dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan melalui penetapan
peraturan berdasarkan kearifan lokal masyarakat Karimunjawa. Selain itu, Nelayan Karimunjawa juga diikutsertakan dalam menetapkan zonasi di Karimunjawa.
Sumberdaya perikanan di Jepara diatur oleh Departemen Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara. Peraturan mengenai wilayah penangkapan, tehnik
penangkapan, peralatan penangkapan, teknologi yang digunakan, bahkan sumberdaya yang ditangkap dan dikumpulkan semuanya diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02Men2011. Peraturan dilakukan secara terpusat, sementara Nelayan
Jepara hanya berhak untuk melakukan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Berdasarkan status kepemilikan sumberdaya menurut Ostorm and Scehlager
1990 dalam Satria 2002, Nelayan Karimunjawa memiliki hak pemanfaatan.
BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN
KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA 6.1.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang dilakukan oleh Nelayan Karimunjawa
6.1.1. Penggolongan Nelayan Karimunjawa
Nelayan oleh Ditjen Perikanan 2002 dalam Satria 2002 digolongkan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi
penangkapanpemeliharaan. Berdasarkan penggolongan nelayan tersebut, maka Nelayan Karimunjawa tergolong nelayan ikan penuh dan nelayan ikan sambilan.
Pada dasarnya di Karimunjawa nelayan terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan letak geografisnya yaitu nelayan Kampung Lego, Nelayan Daerah Tengah dan
Nelayan Daerah Timur. Daerah tengah dan daerah timur banyak dibangun penginapan dan homestay berbeda dengan daerah Kampung Lego. Nelayan daerah
tengah dan timur pada umumnya merupakan nelayan ikan sambilan. Selain melakukan pekerjaan sebagai nelayan. Nelayan daerah tengah dan timur juga ikut
bekerja di bidang pariwisata sebagai pemandu wisata atau menyewakan kapal. Nelayan di Kampung Lego pada umumnya adalah nelayan ikan penuh yang
seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. Hal ini disebabkan karena masih kurang meratanya pembagian
peranan dalam sektor pariwisata di Desa Karimunjawa.. Satria 2002 menggolongkan nelayan berdasarkan kapasitas teknologi
alat tangkap dan armada, orientasi pasar dan karakteristik hubungan produksi. Berdarkan penggolongan yang dilakukan oleh Satria 2002,
Nelayan Karimunjawa tergolong Nelayan Tradisional dan Nelayan Post-Tradisional.
Berdasarkan tujuannya untuk melakukan penangkapan ikan, Nelayan
Karimunjawa melakukan kegiatan penangkapan ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan dan rumah tangga saja. Nelayan Karimunjawa pada umunya
melakukan kegiatan penangkapan ikan di pagi atau di malam hari. Apabila selesai menangkap ikan dari laut, hasil tangkapannya langsung dikumpulkan dan dipilih-
pilih. Hasil tangkapan berupa ikan yang besar dan layak untuk dijual akan diserahkan kepada juragan. Hasil tangkapan ikan yang kecil-kecil biasanya