Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tinjauan Pustaka 1. Nelayan

2. Post-Peasant fisher yaitu nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor dan tenaga kerjanya tidak bergantung pada anggota keluarga saja. 3. Commercial fisher yaitu nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan. Skala usahanya sudah besar dan dicirikan dengan banyaknya jumlah tenaga kerja dengan status yang berbeda dari buruh sampai manajer. 4. Industrial-fisher, ciri nelayan industri menurut Pollnac 1988 dalam Satria 2002 adalah: a. Diorganisasi dengan cara-cara yang mirip dengan perusahaan argoindustri di negara-negara maju; b. Secara relatif lebih padat modal; c. Memberi pendapatan yang lebih tinggi daripada perikanan sederhana, baik untuk pemilik maupun awak kapal; dan d. Menghasilkan untuk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor.

2.1.2. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Sebagai sumberdaya yang bersifat kolektif, laut ada yang memiliki dan mengelola sekecil apa pun tingkat pengelolaannya. Dalam pengelolaan sumberdaya kelautan nelayan biasanya memiliki seperangkat hak sebagaimana diklasifikasikan Ostrom dan Schlager 1990 dalam Satria 2009b, yaitu: 1. Hak akses yaitu hak untuk memasuki suatu wilayah sumberdaya yang memiliki batas-batas yang jelas dan untuk menikmati manfaat non- ekstraktif. 2. Hak pemanfaatan yaitu hak untuk memanfaatkan sumberdaya atau berproduksi. 3. Hak pengelolaan yaitu hak untuk menentukan aturan operasional pemanfaatan sumberdaya. 4. Hak ekslusi yaitu hak untuk menentukan siapa saja yang boleh memiliki hak akses dan bagaimana hak akses tersebut dialihkan ke pihak lain. 5. Hak pengalihan yaitu hak untuk menjual atau menyewakan sebagian atau seluruh hak-hak kolektif tersebut diatas. Hak-hak pengelolaan status kepemilikan sumberdaya terhadap pesisir Tabel 2 akan mengacu pada wilayah penangkapan, teknik penangkapan, peralatan penangkapan, teknologi yang digunakan, bahkan sumberdaya yang ditangkap dan dikumpulkan. Tabel 1. Status Kepemilikan Sumberdaya Alam Tipe Hak Owner Proprietor Claimant Authorized user Authorized entrant Akses X X X X X Pemanfaatan X X X X Pengelolaan X X X Eksklusi X X Pengalihan X Sumber: Ostrom dan Schlager 1996 dalam Satria 2009b Merujuk pada konsep Berkes dan Scott 1989 dalam Satria 2009b mengidentifikasi tiga dimensi pengelolaan sumberdaya pesisir oleh masyarakat. Pertama, dimensi normatif yang berisi sistem nilai yang menjadi dasar bagi proses pengelolaan sumberdaya pesisir. Disinilah tujuan pengelolaan dirumuskan. Kedua,adalah dimensi regulatif yang berisi tata pengelolaan sumberdaya pesisir. Ketiga,dimensi kognitif, yang berisi teknik pengelolaan dan pengetahuan lokal. Untuk kasus perikanan, Ruddle 1999 dalam Satria 2009b mengidentifikasi unsur-unsur tata pengelolaan perikanan sebagai berikut: 1. Batas Wilayah: ada kejelasan batas wilayah yang kriterianya adalah yang mengandung sumberdaya yang bernilai bagi masyarakat. 2. Aturan: berisi hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang. Dalam dunia perikanan, aturan tersebut biasanya mencakup kapan, dimana, bagaimana, dan siapa yang boleh menangkap. 3. Hak: pengertian hak bisa mengacu kepada seperangkat hak kepemilikan yang dirumuskan Ostorm dan Schlager. 4. Pemegang Otoritas: merupakan organisasi atau lembaga yang dibentuk masyarakat yang dibentuk masyarakat yang bersifat formal maupun informal untuk kepentingan mekanisme pengambilan keputusan. Ada pengurus dan susunan disesuaikan dengan kondisi. 5. Sanksi: untuk menegakkan aturan diperlukan sanksi sehingga berlakunya sanksi merupakan indikator berjalan tidaknya suatu aturan. Ada beberapa tipe sanksi: sanksi sosial seperti dipermalukan atau dikucilkan masyarakat, sanksi ekonomi denda, penyitaan barang, sanksi formal melalui mekanisme pengadilan formal, dan sanksi fisik pemukulan. 6. Pemantauan dan Evaluasi: terdapat mekanisme pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat secara sukarela dan bergilir yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan. Sumberdaya laut dan perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang berbentuk akses terbuka. Akan tetapi pada aplikasinya jarang ada sumberdaya yang sepenuhnya akses terbuka karena selalu ada pengaruh baik dari pemerintah maupun peraturan lokal yang ditetapkan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya perikanan di Indonesia didominasi oleh pemerintah. Pemerintah melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan oleh dengan menetapkan berbagai aturan- aturan seperti UU Undang-Undang, PP Peraturan Pemerintah, SK.Menteri Surat Keputusan Menteri dan Perda Peraturan Daerah. Salah satu aturan yang dikeluarkan pemerintah dalam hal pengelolaan laut yaitu UU No.22 Tahun 1999. Undang-undang ini mengatur batas wilayah pengelolaan sumberdaya perikanan daerah kabupatenkota yaitu sejauh sepertiga dari wilyah laut daerah Provinsi atau 4 empat mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas atau perairan kepulauan. Selanjutnya, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 5 Pasal 18 ayat 4,5, dan 6 menjelaskan lebih lanjut mengenai pengelolaan sumberdaya laut, yaitu: 1. Kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut paling jauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 13 sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupatenkota. 5 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. http:www.smecda.comFilesinfosmecdauu_permenUU_32_2004.pdf . Diunduh pada tanggal 18 Maret 2012 pukul 15.00 WIB. 2. Apabila wilayah laut diantara 2 dua provinsi kurang dari 24 dua puluh empat mil, kewenangan untuk mengelola sumberdaya pesisir di wilayah laut dibagi ke dalam jarak yang sama atau diukur sesuai prinsip garis tengah dari wilayah antar 2 dua provinsi tersebut, dan untuk kabupatenkota memperoleh 13 sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi. 3. Ketentuan sebagaimana yang dimaksudkan diatas tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil. Batasan wilayah yang sudah ditetapkan, pihak kabupatenkota mendapatkan kewenangan untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut. Eksploitasi atas sumberdaya alam dapat dilakukan dengan melakukan penangkapan ikan oleh nelayan. Dalam melakukan penangkapan ikan nelayan pada umumnya menggunakan alat tangkap. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2010, Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dikelompokkan menjadi 10 sepuluh menurut jenisnya, yaitu: 1. Surrounding nets Jaring lingkar; 2. Seine nets Pukat tarik; 3. Trawls Pukat hela; 4. Dredges Penggaruk; 5. Lift nets Jaring angkat; 6. Falling gears Alat yang dijatuhkan; 7. Gillnets and entangling nets Jaring insang; 8. Traps Perangkap; 9. Hooks and lines Pancing; dan 10. Grappling and wounding Alat penjepit dan melukai.

2.1.3. Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Lembaga Terkait