BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA
DAN JEPARA
5.1. Pengelolaan Perikanan di Karimunjawa
Sumber  daya  perikanan  merupakan  sumberdaya  yang dapat  diakses  secara terbuka.  Potensi  sumberdaya  perikanan  yang  tinggi  terutama  di  Karimunjawa
mendorong banyak  pihak  ingin  memanfaatkan  sumberdaya  perikanan  di Karimunjawa.  Pihak-pihak  yang  berkepentingan  memanfaatkan  sumberdaya
perikanan  di  Karimunjawa  yaitu, Nelayan  Karimunjawa,  Nelayan  luar
Karimunjawa, Pemerintah Kabupaten Jepara, Pemerintah Desa Karimunjawa, dan Departemen  Perikanan  dan  Kelautan.  Dibutuhkan  suatu  sistem  yang  mengelola
sumberdaya  perikanan  agar  pemanfaatannya  dapat  dirasakan  secara  merata. Pengelolaan  sumberdaya  perikanan  di  Karimunjawa  dilakukan  oleh  beberapa
pihak  yaitu  Balai  Taman  Nasional  Karimunjawa,  Pemerintah  Desa  yang bekerjasama dengan Nelayan Karimunjawa, Pemerintah Provinsi, dan Departemen
Perikanan dan Kelautan.
5.1.1. Pengelolaan Perikanan oleh Taman Nasional Karimunjawa
Pengelolaan  perikanan  oleh  Taman  Nasional  Karimunjawa  TNKJ dilakukan  dengan    membuat  sistem  zonasi.  Sistem  zonasi  mengatur  batas-batas
wilayah  dalam  memanfaatkan  sumberdaya  perikanan.  Taman  Nasional Karimunjawa dikelola berdasarkan sistem zonasi  yang tertuang dalam Keputusan
Dirjen  Perlindungan  Hutan  dan  Konservasi  Alam  No.SK.79IVSet-32005 mengenai zonasi atau mintakat di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
Di dalam kawasan ini terdapat 7 zona yaitu zona inti, perlindungan, pemanfaatan pariwisata,  pemukiman,  rehabilitasi,  budidaya  dan  zona  pemanfaatan  perikanan
tradisional.    Berdasarkan  evaluasi  yang  dilakukan  oleh  Balai  Taman  Nasional maka dilakukan revisi terhadap zonasi yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan
Surat    Keputusan  Dirjen  Perlindungan  Hutan  dan  Konservasi    No.SK.28IV- SET2012.
Pembagian zonasi berdasarkan Surat  Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Tahun 2012 menetapkan terdiri dari delapan zona yaitu zona inti,
perlindungan  bahari,  pemanfaatan  darat,  pemanfaatan  wisata  bahari,    budidaya bahari,  religi  dan  sejarah,  rehabilitasi  dan  perikanan  Tradisional.  Setiap  zonasi
memiliki  deskripsi,  tujuan  dan  aktivitas  yang  diperbolehkan  dan  tidak diperbolehkan.
1. Zona Inti
Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia dan
mutlak dilindungi
yang berfungsi
untuk perlindungan
keterwakilan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Fungsi dan peruntukan zona inti adalah
sebagai pengawetan perwakilan tipe ekosistem perairan laut yang khas alamiunik dan  biota  laut  lainnya  yang  peka terhadap gangguan  dan  perubahan  dan
merupakan  bank  plasma  nutfah  dari  biota  laut,  untuk  kepentingan  penelitian, pengembangan  ilmu  pengetahuan,  pendidikan  dan  kegiatan  penunjang  budidaya.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada zona inti meliputi: a. Perlindungan dan pengamanan.
b. Inventarisasi  dan  monitoring  sumber  daya  alam  hayati  dengan ekosistemnya.
c. Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan atau penunjang budidaya.
d. Dapat  dibangun  sarana  dan  prasarana  tidak  permanen  dan  terbatas untuk kegiatan penelitian dan pengelolaan.
Kegiatan-kegiatan yang
dilarang adalah
kegiatan yang
dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti seperti:
a. Mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
b. Sengaja  maupun  tidak  sengaja  melakukan  penangkapan  atau pengambilan  sumberdaya  laut  seperti  karang,  ikan karang,  molusca,
penyu dan biota laut baik hidup, mati atau bagian-bagiannya. c. Sengaja atau tidak sengaja menggali, mengganggu atau memindahkan
setiap bagian atau komponen ekosistem perairan laut. d. Melakukan kegiatan wisata bahari.
e. Melakukan penambangan pasir.
2. Zona perlindungan
Zona  perlindungan  adalah  bagian  taman  nasional  yang  karena  letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti
dan  zona  pemanfaatan.  Sedangkan  peruntukannya  adalah  sebagai  wilayah  untuk kegiatan  pengawetan  dan  pemanfaatan  sumberdaya  alam  bagi  kepentingan
penelitian,  pendidikan  konservasi,  wisata  terbatas,  habitat  satwa  migran  dan menunjang  budidaya  seta  mendukung  zona  inti.  Kegiatan  yang  dapat  dilakukan
pada zona perlindungan meliputi: a. Perlindungan dan pengamanan.
b. Inventarisasi  dan  monitoring  sumberdaya  alam  hayati  dengan ekosistemnya.
c. Pengembangan  penelitian,  pendidikan,  wisata  alam  terbatas, pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya.
d. Pembinaan  habitat  dan  populasi  dalam  rangka  meningkatkan keberadaan populasi hidupan liar.
e. Pembangunan  sarana  dan  prasarana  sepanjang  untuk  kepentingan pendidikan, penelitian dan wisata alam terbatas.
Aktivitas atau kegiatan yang dilarang seperti : a. Mengurangi,  menghilangkan  fungsi  dan  luas  zona  perlindungan  serta
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. b. Sengaja  maupun  tidak  sengaja  melakukan  penangkapan  atau
pengambilan  sumberdaya  laut  seperti  karang,  ikan  karang,  molusca, penyu dan biota laut lainya baik hidup, mati atau bagian-bagiannya.
c. Melakukan penambangan pasir. 3.
Zona pemanfaatan perikanan tradisional Zona  pemanfaatan  perikanan  tradisional  adalah  kawasan  perairan  yang
diperuntukkan sebagai daerah pemanfaatan perikanan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejahteraan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.
aktivitas  yang  tidak  diperbolehkan  adalah  semua  kegiatan  di  zona  inti  dan Introduksi jenis biota serta penangkapan ikan yang menggunakan alat tidak ramah
lingkungan mourami, jaring pocong, jaring cantrang, sianida.
4. Zona pemanfatan pariwisata Zona  ini  adalah  untuk  pengembangan  aktivitas  wisata  alam  alam  bahari
maupun  wisata  alam    lainnya,  rekreasi,  jasa  lingkungan,  pendidikan,    penelitian dan  pengembangan  yang  menunjang  pemanfaatan  pendidikan  dan  atau  kegiatan
penunjang  budidaya.  Kegiatan  yang  dapat  dilakukan  pada  zona  pemanfaatan pariwisata meliputi:
a. Perlindungan dan pengamanan. b. Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
c. Penelitian dan pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya d. Pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam.
e. Pembinaan habitat dan populasi. f.
Pengusahaan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan. g. Pembangunan  sarana  dan  prasarana  pengelolaan,  pendidikan,  wisata
alam dan pemanfaatan jasa lingkungan. 5. Zona budidaya
Zona  yang  diperuntukkan  mendukung  kepentingan  budidaya  perikanan seperti  budidaya  rumput  laut,  karamba  jaring  apung  dan  sebagainya  oleh
masyarakat  setempat  dengan  tetap  memperhatikan  aspek  konservasi.  Kegiatan yang  diperbolehkan  adalah  budidaya  rumput  laut,  karamba  jaring  apung  dan
sebagainya. 6. Zona rehabilitasi
Zona yang diperuntukkan untuk kepentingan pemulihan kondisi ekosistem terumbu  karang  yang  telah  mengalami  kerusakan ≥75.  Kegiatan  yang
diperbolehkan a. Kegiatan rehabilitasi guna pemulihan ekosistem di zona ini.
b. Kegiatan  pendidikan,  penelitian,  pengembangan  pendidikan  dan penunjang budidaya.
c. Pembinaan habitat dan populasi. 7. Zona Pemanfaatan darat
Zona  ini  adalah  untuk  pengembangan  aktivitas  wisata  alam  alam  bahari maupun  wisata  alam    lainnya,  rekreasi,  jasa  lingkungan,  pendidikan,    penelitian
dan  pengembangan  yang  menunjang  pemanfaatan  pendidikan  dan  atau  kegiatan
penunjang  budidaya.  Kegiatan  yang  dapat  dilakukan  pada  zona  pemanfaatan pariwisata meliputi:
a. Perlindungan dan pengamanan. b. Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
c. Penelitian dan pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya. d. Pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam.
e. Pembinaan habitat dan populasi. f.
Pengusahaan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan. g. Pembangunan  sarana  dan  prasarana  pengelolaan,  pendidikan,  wisata
alam dan pemanfaatan jasa lingkungan. 8. Zona Religi, Budaya dan Sejarah
Zona yang diperuntukkan untuk melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah, arkeologi, maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian, pendidikan dan
wisata alam sejarah, arkeologi dan religius. Kegiatan yang diperbolehkan adalah a. Kegiatan perlindungan dan pengamanan.
b. Pemanfaatan wisata alam, penelitian, pendidikan dan religi. c. Pemeliharaan  situs  budaya  dan  sejarah  serta  keberlangsungan  upacara-
upacara ritual keagamaanadat yang ada. Pelanggaran terhadap sistem zonasi dan penggunaan alat tangkap perikanan
di  Karimunjawa  akan  dikenakan  sanksi  sesuai  dengan  UU  No.5  Tahun  1990. Berdasarkan  UU  NO.5  Tahun  1990 Pasal  40,  setiap  orang  yang  melakukan
tindakan kejahatan berupa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan di kawasan zona inti, akan dikenakan sanksi berupa penjara paling lama
sepuluh  tahun  dan  denda  berupa  uang  paling  banyak  Rp.200.000.000  dua  ratus juta  rupiah.  Setiap  orang  yang  melakukan  tindakan  pelanggaran  berupa
mengambil,  merusak,  memusnahkan,  menjual  tumbuhan  atau  organisme  yang dilindungi  oleh  Taman  Nasional,  akan  dikenakan  sanksi  berupa  pidana  kurungan
paling  lama  satu  tahun  dan  denda  paling  banyak  Rp.100.000.000  seratus  juta rupiah.
Tabel 12. Pembagian Zonasi  Taman  Nasional  Karimunjawa  Berdasarkan
Keputusan  Direktur  Jendral  Perlindungan  Hutan  Dan  Konservasi Alam Nomor :SK.28IV-SET2012 Tahun 2012.
No. Pembagian Zona
1.
Zona  Inti  seluas  444,629    hektar,  meliputi  sebagian  perairan  Pulau Kumbang,  Taka  Menyawakan,  Taka  Malang,  dan  Perairan  Tanjung
Bomang.
2.
Zona Rimba seluas 1.451,767 hektar, meliputi Hutan Hujan Tropis, Dataran Rendah  di  Pulau  Karimunjawa,  dan  Hutan  Mangrove  di  Pulau  Kemujan
Tanpa areal Legon Lele, areal Tracking Mangrove, dan areal makam Sunan Nyemplungan.
3.
Zona Perlindungan Bahari seluas 2.599, 770 hektar, meliputi perairan Pulau Sinto, Gosong Tengah, Pulau Bengkoang bagian utara, Pulau Cemara Besar
bagian  selatan,  Pulau  Menjangan  Kecil,  timur  Pulau  Nyamuk,  Perairan Karang  Kapal,  Karang  Besi  bangian  selatan,  Krakal  Besar  bagian  utara,
Gosong Kumbang, Pulau Kembar dan Gosong Selikur.
4.
Zona  Pemanfaatan  Darat  seluas  55,933  hektar,  meliputi  Pulau  Menjangan Kecil,  Pulau  Cemara  Besar,  areal  Legon  Lele,  areal Tracking Mangrove,
areal Nyamplung Ragas.
5.
Zona Pemanfaatan Wisata Bahari seluas 2.733,735 hektar, meliputi perairan Pulau  Menjangan  Besar,  perairan  Pulau  Menjangan  Kecil,  Perairan  Pulau
Menyawakan,  Perairan  Pulau  Kembar,  Perairan  Pulau  Tengah,  Perairan Sebelah  Timur  Pulau  Kumbang,  Perairan  Pulau  Kumbang  bagian  selatan,
Indonor,  dan  Perairan  Pulau  Cemara  Besar  bagian  utara,  Perairan  Tanjung Gelam,  Perairan  Pulau  Cemara  Kecil  bagian  utara,  Peraian  Pulau  Katang,
Perairan  Kerakal  Besar  bagian  selatan,  Perairan  Kerakal  Kecil,  Perairan Pulau Cilik.
6.
Zona  Budidaya  Bahari  seluas  1.370,729  hektar,  meliputi  Perairan  Pulau Karimunjawa,  Perairan  Pulau  Kemujan,  Perairan  Pulau  Menjangan  Besar,
Perairan  Pulau  Parang  dan  Perairan  Pulau  Nyamuk,  perairan  Karang  Besi bagian utara.
7.
Zona Religi Budaya dan Sejarah seluas 0,859 hektar, meliputi areal Makam Sunan Nyemplungan di Pulau Karimunjawa.
8.
Zona  Rehabilitasi  seluas  68,329  hektar,  meliputi  Perairan  sebelah  timur Pulau Parang, Perairan sebelah timur Pulau Nyamuk, perairan sebelah barat
Pulau Kemujan dan perairan sebelah barat Pulau Karimunjawa.
9.
Zona  Tradisional  Perikanan  seluas  102.899,249  hektar,  meliputi  seluruh perairan  di  luar  zona  yang  telah  ditetapkan  yang  berada  di  dalam  kawasan
TN Karimunjawa.
Sumber: Data Primer, 2012
Perubahan  sistem  zonasi  yang  dilakukan  Balai  Taman  Nasional mengakibatkan terciptanya batas-batas sistem zonasi yang baru Gambar 6. Revisi
sistem  zonasi  yang  dilakukan  oleh  TNKJ  untuk  menyesuaikan  kepentingan  dari pusat  dengan  kebutuhan  dan  kepentingan  masyarakat  Karimunjawa.  Revisi  yang
dilakukan  oleh  Balai  Taman  Nasional  dilakukan  dengan  melibatkan  masyarakat untuk  memberikan  pendapat  mengenai  sistem  zonasi  yang  seperti  apa  yang
diinginkan  oleh  masyarakat.  Hasil  kesepakatan  yang  terbentuk  dari  masyarakat dengan  Balai  Taman  Nasional  yang  kemudian  dijadikan  sebagai  sistem  Zonasi
terbaru.
Gambar 6. Peta Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2012
5.1.2. Pengelolaan Perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan