Pengelolaan Perikanan oleh Pemerintahan Desa

11. Pancing layang-layang dioperasikan dengan menggunakan kapal tanpa motor dan kapal motor berukuran ≤ 5 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IA dan IB 12. Panah dioperasikan dengan menggunakan kapal tanpa motor dan kapal motor berukuran ≤ 5 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IA dan IB Permen Departemen Perikanan dan Kelautan tidak hanya menetapkan alat- alat tangkap yang dapat digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan di Karimunjawa, tetapi juga mengatur alat-alat tangkap yang dilarang beroperasi, yaitu: 1. Pukat hela dasar dua kapal pair trawls 2. Nephrops trawl nephrops trawls 3. Pukat hela pertengahan dua kapal pair trawls. 4. Pukat hela pertengahan udang shrimp trawls. 5. Pukat hela kembar berpapan otter twin trawls. 6. Pukat dorong. 7. Perangkap ikan peloncat aerial traps. 8. Muro ami. 9. Scottish seines. 10. Pair seines. Pelanggaran terhadap penggunaan alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang idak sesuai dengan tingkat selektifitas dan kapasitas alat penangkapan, jenis dan ukuran alat bantu tangkap, ukuran kapal perikanan, dan jalur penangkapan ikan akan dikenakan sanksi pidana denda sesuai dengan ketentuan Pasal 100 dan Pasal 100C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, dimana setiap orang yang melanggar ketentuan yang ditetapkan akan dikenakan denda paling banyak Rp. 250.000.000 dua ratus lima puluh juta rupiah.

5.1.3. Pengelolaan Perikanan oleh Pemerintahan Desa

Pengelolaan perikanan yang diberlakukan oleh permerintah desa yaitu peraturan yang dibentuk berdasarkan kesepakatan Nelayan Karimunjawa dengan pemerintah desa yaitu pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan serta kearifan lokal. Isinya yang mengatur antara lain: 1. Setiap nelayan kompresor tidak boleh mengganggu nelayan pancing 2. Setiap nelayan kompresor setuju tidak mengambil ikan Sunuk Hitam selama-lamanya 3. Setiap nelayan kompresor setuju tidak mengambil ikan Kerapu Batu serta ikan Kerapu Kertang pada bulan Nopember sampai pada bulan maret di setiap tanggal 18-29 Hijriah. 4. Setiap nelayan kompresor bila melanggar dapat dikenai sanksi berupa denda sebesar Rp. 2.000.000,00 dua juta rupiah sampai dengan Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah. 5. Setiap pedagang ikan tidak boleh membeli ikan Susuk Hitam selama- lamanya dari tangkapan nelayan kompresor serta Kerapu Kertang dan Kerapu Batu, dari nelayan kompresor pada bulan nopember sampai dengan bulan Maret disetiap tanggal 18-29 Hijriah, dan apabila melanggar dapat dikenai sanksi berupa denda sebesar Rp. 2.000.000,00 sampai dengan Rp. 5.000.000,00 Lima juta rupiah dan membuat pernyataan untuk tidak mengulanginya lagi. 6. Potasium dilarang keras di wilayah Desa Karimunjawa, dan apabila diketahui Nelayan Karimunjawa menggunakan obatpotasium tersebut, dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang yang berlaku. 7. Semua nelayan tidak boleh melakukan pengambilan ikan di Zona Inti 8. Hasil denda dapat digunakan untuk kegiatan umum dengan hasil musyawarah Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh berbagai aktor di Karimunjawa memiliki perbedaan. Pengelolaan sumberdaya perikanan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa BTNKJ, Kabupaten Jepara, pemerintah Desa Karimunjawa dan Dinas Kelautan dan Perikanan disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Pengelolaan sumberdaya perikanan yang dilakukan oleh berbagai aktor di Karimunjawa Kategori peraturan pengelolaan BTNKJ Desa Karimunjawa Dinas Kelautan dan Perikanan Alat Tangkap yang dapat digunakan Alat tangkap tradisional yang ramah lingkungan. Alat tangkap yang tidak ramah seperti mourami, jaring pocong, cantrang dan sianida dilarang Kompresor dan pancing. Kompresor tidak boleh mengganggu pancing. Potasium dilarang. Semua alat tangkap yang ramah dengan lingkungan dan disesuaikan dengan jalur-jalur penangkapannya. Pancing dan panah Wilayah Tangkap Zona Tradisional perikanan, kecuali zona inti, perlindungan bahari dan rehabilitasi. Di seluruh kawasan kecuali zona inti. Jalur-jalur penangkapan. Sanksi Penjara atau pidana kurungan dan denda berupa uang paling banyak seratus juta rupah. Denda sebesar dua juta rupiah sampai dengan lima juta rupiah dan membuat surat pernyataan. Denda paling banyak dua ratus lima puluh juta rupiah. Pengelolaan sumberdaya perikanan di TNKJ yang dilakukan oleh berbagai aktor belum berjalan secara efisien. Peraturan yang ditetapkan oleh berbagai aktor belum dapat diaplikasikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Hal ini terbukti dengan masih adanya pelanggaran- pelanggaran dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan seperti pelanggaran terhadap batas wilayah pemanfaatan dan penggunaan alat tangkap. Pelaksanaan peraturan yang tidak berjalan secara efien ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu. Pertama, kurangnya sosialisasi peraturan yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak-pihak yang menetapkan peraturan sehingga pengetahuan masyarakat terhadap peraturan mini. Kedua, keinginan masyarakat untuk melakukan peraturan yang sudah ditetapkan juga rendah. Ketika diperhadapkan antara memenuhi kebutuhan hidup dan mematuhi peraturan, maka masyarakat akan lebih memilih memenuhi kebutuhan hidup sekali pun harus melanggar peraturan. Ketiga, penegakan hukum yang lemah. Sosialisasi yang rendah dan keinginan masyarakat yang rendah untuk mematuhi peraturan dapat diatasi apabila terdapat sistem pengawasan terhadap peraturan yang kuat. Sistem penegakan hukum yang tegas dan kuat akan memaksa masyarakat untuk mau patuh dan menjalankan peraturan sebagaimana seharusnya.

5.2. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Jepara