Definisi Operasional PENDEKATAN TEORITIS

2. Pemanfaatan sumberdaya perikanan adalah cara yang dilakukan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan. 3. Hubungan antar nelayan adalah sebuah ikatan yang terbentuk dari komunikasi antar nelayan. Ikatan tersebut dapat bersifat asosiatif dan disosiatif. Ikatan yang bersifat asosiatif terdiri dari kerjasama, asimilasi, akulturisme dan akomodasi. Sedangkan ikatan yang bersifat disosiatif terdiri dari persaingan, kontravensi dan konflik.

2.5. Definisi Operasional

1. Tingkat modal sosial menyambung adalah tingkat keterhubungan yang terbentuk dari interaksi antar kelompok yang memiliki perbedaan agama, etnis, atau tingkat pendapatan tertentu Woolcock 2000; Vipriyanti 2007. Tingkat modal sosial menyambung dapat di ukur dengan menggunakan indikator: a. Partisipasi dan Keanggotaan Kelompok di Luar Komunitas b. Jaringan kerja di luar komunitas adalah ikatan ikatan formal dan informal yang dimiliki seseorang c. Tingkat kepercayaan 2. Partisipasi dan Keanggotaan Kelompok di Luar Komunitas adalah keikutsertaan kelompok nelayan dalam suatu komunitas di luar kelompoknya dapat diukur dengan menggunakan indikator: a. Menjadi pengurusanggota organisasi keagamaan jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. b. Menjadi pengurusanggota organisasi partai politik jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. c. Menjadi pengurusanggota organisasi nelayan jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. d. Kehadiran rapat pengurus anggota kelompokperkumpulan jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. 3. Jaringan kerja di luar komunitas adalah ikatan ikatan formal dan informal yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari jumlah keanggotaan dalam organisasi serta jumlah teman yang berkeluh kesah kepadanya, dapat diukur dengan menggunakan indikator: a. Merasa bagian komunitas nelayan jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. b. Merasa sebagai tim saat bekerja melaut jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. c. Memiliki teman atas jaringan kerja sebagai nelayan jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. d. Teman di luar daerah yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai nelayan jika “tidak sama sekali” diberikan skor 1, “tidak” diberikan skor 2, “ya” diberikan skor 3, “pasti” diberikan skor 4. 4. Tingkat kepercayaan adalah keyakinan bahwa orang lain tidak akan berlaku maupun berniat buruk pada diri kita dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut: a. Sikap terbuka dengan nelayan dari luar komunitas jika “sangat tidak setuju” diberikan skor 1,” tidak setuju” diberikan skor 2, “setuju” diberikan skor 3, “sangat setuju” diberikan skor 4. b. Saling memberikan pinjaman jika “sangat tidak setuju” diberikan skor 1, “tidak setuju” diberikan skor 2, “setuju” diberikan skor 3, “sangat setuju” diberikan skor 4. c. Saling memberikan bantuan jika “sangat tidak setuju” diberikan skor 1, “tidak setuju” diberikan skor 2, “setuju” diberikan skor 3, “sangat setuju” diberikan skor 4. d. Merasa aman hidup dengan komunitas lain jika “sangat tidak setuju” diberikan skor 1, “tidak setuju” diberikan skor 2,” setuju” diberikan skor 3, “sangat setuju” diberikan skor 4. 5. Persepsi Konflik adalah pandangan mengenai suatu kondisi dimana terdapat ketegangan dalam hubungan antar seseorang atau kelompok karena dikuasai amarah yang berlebihan, dapat diukur dengan menggunakan indikator: a. Ancaman terhadap nelayan luar komunitas jika “tidak pernah” diberikan skor 1, “pernah” diberikan skor 2, “sering” diberikan skor “3”, “sangat sering” diberikan skor “4”. b. Penyitaan atau perusakan alat tangkap nelayan luar komunitas jika “tidak pernah” diberikan skor 1, “pernah” diberikan skor 2, “sering” diberikan skor “3”, “sangat sering” diberikan skor “4”. c. Pembakaran atau pengrusakan kapal nelayan luar komunitas jika “tidak pernah” diberikan skor 1, “pernah” diberikan skor 2, “sering” diberikan skor “3”, “sangat sering” diberikan skor “4”. d. Pemukulan atau tindakan fisik kepada nelayan luar komunitas jika “tidak pernah” diberikan skor 1, “pernah” diberikan skor 2, “sering” diberikan skor “3”, “sangat sering” diberikan skor “4”.

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan survei melalui instrumen kuesioner untuk mengetahui bagaimana tingkat modal sosial menyambung dan persepsi konflik antara Nelayan Karimunjawa dengan Nelayan Jepara dan pengelolaan sumberdaya perikanan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa dan Pemerintah Daerah Jepara. Hasil survai yang didapat kemudian menjadi dasar untuk menganalisis bagaimana hubungan antara modal sosial menyambung terhadap hubungan antara Nelayan Karimunjawa dan Nelayan Jepara dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di Taman Nasional Karimunjawa akibat pengelolaan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa dan Pemerintah Daerah Jepara. Metode kualitatif digunakan untuk mempertajam data dari metode kuantitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam mengenai pengelolaan sumberdaya perikanan oleh Taman Nasional Nasional Karimunjawa dan Pemerintah Daerah Jepara, pemanfaatan sumberdaya perikanan di Taman Nasional Karimunjawa oleh Nelayan Karimunjawa dan Nelayan Jepara. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research, yaitu untuk menguji hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan. Sementara strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu strategi penelitian multi-metode, lazimnya memadukan teknik pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen Sitorus 1998.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Desa Karimunjawa dan Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan kondisi Laut di Taman Nasional Karimunjawa dikelola oleh pemerintah daerah dan Taman Nasional Karimunjawa. Nelayan Karimunjawa diatur oleh sistem pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa sementara Nelayan Jepara diatur oleh