menanam akar wangi dengan ukura yang berbeda setiap petaninya, berkisar antara panjang 30-50 cm, lebar 30-50 cm dan kedalaman lubang 5-10 cm.
Sebagian besar petani akar wangi di kecamatan Samarang memiliki lahan masing-masing. Harga sewa lahan di kecamatan Samarang adalah Rp 2 800 000
per hektar per tahun. Lahan yang dimiliki petani biasanya merupakan lahan warisan keluarga secara turun-temurun yang sejak dulu digunakan untuk
menanam akar wangi. Namun, luas lahan yang dimanfaatkan untuk ditanami akar wangi sudah berkurang jumlahnya dikarenakan harga akar wangi yang anjlok
sehingga tidak menguntungkan petani.
6.1.1.2 Penanaman
Pada kegiatan penanaman bibit akar wangi yang digunakan adalah bibit akar wangi atau bonggol yang siap tanam. Cara penanamannya yaitu dengan
memasukkan bibit atau bonggol siap tanam ke dalam lubang tanam yang telah dibuat sebelumnya. Jarak tanam akar wangi di kecamatan Samarang bervariasi,
tergantung petani masing-masing, yaitu berkisar antara 50-60 cm. Penanaman akar wangi dapat dilakukan secara monokultur atau tumpang sari. Secara
monokultur biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki lahan akar wangi yang luas, sedangkan pola tumpang sari biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki
lahan yang sempit. Sebagian besar petani akar wangi di Kecamatan Samarang melakukan tumpang sari di lahan yang ditanami akar wangi dengan tanaman
utama tomat dan kol. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar petani akar wangi di Kecamatan Samarang memiliki lahan yang sempit dan selain itu harga akar
wangi yang relatif rendah mengakibatkan petani melakukan pola tumpang sari dengan tanaman sayuran yang dapat menghasilkan pemasukan lebih tinggi. Jarak
tanam dan pola tanam yang digunakan dapat mempengaruhi produktifitas yang didapat oleh masing-masing petani. Jarak tanam yang lebar akan memberikan
dampak positif terhadap kesehatan tanaman utama dan tanaman tumpang sari lain karena dapat mengurangi tingkat kompetisi masing-masing tanaman dalam
memperoleh makanan, air, dan sinar matahari atau cahaya yang cukup karena tanaman akan tidak saling menaungi Fazlurrahman, 2012.
Bibit akar wangi yang digunakan petani di lokasi penelitian tidak banyak jenisnya. Sebagian besar petani menggunakan bibit unggulan local yang dapat
diperoleh di tempat penjualan bibit di sekitar lokasi penelitian. Harga beli bibit akar wangi yaitu Rp 200 000 per kemasan 100 kg atau Rp 2 000 per kg. Rata-
rata penggunaan bibit akar wangi adalah 2 089.167 kghektar dengan biaya sebesar Rp 4 178 333.33. Sebagian besar petani di Kecamatan Samarang
melakukan penanaman pada awal musim hujan Oktober-November karena pada awal pertumbuhan, tanaman akar wangi membutuhkan air yang cukup.
6.1.1.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan sejak tanaman ditanam hingga tanaman selesai di panen. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman akar wangi
antara lain yaitu penyiangan I, pemupukan dan penyiangan II.
1. Penyiangan I
Setelah tanaman akar wangi berumur 3 bulan, tahap yang perlu dilakukan adalah penyiangan I. Kegiatan penyiangan merupakan hal yang
sangat penting dilakukan untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan akar wangi yang diakibatkan oleh gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan oleh petani dengan cara membersihkan gulma-gulma dengan tangan dan menggunakan golok ataupun sabit.
2. Pemupukan
Kegiatan pemupukan merupakan pemberian tambahan sejumlah unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman akar wangi untuk
menambah dan mempertinggi kesuburan tanah. Kegiatan pemupukan dilakukan satu kali pada saat tanaman berumur 6 bulan dengan cara
memasukkan pupuk ke dalam lubang dan kemudian ditutup tanah kembali. Usahatani akar wangi di lokasi penelitian hanya menggunakan pupuk padat
untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk padat yang digunakan adalah pupuk TSP, pupuk Urea, pupuk Phonska, dan pupuk ZA, dan pupuk NPK. Jumlah
pupuk yang dikeluarkan tergantung besarnya luas lahan akar wangi dan bibit yang ditanam. Tabel 11 berikut ini adalah rata-rata biaya penggunaan pupuk
untuk usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang.