Penanaman Keragaan Usahatani Akar Wangi

Gambar 6 Alur proses penyulingan akar wangi di Kecamatan Samarang

6.1.2.1 Penanganan Bahan Baku Akar Wangi

Hasil panen akar wangi terdiri dari akar dan bonggol. Akarnya sendiri digunakan sebagai bahan baku dalam penyulingan, sedangkan bonggolnya dapat digunakan kembali sebagai bibit untuk menanam kembali tanaman akar wangi. Bonggol dan akar dipisah dengan cara memotong bonggolnya. Dasar bonggol tidak ikut dipotong untuk menghindari akar ikut dalam bonggol. Proses penyiapan penyulingan akar wangi dimulai dengan pembersihan dan pencucian akar wangi untuk menghilangkan tanah yang menempel pada akar. Tanah yang ikut terbawa dalam proses penyulingan dapat menurunkan rendemen dan mutu minyak akar wangi. Namun sebagian penyuling tidak menerapkan penyulingan dengan cara produksi yang baik good manufacturing practices. Penyuling tidak selalu melakukan pencucian pada akar, hanya dilakukan apabila musim hujan dan terlalu banyak tanah yang menempel. Setelah itu dilakukan pengeringan akar wangi dengan cara menjemur di bawah sinar matahari dengan tujuan menguapkan sebagian air yang terkandung dalam bahan sehingga proses penyulingan lebih mudah dan singkat. Penanganan Bahan Baku Akar Wangi Pengisian Bahan ke dalam Ketel Proses Penyulingan Pemisahan Minyak Penampungan Minyak Pengemasan Minyak

6.1.2.2 Pengisian Bahan ke dalam Ketel

Setelah akar wangi dijemur, tahap selanjutnya melakukan pengisian bahan baku ke dalam ketel. Menurut penjelasan mengenai Good Manufacturing Practices , akar wangi yang telah dijemur dirajang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam ketel untuk memperoleh hasil yang lebih optimal. Namun, penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang tidak melakukan perajangan pada bahan baku akar wangi dengan alasan menghemat biaya. Pengisian akar wangi ke dalam ketel dilakukan tahap demi tahap secara merata sambil ditekandipadatkan. Jumlah akar wangi yang digunakan untuk satu kali penyulingan yaitu 1.5 ton. Volume air yang diisikan ke dalam ketel suling sebanyak 3 500 liter. Air yang digunakan dalam peyulingan yaitu air bersih, tidak tercemar dan tidak keruh. Penyuling akar wangi menggunakan air irigasi yang penggunaannya tidak dikenakan biaya.

6.1.2.3 Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi

Setelah akar wangi dan air dimasukkan ke dalam ketel, lalu tutup ketel dipasang dan diikat dengan baut sampai rapat. Selanjutnya nyalakan api. Proses penyulingan berlangsung selama kurang lebih 12 jam. Kapasitas tungku per penyulingan rata-rata 1.5-2 ton. Minyak yang dihasilkan sebesar 3-5 kg per satu kali penyulingan dengan rendemen yaitu sebesar 0.3-0.5 . Bahan bakar yang digunakan dalam penyulingan yaitu oli bekas. Namun, sejak terjadi peningkatan harga bahan bakar solar, penyuling beralih kepada oli bekas untuk digunakan sebagai bahan bakar penyulingan. Karena jika tetap menggunakan solar, biaya operasional menjadi sangat tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan sebagian penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang tidak berproduksi lagi. Produk minyak akar wangi yang dihasilkan berupa minyak akar wangi kasar. Mutu minyak akar wangi salah satunya ditentukan oleh suhu dan tekanan yang digunakan. Tekanan yang baik untuk penyulingan akar wangi adalah 3 bar dengan suhu sekitar 140-160 o C pada sistem kukus. Tekanan yang rendah membuat mutu minyak lebih bagus jika dibandingkan dengan tekanan tinggi, karena dapat menyebabkan minyak menjadi gosong. Harga bahan bakar yang tinggi membuat penyuling menaikkan tekanan pada 5 bar dengan tujuan penghematan bahan bakar.