Penanganan Bahan Baku Akar Wangi

wanita sebesar Rp 20 000 per lima jam kerja, sehingga setelah dikonversikan menjadi Rp 32 000 per HOK. Tabel 15 Struktur biaya usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang per hektar per tahun Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Satuan Rp Total Rphektar Persentase A. Biaya Tunai Biaya Tetap 1 Pajak RpHa 1 50 000.00 50 000.00 0.23 Sub Total Biaya Tunai Tetap 50 000.00 0.23 Biaya Variabel 2 Pupuk Kg 580.70 2 200.00 1 277 542.42 6.00 3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 103.70 48 000.00 4 977 754.09 23.22 4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 96.31 50 000.00 4 815 484.85 22.47 Sub Total Biaya Tunai Variabel 11 070 781.36 51.69 Total Biaya Tunai 11 120 781.36 51.89 B. Biaya Diperhitungkan Biaya Tetap 1 Sewa Lahan Hektar 1 2 800 000.00 2 800 000.00 13.06 2 Biaya penyusutan - - 363 213.54 1.70 Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 3 163 213.54 14.76 Biaya Variabel 3 Bibit Akar Wangi Kg 2 089.17 2 000.00 4 178 333.33 19.49 4 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 25.87 48 000.00 1 241 824.27 5.79 5. Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 34.60 50 000.00 1 730 166.67 8.07 Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 7 150 324.27 33.35 Total Biaya Non Tunai 10 313 537.81 48.11 Total Biaya Usahatani 21 434 319.18 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Biaya variabel diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung oleh petani dan besar-kecilnya dipengaruhi output yang diperoleh. Komponen biaya variabel diperhitungkan dalam usahatani akar wangi adalah biaya bibit, sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga. Dalam usahatani akar wangi, pengeluaran biaya untuk pembelian bibit hanya dilakukan pada tahun awal mulai penanaman akar wangi. Untuk tahun selanjutnya penanaman menggunakan bonggol yang dihasilkan dari panen akar wangi, sehingga petani tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit akar wangi. Maka dalam hal ini biaya pembelian bibit termasuk ke dalam biaya variabel diperhitungkan. Rata-rata harga bibit akar wangi yang digunakan petani di kecamatan Samarang yaitu Rp 200 000 per kuintal atau Rp 2 000 per kg. Komponen lain yang termasuk ke dalam biaya variabel diperhitungkan adalah biaya sewa lahan. Biaya ini termasuk diperhitungkan karena keseluruhan responden yang diwawancarai memiliki lahan sendiri, tidak perlu membayar sewa lahan. Biaya TKDK dihitung sebagai biaya variabel non tunai karena biayanya tidak langsung dikeluarkan dan jumlahnya dapat berubah sewaktu-waktu tergantung besarnya output yang dihasilkan. Penerimaan usahatani akar wangi berasal dari hasil panen yang diterima oleh petani. Keseluruhan hasil panen dijual dengan harga yang berbeda tergantung kualitas dan lokasi lahan akar wangi. Harga akar wangi di kecamatan Samarang berkisar antara Rp 800 - Rp 2 000 per kg. Tabel 16 Penerimaan, pengeluaran, pendapatan, dan RC rasio usahatani akar wangi per hektar per tahun di Kecamatan Samarang No Keterangan Jumlah Rp 1 Penerimaan 11 977 938.61 2 Biaya Tunai 11 120 781.36 3 Biaya Diperhitungkan 10 313 537.81 4 Biaya Total 2+3 21 434 319.18 5 Pendapatan atas Biaya Tunai 857 157.24 6 Pendapatan atas Biaya Total -9 456 380.57 7 RC Rasio atas Biaya Tunai 12 1.08 8 RC Rasio atas Biaya Total 14 0.56 Sumber: Data primer diolah 2014 Tabel 16 diatas dapat diketahui besarnya rata-rata penerimaan usahatani akar wangi yang dihasilkan setiap tahunnya dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani, baik biaya tunai, biaya diperhitungkan dan biaya total. Dengan diketahui biaya-biaya usahatani, maka dapat diperoleh pendapatan usahatani, baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total.Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh bernilai positif yang berarti petani memperoleh keuntungan. Sedangkan pendapatan atas biaya total yang diperoleh bernilai negatif yang berarti petani mengalami kerugian. Pada struktur biaya diperhitungkan terdapat biaya beli bibit yang tinggi sehingga pendapatan atas biaya total diperoleh negatif. Pendapatan usahatani yang bernilai negatif memiliki arti bahwa jika seluruh sumber daya yang digunakan dalam usahatani akar wangi dinilai, baik yang dibayarkan secara tunai maupun yang diperhitungkan, maka petani akar wangi tidak mampu membayar biaya tersebut. Selain itu, pada tabel diatas diperoleh pula nilai RC ratio atas biaya tunai sebesar 1.08 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu rupiah maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.08. Untuk RC rasio atas biaya total diperoleh sebesar 0.56 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan pertain sebesar satu rupiah maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.56.