Analisis Pendapatan Usahatani Metode Pengolahan dan Analisis Data

5.2 Gambaran Umum Usahatani Akar Wangi

Akar wangi merupakan salah satu komoditas unggulan penghasil minyak atsiri selain cengkeh, nilam, pala, jahe dan serai wangi di Indonesia. Komoditas akar wangi berkembang dengan baik di daerah Garut, Jawa Barat dan Wonosobo, Jawa Timur. Salah satu daerah sentra akar wangi di Kabupaten Garut yaitu di kecamatan Samarang. Kecamatan Samarang memiliki ketinggian antara 500-1270 meter dari permukaan air laut. Berdasarkan data ketinggian tersebut, wilayah kecamatan Samarang termasuk dalam kriteria wilayah yang dapat ditanam tanaman akar wangi yang berkisar anatara 700-1600 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Perkebunan Kecamatan Samarang, terdapat 4 desa yang berpotensi pengembangan akar wangi yaitu desa Sukakarya, Tanjungkarya, Parakan dan desa Cisarua. Pada penelitian ini, responden petani yang diambil sebanyak 50 petani yang tersebar di empat desa tersebut seperti yang dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 5 Distribusi jumlah petani dan jumlah responden petani akar wangi di Kecamatan Samarang Desa Jumlah Petani N Jumlah Responden n Cisarua 125 20 Parakan 85 7 Sukakarya 150 16 Tanjungkarya 125 7 Jumlah 485 50 Sumber: UPTD Perkebunan Kecamatan Samarang 2014 Budidaya akar wangi merupakan tradisi turun menurun yang sudah lama diterapkan oleh petani akar wangi di daerah penelitian. Pola tanam akar wangi di tempat penelitian umumnya monokultur dan tumpang sari. Namun, sejak harga akar wangi anjlok, sebagian besar petani melakukan pola tumpang sari dengan sayuran yang memiliki keuntungan lebih besar. Luas lahan akar wangi yang dimiliki petani tidak lagi dalam jumlah besar, dikarenakan akar wangi tidak lagi menguntungkan seperti beberapa tahun sebelumnya. Beberapa petani hanya memiliki lahan dibawah satu hektar dengan tujuan agar tidak menghilangkan tradisi yang sudah ada sejak lama. Berikut ini data luas areal perkebunan rakyat jenis tanaman akar wangi kecamatan Samarang tahun 2014. Tabel 6 Luas areal perkebuanan rakyat jenis tanaman akar wangi di Kecamatan Samarang tahun 2014 No Desa Luas Areal Tanaman Ha Tanaman belum menghasilkan Tanaman Menghasilkan TM Tanaman tua rusak TR Jumlah 1 Cisarua 35.25 25.50 - 60.75 2 Parakan 14.75 15.25 - 30.00 3 Sukakarya 30.00 45.00 - 75.00 4 Tanjungkarya 22.25 20.50 - 42.75 Jumlah 102.25 106.25 - 208.50 Sumber: UPTD Perkebunan Kecamatan Samarang 2014 Waktu terbaik untuk penanaman akar wangi dilakukan pada awal musim hujan, namun dapat juga dilakukan setiap saat, sepanjang tahun. Waktu pemanenan akar wangi dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 delapan bulan pada musim kemarau. Namun sebagian besar petani akar wangi di Kecamatan Samarang memanen akar wangi setelah berumur 12 dua belas bulan. Seluruh hasil panen dari petani di kecamatan Samarang dibeli oleh penyuling dengan kisaran harga Rp 800 - Rp 2 000 per kg. Kualitas dan kuantitas akar wangi yang dihasilkan petani menentukan harga akar wangi yang dijual kepada penyuling. Kualitas akar wangi dipengaruhi oleh keadaan cuaca, tanah dan juga cara budidaya yang baik dan benar. Semakin tinggi kualitas akar wangi, harga akar wangi juga semakin tinggi. Selain itu, harga akar wangi juga dipengaruhi oleh musim panen, ketika panen raya harga akar wangi cenderung menurun.

5.3 Penyulingan Akar Wangi

Setelah akar wangi sampai kepada penyuling, maka dilakukan proses penyulingan yang menghasilkan minyak akar wangi untuk dijual kepada pengumpul minyak akar wangi atau eksportir. Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang diekspor oleh Indonesia dengan pangsa pasar 26 dari ekspor dunia. Pasar ekspornya antara lain Prancis, Swiss, Jerman, India, Australia, dan Kanada. Peralatan yang digunakan oleh penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang terdiri dari ketel penyulingan, cooler, compressor dan bak pendingin.