Analisis Kelayakan Finansial Metode Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 6 Luas areal perkebuanan rakyat jenis tanaman akar wangi di Kecamatan Samarang tahun 2014 No Desa Luas Areal Tanaman Ha Tanaman belum menghasilkan Tanaman Menghasilkan TM Tanaman tua rusak TR Jumlah 1 Cisarua 35.25 25.50 - 60.75 2 Parakan 14.75 15.25 - 30.00 3 Sukakarya 30.00 45.00 - 75.00 4 Tanjungkarya 22.25 20.50 - 42.75 Jumlah 102.25 106.25 - 208.50 Sumber: UPTD Perkebunan Kecamatan Samarang 2014 Waktu terbaik untuk penanaman akar wangi dilakukan pada awal musim hujan, namun dapat juga dilakukan setiap saat, sepanjang tahun. Waktu pemanenan akar wangi dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 delapan bulan pada musim kemarau. Namun sebagian besar petani akar wangi di Kecamatan Samarang memanen akar wangi setelah berumur 12 dua belas bulan. Seluruh hasil panen dari petani di kecamatan Samarang dibeli oleh penyuling dengan kisaran harga Rp 800 - Rp 2 000 per kg. Kualitas dan kuantitas akar wangi yang dihasilkan petani menentukan harga akar wangi yang dijual kepada penyuling. Kualitas akar wangi dipengaruhi oleh keadaan cuaca, tanah dan juga cara budidaya yang baik dan benar. Semakin tinggi kualitas akar wangi, harga akar wangi juga semakin tinggi. Selain itu, harga akar wangi juga dipengaruhi oleh musim panen, ketika panen raya harga akar wangi cenderung menurun.

5.3 Penyulingan Akar Wangi

Setelah akar wangi sampai kepada penyuling, maka dilakukan proses penyulingan yang menghasilkan minyak akar wangi untuk dijual kepada pengumpul minyak akar wangi atau eksportir. Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang diekspor oleh Indonesia dengan pangsa pasar 26 dari ekspor dunia. Pasar ekspornya antara lain Prancis, Swiss, Jerman, India, Australia, dan Kanada. Peralatan yang digunakan oleh penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang terdiri dari ketel penyulingan, cooler, compressor dan bak pendingin. a b Gambar 5 Ketel penyulingan a dan bak pendingin dan cooler b Harga beli oleh pengumpul atau eksportir minyak akar wangi berkisar Rp 700 000 - Rp 1 000 000 per kg. Harga jual untuk dalam negeri berkisar Rp 700 000 – Rp 1 200 000 sedangkan harga jual untuk ekspor berkisar US 120 - US 180 per kg berdasarkan kualitas minyak yang dihasilkan. Di Negara luar, harga penjualan minyak akar wangi jauh lebih tinggi dibandingkan di Indonesia yaitu berkisar US 250 - US 350 per kg. Hal tersebut dikarenakan kualitas minyak yang dihasilkan jauh lebih tinggi karena sudah diolah dengan mesin yang canggih. Di Indonesia, mesin tersebut sudah ada namun penggunaannya belum maksimal oleh karena itu perlu tenaga ahli dalam penggunaan mesin penyulingan tersebut. Minyak akar wangi juga termasuk salah satu minyak atsiri yang diimpor. Hal tersebut dikarenakan pasokan minyak akar wangi yang terbatas, sehingga walaupun menjadi produsen minyak akar wangi untuk pasar dunia, impor tetap dibutuhkan. Negara produsen minyak akar wangi terdapat di negara berkembang dan negara maju. Negara berkembang lebih terfokus untuk memproduksi akar wangi dan bahan baku menjadi setengah jadi, kemudian diekspor ke negara lain. Negara maju mengimpor minyak akar wangi dalam bentuk setengah jadi dari negara berkembang, lalu diolah menjadi barang jadi.

5.4 Karakteristik Petani Responden

Jumlah responden untuk estimasi pendapatan petani akar wangi di kecamatan Samarang adalah sebanyak 50 orang yang merupakan masyarakat yang tinggal di 4 Desa, yaitu Desa Sukakarya, Tanjungkarya, Parakan dan Cisarua. Karakteristik umum responden tergambar melalui tingkat pendidikan formal, usia, pengalaman usahatani dan luas lahan.

5.4.1 Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini diklasifikan mulai dari tidak sekolahtidak lulus Sekolah Dasar SD sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas SMA. Sebaran pendidikan formal responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7 Karakteristik petani responden menurut tingkat pendidikan formal di Kecamatan Samarang Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase Tidak tamat SD SDsederajat SMPsederajat SMAsederajat Perguruan tinggi 9 32 3 4 2 18.00 64.00 6.00 8.00 4.00 Total 50 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Tingkat pendidikan formal responden petani akar wangi di Kecamatan Samarang tergolong rendah, karena sebagian besar petani hanya berpendidikan SD. Tingginya persentase tingkat pendidikan SD mengindikasikan bahwa dari segi perekonomian, Kecamatan Samarang termasuk ke dalam kurang mampu.

5.4.2 Usia Petani

Tingkat usia responden yang diwawancara bervariasi, dengan usia paling muda yaitu 26 tahun dan yang paling tua yaitu 76 tahun. Berdasarkan Tabel 8, Persentase usia petani tertinggi berada pada kelompok usia 51-60 tahun dan persentase usia petani terendah berada pada kelompok usia 21-30 dan 71-80. Sebaran usia responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik petani responden menurut usia di Kecamatan Samarang Usia Tahun Jumlah Orang Persentase 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 3 13 10 16 5 3 6.00 26.00 20.00 32.00 10.00 6.00 Total 50 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014

5.4.3 Pengalaman Usahatani

Lamanya pengalaman petani mempengaruhi keberhasilan petani dalam usahatani akar wangi. Sebaran lama pengalaman usahatani responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9 Karakteristik petani responden menurut pengalaman usahatani di Kecamatan Samarang Lama Bertani Tahun Jumlah Orang Persentase ≤1 11-20 21-30 30 16 15 15 4 32.00 30.00 30.00 8.00 Total 50 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Berdasarkan Tabel 9 diatas, petani akar wangi di Kecamatan Samarang paling banyak sudah bertani di bawah 10 tahun dan petani yang bertani diatas 30 tahun jumlahnya paling sedikit.

5.4.4 Luas Lahan

Petani akar wangi sebagian besar melakukan kegiatan usahataninya pada luas lahan di bawah satu hektar. Hal tersebut dikarenakan harga akar wangi yang menurun drastis sehingga petani mengalihkan penggunaan lahan untuk usahatani sayur-sayuran. Sebaran luas lahan usahatani akar wangi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10 Karakteristik petani responden menurut luas lahan di Kecamatan Samarang Luas lahan Ha Jumlah Orang Persentase ≤ .5 0.51-1 1.01-1.5 ≥ 1.51 16 22 3 9 32.00 44.00 6.00 18.00 Total 5 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Jumlah responden paling banyak mengusahakan akar wangi dengan rentang luas lahan antara 0.51-1 hektar dan paling sedikit pada rentang luas lahan antara 1.01-1.5 hektar. Hal ini menunjukan bahwa usahatani yang dilakukan petani masih berskala kecil. VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Keragaan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keragaan usaha akar wangi yang diterapkan di Kecamatan Samarang, tepatnya di 4 Desa yaitu Desa Sukakarya, Tanjungkarya, Parakan dan Cisarua. Keragaan usahatani ini terdiri dari keragaan usahatani akar wangi dan keragaan penyulingan minyak akar wangi.

6.1.1 Keragaan Usahatani Akar Wangi

Teknik budidaya akar wangi di Kecamatan Samarang sedikit berbeda dengan teknik budidaya secara umum. Petani di Kecamatan Samarang tidak melakukan pengendalian terhadap hama karena pada usahatani akar wangi hama tidak menjadi masalah. Sehingga rangkaian kegiatan usahatani akar wangi dimulai dari pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan dan pemanenan. Input atau faktor produksi yang digunakan dalam usahatani akar wangi terdiri dari lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja. Pada penelitian ini, rata- rata penggunaan input atau faktor produksi dihitung dalam satu hektar per satu musim tanam atau satu tahun terakhir yaitu tahun 2013.

6.1.1.1 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan merupakan tahap awal dalam budidaya akar wangi yang bertujuan menciptakan lahan dan media tanam yang baik untuk kegiatan penanaman akar wangi. Teknik pengolahan lahan yang dilakukan petani akar wangi di Kecamatan Samarang secara umum sama dengan teknik pengolahan lahan yang terdapat di text book. Pengolahan lahan yang dilakukan petani dimulai dengan membersihkan sampah dan sisa-sisa tanaman pada periode tanam sebelumnya. Kemudian lahan dicangkul menggunakan peralatan seperti golok dan parang. Pencangkulan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur serta membersihkan rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya. Penggunaan cangkul lebih efisien dibandingkan meggunakan traktor karena sebagian besar lahan yang dimiliki petani akar wangi luasnya kurang dari 1 hektar. Setelah melakukan pencangkulan dan pembersihan lahan, selanjutnya membuat lubang untuk