II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Akar Wangi
Tanaman akar wangi Vetiveria zizanioides ditemukan tumbuh secara liar, setengah liar dan sengaja ditanam di berbagai Negara beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman akar wangi termasuk keluarga Graminae , berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai
merah tua. Rumpun tanaman akar wangi terdiri atas beberapa anak rumpun yang nantinya akan dijadikan bibit Santoso, 1993. Nilai ekonomis tanaman akar
wangi terdapat pada akarnya seperti pada Gambar 2 berikut.
a b
Gambar 2 Tanaman akar wangi a dan hasil panen akar wangi b Setelah akar dikeringkan dan disuling akan menghasilkan minyak akar
wangi. Minyak akar wangi merupakan salah satu bahan pewangi yang potensial. Biasanya dipakai secara meluas pada pembuatan parfum, bahan kosmetika dan
sebagai bahan pewangi sabun. Pemakaian minyak akar wangi harus memperhatikan dosis karena baunya yang keras karena jika dosisnya berlebihan
akan memberikan kesan bau yang tidak enak woody. Pertumbuhan akar wangi dipengaruhi oleh keadaan tanah dan iklim dari
suatu daerah.Tanaman akar wangi cocok tumbuh di tanah yang berpasir atau pada tanah abu vulkanik di lereng-lereng bukit. Pada tanah tersebut akan menyebabkan
akar tanaman menjadi panjang dan lebat, dan juga akar mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal dan hilang. Penanaman akar wangi sekaligus berfungsi sebagai
usaha konservasi tanah dan air, karena kelebatan akarnya mencapai ±50 cm sehingga akar wangi dapat ditanam di pematang-pematang sawah untuk
menghindari atau mengendalikan kerusakan pematang-pematang sawah Santoso, 1993.
Tanaman akar wangi dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan yang cukup luas, yakni 200-6 000 mm setiap tahun. Tanaman yang mempunyai tingkat
toleransi tinggi terhadap kekeringan ini dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi di atas 1 000 m di atas permukaan laut dpl. Namun, kandungan
minyaknya akan baik jika ditanam di atas ketinggian 700 m dpl. Suhu yang dikehendaki 17-27
o
C.Tanaman ini tidak baik ditanam di tempat yang teduh, karena memerlukan cahaya matahari penuh Kardinan, 2005.
Pembudidayaan usahatani akar wangi memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik dan hasil komoditas
yang diperoleh memiliki kuantitas dan kualitas yang baik pula. Pedoman usahatani akar wangi antara lain Santoso, 1993:
1. Pembibitan
Meskipun tanaman akar wangi memiliki bunga, tetapi pada umumnya cara perbanyakan dilakukan secara vegetatif, yakni menggunakan bonggol-
bonggol akarnya. Bonggol tersebut didapatkan dari tanaman dalam rumpun yang tidak berbunga, lalu dipecah-pecah sehingga setiap pecahan bonggol
memiliki mata tunas. Kemudian bonggol dapat langsung ditanam di kebun. 2.
Penanaman Jika hendak menanam akar wangi pada tanah yang belum pernah
diolah maka perlu dilakukan pencangkulan agar tanah menjadi gembur. Setelah pengolahan lahan selesai, persiapkan lubang tanam dengan ukuran
panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan kedalaman 10 cm. Ketika membuat lubang tanam, tanah cangkulan dapat diletakkan di sekitar lubang dan diberikan
pupuk kandang. Waktu tanam sebaiknya diusahakan pada permulaan musim hujan, yakni pada bulan Oktober-November karena pada fase awal
pertumbuhan tanaman akar wangi membutuhkan air yang cukup. Namun boleh juga tanaman akar wangi ditanam di luar musim penghujan, asalkan
tanaman tersebut disiram setiap pagi dan sore.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman akar wangi meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama. Sekitar
2-3 minggu setelah tanam, penyulaman dilakukan dengan cara menggantikan tanaman yang tidak tumbuh dengan bibit yang baru. Hal ini
berguna untuk mengetahui jumlah tanaman yang sesungguhnya dan nantinya digunakan untuk memprediksi produk yang dihasilkan. Penyiangan
dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh disekeliling tanaman yang bertujuan agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur
hara dapat berjalan secara optimal. Pembubunan dilakukan dengan tujuan mengatur aerasi dan drainase dengan baik untuk mencegah tanaman akar
wangi tergenang air. Pemumpukan merupakan usaha memelihara, menambah dan mempertinggi kesuburan tanah. Dosis dan waktu
pemupukan untuk lahan seluas satu hektar dijelaskan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Dosis dan waktu pemupukan lahan akar wangi per hektar
Jenis pupuk Tahun I
Tahun II Bulan ke-3
Bulan ke-9 Bulan ke-15
Pupuk kandang 5 ton
5 ton 5 ton
Urea 100 kg
50 kg 50 kg
TSP 50 kg
25 kg 25 kg
KCl 50 kg
25 kg 25 kg
Sumber: Santoso 1993 Pemangkasan daun dilakukan tiga bulan atau enam bulan sekali
dengan tujuan untuk memperoleh akar yang rimbun dan panjang, khususnya di dataran tinggi sedangkan tanaman akar wangi di dataran rendah tidak
perlu dilakukan pemangkasan karena justru dapat menurunkan hasil. Gejala serangan hama di daerah sentra produksi akar wangi selama ini belum
menunjukkan kerugian ekonomis yang berarti. Kadang-kadang ditemukan ancaman hama sejenis ulat yang menyerang akarnya, sehingga akar tersebut
terputus-putus dan rapuh serta membusuk. Sebagai langkah preventif dapat disemprotkan insektisisda atau konsultasikan kepada petugas penyuluh.
4. Pemanenan
Penentuan waktu panen merupakan kunci dari usaha budidaya tanaman akar wngi. Waktu pemanenan akar wangi bergantung pada musim
dan penggunaan tanah. Panen yang terlalu dini, justru dapat merusak kondisi tanaman dan kandungan minyaknya masih sedikit. Panen yang
terlambat dapat menyebabkan penurunan kadar senyawa-senyawa potensial, dapat mengakibatkan akar layu, sehingga bagian minyaknya hilang.
Berdasarkan pengalaman, saat panen terbaik ialah apabila tanaman akar wangi berumur antara 1.5-2 tahun, karena ketika itu kandungan minyak
pada akar dalam keadaan optimal.
2.2 Pengolahan Hasil Pertanian
Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani
yang tidak melaksanakan pengolahan lahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadar bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena
dapat meningkatkan nilai tambah Soekartawi 1993. Menurut Santoso 1993, penyulingan adalah salah satu cara pengolahan hasil panen untuk mendapatkan
minyak atsiri dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Atau, dengan cara mengalirkan uap
jenuh saturated or superheated dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat bertitik didih
tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap. Dengan kata lain, penyulingan adalah proses pemisahaan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih
cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari setiap komponen tersebut. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan, yaitu sebagai berikut
Yuliani dan Satuhu 2012: 1.
Penyulingan dengan air water distillation Metode ini merupakan metode paling sederhana bila dibandingkan
dengan metode lainnya. Proses penyulingan dengan cara ini hampir sama dengan perebusan. Metode penyulingan dengan air mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu hanya cocok untuk bahan baku dalam jumlah sedikit dan tidak cocok untuk bahan baku yang larut dalam air. Untuk bahan baku
berbentuk bunga atau serbuk bahan kering yang terlalu halus akan membentuk gumpalan karena panas yang tinggi. Akibatnya waktu