Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian
penyulingan menjadi lebih lama serta rendemen dan kualitas minyak yang dihasilka menjadi rendah.
2. Penyulingan dengan uap steam distillation
Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian tanaman yang keras seperti kulit batang, kayu dan biji-bijian yang
keras seperti tanaman akar wangi. Pada metode ini, ketel suling dan tangki air sebagai sumber uap panas diletakkan secara terpisah. Uap yang
dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Hal yang perlu diperhatikan untuk metode ini adalah tekanan pada boiler dan
ketel penyuling yang harus terus terkontrol. 3.
Penyulingan dengan uap dan air water and steam distillation Metode ini disebut dengan sistem kukus atau sistem uap tak langsung.
Menurut Santoso 1993, penyulingan minyak atsiri dengan cara ini sedikit lebih maju dan produksi minyaknya relatif lebih baik. Cara ini paling sering
dilakukan para petani atsiri, dan jika pengerjaannya dilakukan dengan baik produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor. Keuntungan
dari metode ini adalah adanya penetrasi uap yang terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan, suhu dapat dipertahankan sampai 100
o
C, harga alat lebih murah, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih besar. Berikut
gambar peyulingan dengan metode penyulingan air dan uap.
Sumber: Santoso 1993
Gambar 3 Penyulingan dengan metode air dan uap Untuk mengolah bahan baku menjadi minyak atsiri, diperlukan
alat-alat pendukung yang harus memenuhi standar operasional untuk
menghindari terjadinya kegagalan dalam mengolah bahan baku. Menurut Yuliani dan Satuhu 2012, alat penyulingan terbaik adalah yang terbuat dari
kaca tahan panas pyrex dengan titik didih sangat tinggi mencapai suhu 1 000
o
C. Dengan demikian, pada saat proses penyulingan alat tersebut tidak akan larut atau terkikis oleh minyak atsiri yang dihasilkan. Akan tetapi,
harga dari kaca tahan panas tersebut sangat tinggi sehingga investasi untuk alat ini cukup besar. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada penyuling di
Indonesia yang menggunakan alat suling terbuat dari kaca. Alat penyuling lain yaitu terbuat dari bahan besi antikarat stainless steel dengan ketebalan
yang cukup untuk penyulingan. Dengan bahan antikarat, tidak akan terjadi reaksi dengan uap minyak atsiri selama proses penyulingan. Penggunaan
bahan besi seperti drum bekas untuk penyulingan juga banyak dipakai oleh para penyuling, tetapi minyak yang dihasilkan berwarna coklat kekuningan
akibat besi terlarut ke dalam minyak. Hal itu akan mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan akan menurun.
Rendemen merupakan perbandingan antara hasil minyak atsiri dengan bahan tumbuhan yang diolah. Semakin baik mutu akar wangi yang disuling,
maka semakin tinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi rendemen dan mutu minyak akar wangi yaitu
jenis bibit, pemeliharaan dan terutama umur panen. Jenis bibit unggul menghasilkan rendemen yang lebih besar daripada jenis bibit akar wangi
biasa. Tanaman akar wangi memerlukan pemeliharaan secara intensif yang meliputi
penyulaman, penyiangan,
pembumbunan, pemupukan,
pemamgkasan, dan pengendalian hama. Umur panen tanaman akar wangi berkisar 12-15 bulan, yang artinya jika akar wangi dipanen sebelum atau
melebihi pada waktu tersebut, akan mempengaruhi rendemen dan mutu dari minyak akar wangi lebih rendah. Selain itu, mutu minyak akar wangi juga
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang digunakan. Suhu dan tekanan yang tinggi dapat menghemat bahan bakar, namun dapat juga mengakibatkan
minyak gosong apabila tekanan terlalu tinggi.