Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi

Penerimaan usahatani akar wangi berasal dari hasil panen yang diterima oleh petani. Keseluruhan hasil panen dijual dengan harga yang berbeda tergantung kualitas dan lokasi lahan akar wangi. Harga akar wangi di kecamatan Samarang berkisar antara Rp 800 - Rp 2 000 per kg. Tabel 16 Penerimaan, pengeluaran, pendapatan, dan RC rasio usahatani akar wangi per hektar per tahun di Kecamatan Samarang No Keterangan Jumlah Rp 1 Penerimaan 11 977 938.61 2 Biaya Tunai 11 120 781.36 3 Biaya Diperhitungkan 10 313 537.81 4 Biaya Total 2+3 21 434 319.18 5 Pendapatan atas Biaya Tunai 857 157.24 6 Pendapatan atas Biaya Total -9 456 380.57 7 RC Rasio atas Biaya Tunai 12 1.08 8 RC Rasio atas Biaya Total 14 0.56 Sumber: Data primer diolah 2014 Tabel 16 diatas dapat diketahui besarnya rata-rata penerimaan usahatani akar wangi yang dihasilkan setiap tahunnya dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani, baik biaya tunai, biaya diperhitungkan dan biaya total. Dengan diketahui biaya-biaya usahatani, maka dapat diperoleh pendapatan usahatani, baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total.Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh bernilai positif yang berarti petani memperoleh keuntungan. Sedangkan pendapatan atas biaya total yang diperoleh bernilai negatif yang berarti petani mengalami kerugian. Pada struktur biaya diperhitungkan terdapat biaya beli bibit yang tinggi sehingga pendapatan atas biaya total diperoleh negatif. Pendapatan usahatani yang bernilai negatif memiliki arti bahwa jika seluruh sumber daya yang digunakan dalam usahatani akar wangi dinilai, baik yang dibayarkan secara tunai maupun yang diperhitungkan, maka petani akar wangi tidak mampu membayar biaya tersebut. Selain itu, pada tabel diatas diperoleh pula nilai RC ratio atas biaya tunai sebesar 1.08 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu rupiah maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.08. Untuk RC rasio atas biaya total diperoleh sebesar 0.56 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan pertain sebesar satu rupiah maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.56.

6.2.2 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Penyuling Akar Wangi

Pada penelitian ini, perhitungan pendapatan penyuling akar wangi dihitung dalam periode satu tahun. Pendapatan penyuling dihitung menggunakan cash flow selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis peralatan penyulingan. Penggunaan cash flow untuk menghitung pendapatan penyuling yang menggunakan umur ekonomis dikarenakan peralatan yang digunakan memiliki umur ekonomis lebih dari 1 tahun sehingga penyusutan peralatan tidak dapat mewakili perhitungan biaya investasi peralatan penyulingan. Komponen biaya penyulingan akar wangi menggunakan cashflow terdiri dari inflow dan outflow. Dalam penelitian ini, komponen inflow merupakan aliran masuk yang terdiri dari penerimaan minyak akar wangi yaitu sebesar Rp 672 000 000.00 per tahun. Pada pelaku ini minyak akar wangi yang dihasilkan hanya yang memiliki mutu standar. Selain itu, komponen inflow juga terdapat nilai sisa sebesar Rp 3 333 333.33. Nilai sisa dalam penelitian ini adalah nilai dari barang investasi yang tidak habis terpakai selama umur usaha akar wangi. Penaksiran nilai sisa dilakukann pada saat menyusun cashflow dan dimasukkan dalam tahun terakhir umur usaha. Sehingga pada tahun ke-10 usaha penerimaan menjadi Rp 675 333 333.33 per tahun . Sedangkan komponen outflow merupakan aliran keluar yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Komponen yang termasuk dalam biaya investasi yaitu biaya peralatan penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel penyulingan, cooler, compressor, bangunan dan bak pendingin. Tabel 17Nilai investasi pada usaha penyulingan akar wangi Jenis Investasi Umur Ekonomis tahun Jumlah tahun Nilai Investasi Rp Ketel penyulingan 10 1 150 000 000 Cooler 3 1 10 000 000 Compressor 5 1 20 000 000 Bangunan dan bak pendingin 10 1 50 000 000 Sumber: Data primer diolah 2014 Komponen biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel tunai. Biaya tetap tunai terdiri dari pajak lahan yang dikenakan sebesar Rp 50 000 per tahun. Biaya variabel tunai terdiri dari biaya bahan baku akar wangi, biaya listrik, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, biaya transportasi dan upah tenaga