Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling- Pengumpul Minyak Akar Wangi
sudah sesuai dengan standar ekspor. Sertifikat ini merupakan syarat minyak akar wangi dapat diekspor yang dikenakan per sampel. Dalam kegiatan ekspor,
penyuling juga dikenakan pajak per kilogram minyak. Berikut ini tabel biaya operasional usaha penyulingan akar wangi.
Tabel 28 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pelaku usaha petani- penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi
Biaya Operasional Satuan
Jumlah Satuan
Harga Satuan
Rp Biaya
Rp Persentase
Biaya Tetap Tunai 1 Pajak lahan
Hektar 1
100 000 100 000.00
0.00 Biaya Variabel Tunai
1 Biaya usahatani Hektar
20 22 010 000
442 600 000.00 9.38
2 Beli minyak akar wangi Kg
800 775 000
620 000 000.00 13.14
3 Bahan baku akar wangi Kg
720 000 2 000
1 440 000 000.00 30.52
4 Listrik Minggu
480 20 000
9 600 000.00 0.20
5 Bahan bakar Drum
480 1 100 000
528 000 000.00 11.19
6 Pemeriksaan mutu Frekuensi
8 500 000
4 000 000.00 0.08
7 Pengepakan Jerigen
20 30 000
600 000.00 0.01
8 Transportasi Bulan
8 6 000 000
48 000 000.00 1.02
9 Tenaga Kerja Luar Keluarga a Pengangkut
Borongan 960
100 000 96 000 000.00
2.03 b Penyuling
Borongan 480
240 000 115 200 000.00
2.44 10 Biaya pemasaran
Frekuensi 2
5 000 000 10 000 000.00
0.21 11 Biaya ekspor
Kg 2560
479 895.57 1 228 532 659.20
26.03 12 Biaya fumigasi
Pengiriman 10
300 000 3 000 000.00
0.03 13 Biaya packing
Jerigen 30
150 000 450 000.00
0.10 14 Biaya palet
Pengiriman 10
500 000 5 000 000.00
0.11 15 Biaya sertifikat
Frekuensi 10
750 000 7 500 000.00
0.16 16 Biaya pemeliharaan
Frekuensi 2
2 000 000 4 000 000.00
0.08 17 Pajak
Kg 2560
60 000 153 600 000.00
3.26
Sumber: Data primer diolah 2014
Selain itu, variabel tunai pada pelaku usaha ini juga terdiri dari biaya usahatani, biaya untuk membeli minyak akar wangi dari penyuling lain
pengumpul, biaya bahan baku akar wangi, biaya listrik, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, biaya transportasi dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya rata-
rata yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku akar wangi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan penyuling untuk satu tahun penyulingan. Dalam
penyulingan, TKLK terdiri atas tenaga kerja penyulingan dan pengangkut bahan baku yang keduanya dilakukan secara borongan.
Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran, dilakukan perhitungan net benefit yang merupakan pengurangan penerimaan dan
pengeluaran. Dengan discount factor DF sebesar 11.75, diperoleh present value
dari perkalian net benefit dan discount factor. Setelah itu, dapat diketahui lima indikator dari kriteria investasi. Kelima indikator tersebut adalah Net Present
Value , Net Benefit Cost Ratio Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan
Payback Period PP. Hasil penilaian berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat
pada Tabel 29. Tabel 29 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value Rp
405 237 964.86 Internal Rate of Return
31 Net BenefitCost
1.88 Payback Period
tahun 3.83
Sumber: Data primer diolah 2014
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, usaha penyulingan pada pelaku usaha ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV
yang positif atau lebih dari nol. Nilai NPV yang didapat merupakan pendapatan bersih yang diperoleh penyuling selama 10 tahun. Sehingga untuk mengetahui
pendapatan penyuling selama 1 tahun, nilai NPV dibagi dengan umur ekonomis usaha menjadi Rp 40 523 796.49 per tahun. Investasi pada usaha penyulingan
akar wangi layak berdasarkan Internal Rate of Return IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor
11.75 yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut 31 per tahun. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari 1 yang
berarti bahawa penggunaan investasi layak. Nilai Net BC sebesar 1.88 artinya penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan
Rp 1.88 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 3.83 tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 3 tahun 10 bulan. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih
pendek dari pada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan. Berdasarkan penjelasan struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari
kelima pelaku usaha akar wangi, maka untuk mengetahui pelaku yang lebih menguntungkan dapat dilihat perbandingannya pada Tabel 30 berikut.
Tabel 30 Perbandingan struktur biaya, penerimaan, pendapatan dan kriteria investasi dari pelaku usaha akar wangi
Uraian Pelaku Usaha
Pelaku 1 Pelaku 2
Pelaku 3 Pelaku 4
Pelaku 5
Biaya Rp -Biaya usahatani
-Biaya penyulingan -Beli bahan baku
-Beli minyak akar wangi
11 120 781.36 -
- -
- 261 800 000
360 000 000 -
10 884 000 261 050 000
348 000 000 -
327 600 000 337 360 000
45 000 000 310 000 000
442 600 000 815 400 000
1 440 000 000 620 000 000
Penerimaan Rp -Akar wangi
-Minyak akar wangi 11 977 938.61
- -
672 000 000.00 -
672 000 000.00 -
1 088 000 000.00 -
4 880 025 600.00
Unit cost Rp -Akar wangi
-Minyak akar wangi
982.29 494 256.95
740 238.10 737 957 143
749 970.59 1 036 875.00
Kriteria Investasi -NPV Rp
-IRR -Net BC
-Payback Period
tahun -
- -
- 32 810 728.26
15 1.14
7.92 39 422 117.22
16 1.17
7.75 134 650 684.86
25 1.59
4.75 405 237 964.86
31 1.88
3.83
Pendapatan Rp 857 157.24
3 281 072.83 3 942 211.722
13 465 068.49 40 523 796.49
Sumber: Data primer diolah 2014
Pada Tabel 30 di atas, pelaku usaha yang paling banyak mengeluarkan biaya adalah pelaku kelima yaitu petani-penyuling-pengumpul-pengekspor,
sedangkan pelaku usaha yang paling sedikit mengeluarkan biaya adalah pelaku pertama yaitu petani. Hal ini dikarenakan terdapat banyak biaya tambahan yang
dikeluarkan pada pelaku kelima yang tidak dilakukan pada pelaku usaha lain. Begitu pula pada tingkat penerimaan. Tingkat penerimaan tertinggi diperoleh pada
pelaku kelima dan penerimaan terendah diperoleh pada pelaku pertama. Unit cost merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu produk
dengan cara membagi antara total biaya yang dikeluarkan dalam produksi dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada hasil unit cost diperoleh biaya
tertinggi untuk menghasilkan satu kilogram minyak akar wangi yaitu pada pelaku kelima dan yang terendah pada pelaku petani. Hal tersebut dikarenakan pelaku
petani-penyuling-pengumpul-pengekspor mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal sedangkan pelaku petani mengurangi
penggunaan input untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Pada hasil kriteria investasi, nilai NPV, Net BC, IRR dan Payback Period yang diperoleh dapat
menyimpulkan bahwa usaha akar wangi pada seluruh pelaku usaha layak untuk dijalankan. Hasil kriteria investasi paling tinggi yaitu diperoleh pada pelaku
kelima. Hal tersebut mengartikan bahwa pada pelaku usaha petani-penyuling- pengumpul-pengekspor paling menguntungkan dibandingkan pelaku usaha lain.
Selain itu, untuk mengetahui pelaku usaha yang lebih menguntungkan dapat dilihat pada tingkat pendapatan yang diperoleh. Pada Tabel 30, tingkat pendapatan
paling tinggi diperoleh pada pelaku usaha kelima yaitu petani-penyuling- pengumpul-pengekspor, sedangkan pendapatan paling rendah diperoleh pada
pelaku usaha pertama yaitu petani. Artinya, pelaku usaha paling menguntungkan yaitu pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-pengekspor.
Selain analisis kelayakan, pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas dengan melakukan perubahan pada variabel dalam struktur biaya dan
penerimmaan usaha akar wangi. Tujuan dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh yang akan terjadi terhadap kelayakan apabila dilakukan
perubahan pada harga input maupun harga output. Berikut ini tabel perhitungan hasil analisis sensitivitas pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang.
Tabel 31 Perhitungan hasil analisis sensitivitas pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang
Asumsi NPV
Rp Net
BC IRR
Payback Period tahun
Pendapatan Rp
Skenario A -Pelaku 1
258 260.31
Skenario B -Pelaku 1
1 075 218.64
Skenario C -Pelaku 2
-Pelaku 3 -Pelaku 4
-18 565 931.46 -11 954 542.50
76 423 803.84 0.92
0.95 1.33
10 10
20 10
10 6.42
-1 856 593.15 -1 195 454.25
7 642 380.38
Skenario D -Pelaku 2
-Pelaku 3 -Pelaku 4
-158 995 468.02 -152 384 079.06
-84 556 396.61 0.31
0.34 0.63
-11 -10
2 10
10 10
-15 899 546.80 -15 238 407.91
-8 455 639.66
Skenario E -Pelaku 2
-Pelaku 3 -Pelaku 4
-210 372 127.74 -203 760 738.78
-142 783 277.62 0.09
0.11 0.38
-28 -24
-8 10
10 10
-21 037 212.77 -20 376 073.88
-14 278 327.76
Skenario F -Pelaku 2
-Pelaku 3 -Pelaku 4
63 865 064.80 70 476 453.76
194 418 865.66 1.28
1.31 1.85
18 19
30 6.83
6.58 4.00
6 386 506.48 7 047 645.38
19 441 886.57
Skenario G -Pelaku 5
54 496 551.00 1.12
15 8.33
5 449 655.10
Sumber: Data primer diolah 2014
Pada Tabel 31 dapat dilihat perhitungan hasil analisis sensitivitas pada pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang menunjukkan hasil bahwa
setiap perubahan yang terjadi mempengaruhi kelayakan usaha akar wangi. Skenario yang diasumsikan untuk petani akar wangi yaitu skenario A dan B. Pada
skenario A, perubahan pada pelaku petani berupa penurunan harga jual akar wangi sebesar 5 menyebabkan pendapatan petani akar wangi menjadi berkurang
atau menurun dari pendapatan petani sebelumnya. Pada skenario B dilakukan perubahan pada penggunaan bibit unggul dan peningkatan produktivitas menjadi
12 tonhektar berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani akar wangi dari pendapatan sebelumnya.
Skenario yang telah dibuat untuk pelaku penyuling pelaku 2, petani- penyuling pelaku 3 dan petani-penyuling-pengumpul pelaku 4 yaitu skenario
C, skenario D dan skenario E. Pada skenario C yaitu dilakukan perubahan harga input yaitu kenaikan harga bahan bakar pada pelaku penyuling, petani-peyuling
dan petani-penyuling-pengumpul. Biaya bahan bakar merupakan komponen yang dianggap peka terhadap kelayakan usaha karena persentase penggunaan pada
biaya ini termasuk tinggi dibandingkan biaya lain. Pada hasil skenario C, usaha akar wangi yang masih layak dilakukan hanya pada pelaku petani-penyuling-
pengumpul saja. Seluruh kriteria investasi menurun dibandingkan dengan sebelumnya namun masih sesuai dengan teori ekonomi. Pada skenario D yaitu
perubahan pada penurunan harga jual minyak akar wangi. Harga jual minyak akar wangi juga merupakan komponen yang peka terhadap kelayakan usaha akar
wangi. Seluruh hasil kriteria investasi tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga usaha akar wangi dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Begitu juga pada
skenario E yang merupakan gabungan skenario C dan skenario D menunjukkan bahwa usaha akar wangi tidak layak untuk dijalankan jika dilakukan perubahan
pada kenaikan harga bahan bakar dan penurunan harga jual minyak akar wangi. Pada skenario F yaitu peningkatan kapasitas penggunaan bahan baku selama satu
tahun berpengaruh pada hasil NPV, Net BC, IRR, payback period dan pendapatan pelaku usaha meningkat.
Skenario G diasumsikan untuk pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul- pengekspor pelaku 5. Hasil sensitivitas menyatakan bahwa usaha akar wangi
masih layak untuk dijalankan. Kenaikan harga ekspor menyebabkan penurunan pada hasil kriteria investasi dari sebelumnya namun masih sesuai dengan teori
ekonomi. Begitu juga pada tingkat pendapatan yang diperoleh pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-pengekspor pada skenario ini juga menurun
dibandingkan pendapatan sebelum dilakukan analisis sensitivitas. Secara rinci, hasil skenario asumsi dapat dilihat pada lampiran.
VII SIMPULAN DAN SARAN