Pengolahan Hasil Pertanian Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut

geraniol , total sitronellal dan memberi pengaruh yang sangat nyata P 6.05 terhadap bobot jenis dan indeks bias. Lama penyulingan yang terlalu lama akan menurunkan mutu rendemen yang dikehendaki. Penelitian mengenai Kajian Kemampuan Daya Beli Petani Akar Wangi di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dilakukan oleh Eddy Renaldy 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung pendapatan petani akar wangi yang berasal dari usaha tani maupun dari luar usaha tani, mengetahui kemampuan daya beli petani akar wangi di wilayah kajian, mengetahui kendala dan upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan pendapatan dan kemampuan daya beli petani. Metode penelitian menggunakan analisis pendapatan dan metode survey deskriptif untuk kajian kemampuan daya beli petani akar wangi. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan rata-rata petani akar wangi adalah Rp 18 646 000tahunluas tanah, atau telah memberikan kontribusi 62 terhadap total pendapatan petani akar wangi, pendapatan petani yang bersumber dari usaha tani lainnya adalah Rp 3 020 000tahun, memberikan kontribusi sebesar 10, dan tambahan pendapatan yang diperoleh dari usaha non pertanian adalah sebear Rp 8 425 000tahun atau sebesar 28 dari total pendapatan petani. Paritas daya beli Purchasing Power Parity-PPP diperoleh sebesar 53.3 yang menunjukkan kemampuan daya beli dari masyarakat atau petani akar wangi di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Permasalahan keterbatasan modal, rendahnya produktivitas, keterbatasan dalam pemasaran, kemampuan petani untuk bergerak di bidang off-farm masih lemah, dan masih lemahnya kemampuan asosiasi petani baik dalam hal permodalan maupun sumber daya manusianya mengakibatkan pendapatan yang diterima petani cenderung rendah. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan memfasilitasi petani akar wangi untuk melakukan kemitraan dengan para pengusaha minyak atsiri, serta memberikan bantuan usaha ekonomi produktif melalui penyaluran dana penguatan modal usaha kelompok PMUK kepada kelompok tani akar wangi. Penelitian mengenai Analisis Harga Pokok Produksi dan Penjualan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat dilakukan oleh Intania Sudarwati 2011. Penelitian ini dilakukan karena selama ini baik petani maupun penyuling belum melakukan perhitungan harga pokok produksi maupun harga pokok penjualan. Petani maupun penyuling hanya melakukan pencatatan biaya produksi secara sederhana dan umumnya tidak memperhitungkan biaya overhead. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut, menghitung dan menganalisis harga pokok produksi dan harga pokok penjualan akar wangi, menghitung dan menganalisis harga pokok produksi dan harga pokok penjualan minyak akar wangi, serta menghitung dan menganalisis nilai tambah minyak akar wangi. Anggota rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata harga pokok produksi akar wangi di Kecamatan Samarang adalah Rp 1 144.42kg akar wangi, di Kecamatan Bayongbong Rp 1 137.04kg akar wangi, di Kecamatan Cilawu Rp 1 177.94kg akar wangi, dan di Kecamatan Leles Rp 1 336.67kg akar wangi. Harga pokok penjualan akar wangi yang didapatkan adalah sama dengan harga pokok produksi akar wangi. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dan penjualan yang telah dilakukan, rata-rata harga pokok produksi minyak akar wangi mutu tinggi saat musim hujan adalah Rp 839 194.87kg minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok produksi minyak akar wangi mutu rendah saat musim hujan adalah Rp 738 970.67kg minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok produksi minyak akar wangi mutu tinggi saat musim kemarau adalah Rp 489 365.61kg minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok produksi minyak akar wangi mutu rendah saat musim kemarau adalah Rp 462 379.88kg minyak akar wangi. Rata- rata harga pokok penjualan minyak akar wangi mutu tinggi saat musim hujan adalah Rp 766 177.28kg minyak akar wangi. rata-rata harga pokok penjualan minyak akar wangi mutu rendah saat musim hujan Rp 772 093.36kg minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok penjualan minyak akar wangi mutu tinggi saat musim kemarau adalah Rp 472 480.02kg minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok penjualan minyak akar wangi mutu rendah saat musim kemarau adalah Rp 475 683.13kg minyak akar wangi. Rata-rata nilai tambah minyak akar wangi mutu tinggi saat musim hujan adalah Rp 792.86kg akar wangi. Rata-rata nilai tambah minyak akar wangi mutu rendah saat musim hujan Rp 864.94kg akar wangi. rata-rata nilai tambah minyak akar wangi mutu tinggi saat musim kemarau adalah Rp 2 626.10kg akar wangi. rata-rata nilai tambah minyak akar wangi mutu rendah saat musim kemarau adalah Rp 2 602.11kg akar wangi. Penelitian mengenai Analisis Penyulingan Minyak Nilam Patchouli Oil CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes dilakukan oleh Pujianto 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, tingkat efisiensi dan tingkat resiko usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantakawung, Kabupaten Brebes. Metode penelitian menggunakan metode analytical descriptive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya total yang dikeluarkan untuk satu tahun yaitu tahun 2011 sebesar Rp 2 359 672 735.5, penerimaan sebesar Rp 3 159 822 000, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 800 149 264.5. Dalam penelitian ini juga diperoleh nilai profitabilitas sebesar 33.90 , nilai efisiensi sebesar 1.34, nilai koefisien variasi 1.03651 dan batas bawah keuntungan sebesar Rp -71 548 098.89. Penelitian mengenai Analisis Finansial Usaha Minyak Nilam dilakukan oleh Unteawati 2012 dengan tujuan untuk menganalisis secara finansial usaha nilam di Kecamatan Kota Agung Timur dataran tinggi dan Kabupaten Tanggamus dan Desa Kali Asin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan dataran rendah. Hasil penelitian diperoleh usaha minyak nilam di dataran rendah secara finansial layak menguntungkan karena diperoleh nilai NPV Rp 15 594 676, Net BC rasio 2.34, dan IRR sebesar 82 . Sedamgkan usaha minyak nilam di dataran tinggi Lampung secara finansial layak menguntungkan karena diperoleh nilai NPV Rp 4 479 803, Net BC 1.29, dan IRR sebesar 19 . III KERANGKA PEMIKIRAN Akar wangi merupakan komoditi subsektor perkebunan yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap penerimaan devisa negara, karena akar wangi memiliki pangsa pasar dunia dengan harga yang cukup tinggi sebagai komoditas ekspor Indonesia. Kabupaten Garut sebagai sentra produksi tanaman akar wangi, mampu memasok 90 dari kebutuhan akan minyak akar wangi dalam negeri maupun ekspor. Kecamatan Samarang menjadi lokasi penelitian, karena merupakan daerah sentra produksi akar wangi di Kabupaten Garut. Usahatani akar wangi yang memiliki potensi yang baik untuk terus dikembangkan, ternyata mengalami penurunan produksi pada tahun 2013 di Kabupaten Garut. Permasalahan yang terjadi diduga diakibatkan oleh menurunnya permintaan minyak akar wangi, menurunnya mutu akar wangi karena pengaruh cuaca, dan harga tanaman akar wangi di tingkat pembeli sangatlah rendah, sehingga petani dan penyuling mengalami penurunan dalam memperoleh pendapatan kadangkala mengalami kerugian. Hal tersebut yang menyebabkan banyak petani berhenti menanam akar wangi dan memilih menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan, seperti tomat dan kol. Demikian masalah tersebut terjadi, maka diperlukan adanya suatu penelitian di Kabupaten Garut, dengan sampel lokasi penelitian di Kecamatan Samarang. Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif terlebih dahulu dengan cara mengidentifikasi keragaan usaha akar wangi untuk mengetahui bagaimana pola usahatani dan teknik penyulingan akar wangi di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Pada tujuan ini, keragaan usahatani dan teknik penyulingan dibandingkan dengan Good Agriculture Practices GAP dan Good Manifacturing Practices GMP yang terdapat di text book, apakah sudah sesuai atau belum. Selain itu, dilakukan pula analisis pendapatan untuk mengetahui berapa besar keuntungan para pelaku usaha akar wangi. Pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang terdiri dari lima pelaku, yaitu petani, penyuling, petani- penyuling, petani-penyuling-pengumpul dan petani-penyuling-pengumpul- pengekspor. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output tanaman akar wangi menghasilkan suatu biaya cost yang harus dikeluarkan oleh